Share

TIGA

Seorang pria yang memakai jersey berwarna navy dan bawahan jogger pants, sedang berdiri di depan pintu rumah bercat putih dengan menenteng kresek yang berisi dua porsi bubur ayam. Siapa lagi kalau bukan Biantara, orang yang baru saja direpotkan si pemilik rumah ini.

TING! TONG!

Bel rumah telah dipencet oleh Bian berulang kali, tetapi masih tidak ada jawaban. Tidak menyerah, Bian mengulang hal yang sama. Sebenarnya dia bisa saja langsung masuk, karena tahu rumah ini tidak akan terkunci di hari minggu. Namun, ia tetap menghargai si pemilik rumah dan tidak bertindak semaunya secara tidak sopan. Akhirnya dia menyerah dan merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih di sana. Lelaki itu lantas mencari kontak Misell dan menekan tombol calling.

"Halo? Kenapa? Mau minta maaf?" balas Misell di seberang sana. Dilihat dari intonasi bicaranya dia masih marah pada Bian.

"Eh, kalau mau marah nanti aja, sekarang mending kamu buruan turun terus bukain pintu, capek tahu dari tadi pencet bel nggak ada yang bukain."

"Hah, demi apa? Iya bentar, aku lupa tadi Mama pamit ke Klub Buku, terus Papa nganter Mama. Jadi aku kira udah ada yang bukain di bawah. WAITT!!" kata Misell sembari bangkit dari tempat tidurnya dan berlari menuruni tangga untuk membukakan Bian pintu.

"Bodo amat!" ucap Bian di waktu bersamaan dengan terbukanya pintu.

Tatapan Misell beralih pada kantong kresek yang Bian pegang. Setelah tatapannya semakin mendekat, dan sadar itu adalah bubur ayam kesukaannya, ia pun langsung berteriak. "BIANNN!! Ini bubur ayam, ‘kan? Buat aku? Baik banget, sih, kamu!" kata Misell dengan wajah yang berbinar.

"Seneng, sih, seneng Sell, tapi jangan teriak gitu juga dong. Mending, sekarang suruh aku masuk dulu. Pegel, nih.”

Misell lantas terkekeh mendengar keluhan Bian yang sudah lama berdiri di depan pintu. "Silakan masuk, Biantara-ku," kata Misell mempersilahkan Bian masuk dan melenggang ke dalam rumah terlebih dahulu.

Misell berlari menuju dapur untuk mengambil minuman. Seperti biasa dalam sekejap bubur ayam itu sudah pindah posisi ke perut mereka berdua.

"Ah, kenyang!" ucap Misell sembari mengelus perutnya. “Padahal aku tadi udah makan nasi goreng, tapi gara-gara sayang lihat bubur ayam dianggurin, mending makan lagi.”

"Gimana mau diet, kalau masih sepagi ini kamu udah makan dua kali. Nih lihat, pipi kamu udah mau meletus," kata Bian sambil mencubit pipi Misell.

"Ish, ngeselin! Eh, Bi, maraton film, yuk! Aku bingung banget hari Minggu gini nggak tahu mau ngapain," ajak Misell pada Bian.

"Tumben kamu bingung mau ngapain, biasanya juga udah niatin diri buat tidur seharian," ejek Bian.

"Dipikir-pikir capek juga tidur seharian padahal nggak ngapa-ngapain. Mau nggak?" ajak Misell sekali lagi.

"Sorry banget nih Sell, aku habis ini juga harus balik. Nanti jam sepuluh, aku udah ada janji," jawab Bian dengan nada yang menyesal.

"Janji sama siapa? Pacar kamu baru, ya? Ngaku kamu!" tanya Misell pada Bian dengan tatapan tajamnya yang ia harap bisa membuat Bian mengaku.

"Bukan pacar Sell ... serius, deh," elak Bian.

"Terus apaan? Masih gebetan? Bentar lagi juga pasti jadian."

"Nih anak, bukannya dengerin dulu udah main potong aja. Kalaupun aku punya pacar, pasti juga cerita ke kamu, lah. Aku nanti mau nganter Rian ke toko buku, sekalian mau cari komik.” Bian terkekeh sekilas. “Mau nitip?"

Rian adalah adik Bian. Bian adalah tipikal cowok sabar dan penyayang. Apapun kesulitan yang dialami Rian, Bian akan selalu membantu. Mulai dari membantu mengerjakan PR hingga mengantar jemput Rian ke sekolah. Tak jarang juga, Misell harus berangkat ke sekolah sendiri gara-gara Bian harus mengantar Rian ke sekolah, saat Papanya ada dinas di luar kota. Misell pun memahami keadaan itu. Dia sadar bahwa keluarga adalah nomor satu.

Namun, berbeda lagi jika Bian sedang dekat dengan cewek lain, Misell akan selalu ingin tahu dan semakin manja ke Bian. Rasanya ia tidak rela bila ada perempuan lain yang dekat dengan Bian, selain dirinya dan Tante Mila.

"Aku nggak mau nitip, tapi maunya ikut," kata Misell dengan ekspresi andalannya, berharap Bian akan menuruti kemauannya.

Bian berpikir sejenak kemudian menjawab ucapan Misell. "Oke boleh, tapi berangkat sendiri ya? Langsung ketemu di sana, gimana?"

"Nggak jadi deh, aku mau maraton film aja," ucap Misell pada akhirnya. Gadis itu sebenarnya sudah menduga, jika harus berangkat ke sana sendirian. Namun setelah dipikir-pikir, sayang juga jika harus merogoh uang saku mingguannya demi memesan ojek online pulang pergi.

"Ya udah, aku pamit pulang dulu ya Sell. Bye!"

"Bye! Hati-hati Bian. Nggak usah aku anter ke depan, ya. Udah gede, kan?” Misell terlihat malas-malasan duduk di sofa sembari memasang senyum jailnya.

"Biasanya juga aku pulang-pulang sendiri. Dah!"

Saat Bian pergi, tanpa disadari Misell mengulas senyum karena perlakuan Bian kepadanya. Gadis itu berharap Bian tidak akan pernah menghilang, karena menghilangnya Bian akan mampu membuatnya kehilangan semangat yang selama ini ia dapatkan dari Bian.

*****

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Niat awal Misell maraton film, ia ubah dengan maraton drama Korea, karena ia telah teracuni Salsa yang setiap harinya bercerita soal drama yang ia tonton. Misell sudah menghabiskan empat episode, terhitung sejak Bian meninggalkan rumahnya pagi tadi. Drama Korea yang diperankan oleh Lee Min-ho tersebut, seakan menjadi magnet bagi Misell, untuk tetap di tempatnya menikmati alur cerita dari setiap episodenya.

Misell merutuki dirinya sendiri, mengapa baru sekarang dia sadar jika menonton drama Korea adalah hal yang paling seru saat ingin me time seperti dirinya sekarang ini. Ia yakin, besok saat di sekolah, ia akan diejek habis-habisan oleh Salsa karena selama ini telah meremehkan drama Korea.

"Misell, Mama pulang!" teriak Wulan—Mama Misell saat baru saja pulang dari Klub Buku.

Mama Misell sangat suka membaca buku dan hal-hal berbau sastra. Pada awalnya Wulan menemukan info itu dari instagram. Kemudian, tanpa pikir panjang ia langsung menghubungi contact person yang ada dan memantapkan hatinya untuk bergabung di Klub Buku tersebut. Kegiatannya selalu diadakan setiap hari Minggu. Bagi Misell dan papanya, hal tersebut tidak menjadi masalah dan mereka mendukung hobi Wulan itu.

"Ma, Misell laper," keluh misell kepada mamanya padahal dia sudah makan dua kali hari ini.

"Nih, Papa belikan ayam bakar. Yuk, makan! Drama Koreanya lanjut nanti lagi," kata Papanya yang baru saja masuk ke rumah setelah memasukkan mobilnya ke dalam garasi.

Mereka bertiga, menuju ruang makan untuk menikmati makan siangnya. Selain ia bisa melakukan me time, yang Misell sukai dari hari Minggu adalah adanya kebersamaan dengan keluarga yang berharga dan tidak dapat tergantikan oleh apa pun.

*****

Setelah makan siang tadi, Misell kembali ke kamarnya. Ia berniat untuk melanjutkan kembali aktivitasnya menonton drama Korea, yang menjadi favoritnya sejak pagi tadi. Namun kali ini, ia memilih untuk menontonnya lewat handphone-nya, supaya lebih nyaman dan bisa tiduran di kasur kesayangannya.

Saat di pertengahan cerita, tiba-tiba saja ada pop up notifikasi instagram yang muncul. Notifikasi itu membuat Misell menutup drama Koreanya dan beralih ke aplikasi instagram. Misell bingung karena ia merasa tidak update post atau snapgram selama dua hari ini. Setelah ia membuka DM, ia mengernyit saat mendapatkan DM dari orang yang tidak ia kenal, tetapi namanya terasa familiar.

gerald.alvaro

Hallo Misell, ini gue Gerald anak IPA-3. Mau minta pendapatnya soal project angkatan kita, boleh? atau jika bersedia mau nggak kalau lo, gue jadiin wakilnya?

Setelah membukanya, Misell tahu jika pesan itu dari Gerald Alvaro--anak IPA-3 yang dulu menjadi pemain futsal andalan di SMA-nya. Misell mengetahuinya, karena dulu Bian yang menjadi kapten tim futsal. Tak jarang ia mendengar, bahwa Gerald adalah anggota tim yang paling bisa diandalkan.

Sejenak Misell terdiam melihat pesan tersebut, sejak kapan seorang pemain futsal peduli dengan project angkatan kelas dua belas? Selama ini yang memegang project tersebut adalah dari anak-anak yang pernah menjadi OSIS. Dengan ragu, Misell akhirnya membalas DM tersebut.

misellialya

Halo Gerald, iya boleh. Ada rencana apa memangnya?

gerald.alvaro

Masih gambaran kasarnya aja sih sell. Jadi, ini gue baru nyari-nyari orang yang bisa gue percaya buat dijadiin penanggung jawab project angkatan ini. Kalo udah ketemu orang-orangnya bakal aku kabarin lagi buat dibahas lebih detailnya lagi

misellialya

Oh gitu ya? Oke deh gue siap. Thank you ya ger atas kepercayaannya hehe

gerald.alvaro

Ur welcome Sell. Karena gue percaya sama lo walaupun kita belum kenal deket, gue harap setelah ini kita bisa akrab supaya acaranya juga sukses :)

Kalimat balasan Gerald, menjadi penutup DM-nya sore itu. Misell senang bisa tergabung kembali di acara sekolah, karena adanya partisipasinya dalam acara sekolah membuatnya tidak susah-susah mencari cara supaya dirinya tidak jenuh dan bosan. Ya.. walaupun, sebenarnya tetap ada Bian yang selalu menemaninya, tapi bukan berarti Bian akan terus bersedia di sampingnya. Hidup Bian tidak melulu soal Misell, adakalanya ia melakukan kehidupannya yang lain seperti saat ini.

*****

Jam menunjukkan pukul sembilan malam, Misell baru saja menyelesaikan PR Kimia yang harus dikumpulkan besok. Walaupun dia terlihat ogah-ogahan beraktivitas seharian ini, tapi ia tidak akan melewatkan PRnya itu. Bukan apa-apa, ia tidak mau citra baiknya sebagai murid Kimia terbaik di SMA Pelita, hilang begitu saja. Usaha yang ia lakukan selama ini untuk merayu Bu Indah, guru Kimia yang terkenal killer juga akan sia-sia, jika dia tidak mengerjakan PR.

Sebelum tidur, Misell pun meraih handphone-nya yang ada di nakas dan mencari nama seseorang untuk ia telepon. Nada sambung berbunyi beberapa saat, menandakan jika telepon telah terhubung.

"Hallo Sell? Kenapa?" ucap Bian di seberang sana.

Misell sudah sangat hafal dengan suara itu. "Nggak apa-apa, Hehe. Sibuk nggak, Bi?"

"Nggak kok, mau curhat?" tanya Bian seolah paham betul kebiasaan Misell.

"Bukan Bi, lagi nggak ada yang pengen aku curhatin."

"Terus kenapa?" tanya Bian dengan suaranya yang kian melirih.

"Kangen. Hehe.”

"Dih, tumben-tumbenan. Baru berapa jam nggak ketemu udah ngomong kangen. Iya, Iya, tahu Sell, besok mau minta dijemput kan?"

Misell yang mendengarnya, tersenyum lebar karena Bian paham apa yang dia maksud. "Yap! Tepat sasaran. Bener banget! Jangan lupa ya, Bi."

"Iya, nggak bakalan lupa," kata Bian pada Misell

"Sip, thank you Biantara," ujar Misell bersemangat.

"Oke. By the way, Sell, Aku juga kangen kamu," ucap Bian di seberang sana dengan suara lirih, tetapi Misell tetap bisa mendengarnya dengan jelas.

Misell pun tersenyum dengan ucapan sederhana dari mulut Bian itu. Susah payah, ia tetap berusaha mengucapkan kalimat terakhir sebelum menutup teleponnya.

"Night Bi, semoga mimpi indah." Misell memilih mengucapkan selamat malam, untuk segera mengakhiri percakapannya kali ini.

"Night, jangan mimpi jadi gurita lagi ya Sell," ucap Bian pada Misell.

Misell pun segera menutup teleponnya, karena ia tidak tahan lagi dengan ucapan Bian. Entah sejak kapan perasaan ini muncul, ketika Bian mengucapkan kalimat omong kosong seperti itu. Misell memejamkan matanya dan tertidur dalam keadaan bibir yang tetap tersenyum, dengan tangan yang masih menggenggam ponselnya.

*****

Di sisi lain, dalam temaram lampu tidur di kamar bercat biru, seseorang sedang menatap langit-langit kamarnya seraya berkata, "Aku sayang kamu, Misellia Alya Faticha."

*****

tbc~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status