MasukNaomi pergi ke acara konferensi sesuai dengan undangan yang dia terima. Sebenarnya dia malas ketika weekend harus menghadari acara kantor. Tapi, karena di rumah tidak ada siapapun, jadi dia memilih pergi.
Naomi masuk ke ruangan dan menyapu pandangan ke dalam ruangan. Dia ingin tahu apakah ada orang yang dikenalnya. Di deretan kursi depan dia mengetahui salah satunya orang yang dia kenal, Vino. Dia yang mengirim undangan konferensi ini. Tapi kali, Naomi tidak ingin duduk di dekatnya.
Naomi memutuskan akan duduk di deretan paling belakang. Ah! Ada Rahaal juga di sini. Sebenarnya tidak mengejutkan, tapi sungguh kebetulan. Naomi pun berdiri di sebelahnya dan berpura-pura mencari kursi kosong. Rahaal menoleh padanya, Naomi bereaksi seperti terkejut
"Oh, kamu hadir di acara ini juga?" Tanya Naomi dengan nada seolah terkejut.
Rahaal bangun dari duduknya, menyambut interaksi Naomi. Tangannya mempersilakan Naomi duduk di sebelahnya. Naomi menyambut tawaran itu dan duduk di sebelahnya. Rahaal pun mengikutinya duduk.
"Aku bersama temanku. Karena ini acara bagus jadi aku menerimanya. Lumayan menambah ilmu dan relasi. Bagaimana kamu bisa di acara ini?" Tanyanya.
"Sama sepertimu. Aku diajak seseorang dari perusahaan lain. Tapi, entah di mana dia sekarang. Dia meninggalkanku sendiri." gerutu Naomi yang sebenarnya tidak ada kebenaran dari cerita ini.
Naomi dan Rahaal terlihat berbicara santai sebelum acara di mulai. Mereka membahas masalah pekerjaan dan juga orang-orang yang mereka kenal di acara ini. Naomi menunjuk pada salah satu pria yang duduk di deretan terdepan.
"Dia anak lelaki satu-satunya dari pemimpin perusahaan Gigantic saat ini." Naomi memberi tahu.
"Dia Vino bukan? Bagaimana kamu tahu?" Tanya Rahaal.
"Aku kenal adiknya."
Rahaal terlihat mengangguk mendengar informasi dari Naomi.
"Naomi, Rahaal!" Suara seorang laki-laki memanggil mereka. "Bagaimana kalian bisa bersama?"
"Colin?" ucap Naomi dan Rahaal hampir bersamaan.
"Apa kabar, Colin?" Tanya Naomi.
"Aku baik. Bagaimana kabarmu? Bagaimana kalian bisa kenal?"
"Kami bekerja di perusahaan yang sama" Jawab Rahaal.
"Gigantic atau Gallant?"
"Legacy" Jawab Rahaal.
"Kalian bekerja dengan Legacy? Wow!" Tanggapan Colin seperti terkejut. Tapi kemudian dia menoleh pada Naomi.
"Naomi, apakah kamu masih sering menolak lelaki? Sudahkah kamu menikah?"
"Kamu bicara apa sih? Kan selama ini tidak ada yang mau denganku." Jawab Naomi dengan nada sedih tapi terdengar bercanda.
"Kakakmu mungkin menjadi penyebabnya, haha" Colin tertawa, "Dia ada di sini?"
Naomi mengangguk.***
Tidak terasa sudah sebulan Naomi bergabung dengan perusahaan. Naomi begitu dikenal karena keramahannya. Dia dikenal sebagai gadis Social Butterfly. Bahkan hampir setengah karyawan mengenalnya. Terlebih lagi ternyata teman SMA maupun kuliah banyak yang bekerja di kantor ini.
Pemimpin perusahaan yang baru telah dipilih. Kabarnya akan ada pengurangan karyawan. Putri datang terlihat datang tergesa-gesa.
"Kalian harus segera melihat pengumuman. Cek web kantor!" Kata Putri dengan ngos-ngosan.
"Ada apa?" Tanya Killa.
Naomi pun bergegas mengecek web kantor. Dia membaca bagian pengumuman. Sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa akan ada pengurangan karyawan, penggabungan divisi, dan aturan baru dari kantor. Suasana kantor begitu riuh.
Herman muncul dengan wajah tegang. Dia dua kali menepuk tangan meminta perhatian.
"Dengarkan!" Pinta Herman.
Seluruh orang yang ada ruangan itu pun mendengarkan betul-betul apa yang akan dikatakan Herman.
"Divisi penjualan telah digabung dengan divisi pemasaran. Jadi, kita mari kita ke sana karena mulai Senin ruangan kalian akan digabung."
Orang-orang saling berpandangan. Naomi sendiri tidak tahu harus bagaimana menanggapi karena sebenarnya dia baru sebulan di kantor ini. Dia juga mengenal seorang teman yang ada di sana.
Mereka pun berjalan beriringan menuju ruangan baru mereka. Rupanya, di sana mereka sudah disambut. Naomi mengenal temannya, bernama Yislam. Mereka saling melempar senyum ketika saling bertatap.
Seorang wanita cantik dan memiliki aura kuat menjabat tangan Herman. Naomi mengenalnya sebagai manajer di divisi pemasaran. Naomi dengar dia sudah sering mendapat pujian dari para atasan untuk beberapa keberhasilannya.
Sebelum jam pulang kantor, Herman mengajak tim lamanya untuk makan-makan. Di sana Herman mulai mengatakan terkait rencana masa depannya. Karena penggabungan divisi ini membuat Herman secara tidak langsung turun pangkat. Claudialah nanti yang akan memimpin. Jadi, dia memutuskan resign dengan jabatan terakhir yang sekarang. Agar dia tetap mendapatkan jabatan setingkat ini di perusahaan lain.
***
Di jam istirahat, Naomi membeli minuman di vending mechine. Matcha minuman yang dia pilih. Dia menyusul teman-temannya pergi ke rooftop. Banyak karyawan yang pergi ke rooftop di jam makan siang karena suasana nyaman dan berangin.
Dia melihat ke kanan dan ke kiri. Tidak menemukan di mana mereka berkumpul. Tapi, mata Naomi tertuju pada seorang pria sedang merokok, duduk di bangku beton di bawah pohon yang berukuran tidak terlalu besar. Bukankah itu Mareeq. Mengapa sendirian?
Naomi memutuskan untuk duduk di sebelahnya di sisi bangku satunya. Mareeq dikenal pria pendiam namun ditakuti ketika berhubungan dengan pekerjaan. Orang-orang mengatakan Mareeq dan Rahaal adalah kombo mematikan.
Meskipun keduanya diketahui adalah sepupu dan sama-sama memiliki keturunan Arab, tapi mereka sungguh berbeda. Rahal memiliki postur tubuh tinggi, gagah, dan berkulit putih. Sementara Mareeq memiliki tubuh yanag lebih pendek, lebih kurus, dan memiliki kulit coklat. Jika Rahal dibilang tampan, maka Mareeq adalah versi manisnya.
"Hello, bisakah aku duduk di sini?" Tanya Naomi.
"Aku sedang merokok."
"Aku tidak keberatan." Jawab Naomi.
"Silakan."
"Terima kasih."
Naomi duduk dan membuka minuman kalengnya. Naomi memandang ke sekeliling. Oh, ada kucing putih berjalan di dinding pembatas. Bagaimana kucing bisa ada di sana? Naomi kagum pada cara kucing itu bergerak. Itu bukanlah jalan kaki biasa, melainkan sebuah tarian yang penuh perhitungan dan elegan.
Dari mana ingin ke mana kucing itu? Dalam sepersekian detik yang terasa melambat bagi Naomi, salah satu kaki belakang kucing itu terpeleset. Tubuhnya sedikit berputar, kehilangan keseimbangan yang biasanya kokoh.
"Oh!" Suara Naomi sedikit berteriak menunjukkan keterkejutan murni dan sedikit kengerian. Dibarengi dengan Mareeq yang tiba-tiba berdiri.
Mereka berdua saling pandang dan menyadari bahwa mereka mengamati objek yang sama. Mareeq mengelengkan kepalanya, dan senyumnya mulai mengembang namun masih menunjukkan sisa keterkejutan.
Kemudian, mereka melihat kucing itu menarik dirinya kembali ke atas. Kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Gerakan yang kuat dan anggun itu membuat Naomi dan Mareeq sama-sama menghela napas lega secara bersamaan.
"Syukurlah!" Naomi berseru pelan, matanya berbinar tak percaya.
Keduanya duduk terdiam sejenak, masih mencerna apa yang baru saja mereka saksikan. Tapi kemudian, Naomi melihat teman-temannya muncul dari arah kanan. Naomi pun memutuskan menghampiri mereka.
Pertanyaan itu menggantung di udara, penuh beban penyesalan dan harapan yang memaksa Naomi untuk memilih. Jawaban Naomi sudah jelas. Sudah sangat terlambat di usia mereka yang sudah dewasa. Pengharapan mamanya yang sia-sia.***Malam minggu, Naomi sudah siap-siap berdandan karena ada makan malam keluarga. Dia tidak mengajak Leon karena dia harus mengunjungi keluarganya juga. Jadi, tidak ada menghabiskan waktu bersama.Naomi menunggu di halte depan apartemen. Begitu sebuah mobil mendekat, dia tidak ragu untuk membuka pintu dan masuk. Tentu saja karena dia sudah janjian dengan orang tersebut. Kakaknya, Vino.Mobil mereka tampak melaju menerjang hiruk pikuknya malam keramat untuk muda-mudi. Sampai akhirnya mobil mereka masuk ke halaman rumah yang cukup luas. Sudah lama sekali mereka tidak masuk ke rumah itu. Yah, mungkin setahun sekali seperti ini.Naomi dan Vino masuk ke dalam rumah. Naomi menyapukan seluruh pandangan ke tiap ruangan yang dia lewati.
“Seseorang yang aku kenal,” jawab Naomi, nadanya dibuat seringan mungkin. “Kebetulan dia ada urusan di kantor, jadi kami bicara sebentar.”Ia segera mengalihkan topik, cepat, dan tanpa jeda. “Mau makan di mana kita? Aku sudah lapar.”Leon menatapnya sejenak, tatapan itu seolah mengukur kebenaran dari setiap kata, sebelum akhirnya mengendur. Ia terkekeh pelan. “Kamu mengenal banyak orang, ya?”Tawa Leon seharusnya menenangkan, tetapi justru membuat perut Naomi terasa mual. Ia tahu Leon hanya bercanda, tetapi ia merasa seperti penipu. Senyum tipis yang ia pasang di wajahnya terasa dingin dan kaku, sebuah upaya keras untuk menyembunyikan kegelisahan yang terjadi.Leon tidak boleh tahu. Belum. Pintu menuju masa lalu dan kerumitan keluarganya adalah babak yang belum siap ia buka untuk siapa pun, terutama untuk Leon. Ia hanya bisa berdoa semoga Leon tidak bertanya lebih jauh.Keesokan harinya, tepat setelah
"Itu karena aku mencintaimu." Suara Mareeq terdengar serak dan putus asa.Itu bukan penjelasan. Itu adalah ratapan. Pengakuan itu bukan lagi rahasia terpendam, melainkan kesakitan yang terbuka. Naomi terdiam. Dia tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Bahkan untuk menoleh pada Mareeq dia tidak bisa."Aku bingung harus bagaimana. Aku tidak boleh mencintaimu. Aku berusaha tidak memikirkanmu dengan menjauhimu. Tapi aku tidak sanggup untuk tidak melihatmu. Itu mengapa sikapku membingungkanmu. Karena aku pun bingung harus bersikap bagaimana." terang Mareeq.Mareeq berhenti bicara. Dia telah menelanjangi dirinya sepenuhnya. Dia mengakui bahwa kebingungannya adalah sumber penderitaan mereka.Naomi berbalik dan memandangi pria itu. Dia telah mengatakan semua perasaannya. Mengapa dia melakukan itu. Naomi sendiri tidak tahu harus bagaimana. Perasaannya bersambut tapi keadaan tidak mengizinkan."Seperti yang pernah kita sepakati. Kamu memiliki keluarga dan ak
Naomi berjalan kembali ke mejanya, dengan rasa bersalah yang menusuk. Dia menyadari bahwa semakin Mareeq peduli padanya semakin keras ia akan menghukum dirinya dengan jarak yang kejam. Apa yang harus Naomi lakukan?Begitu melihat Naomi, Flora langsung menyeretnya untuk melihat pengumuman."Gathering diundur di minggu kedua" Ucap Flora.Naomi pun tersentak terkejut dan bergegas melihat pengumuman. Oh benar. Jadwal ditukar dengan tim Leon. Siapa yang menukarnya? Naomi sangat penasaran.***Naomi pergi ke ruangan personalia dan HRD. Naomi berencana konsultasi dengan mereka untuk mempertimbangkan resign atau mutasi lagi. Pihak personalia ingin mendengarkan alasan Naomi untuk memberikan saran.Mereka mengatakan bahwa mereka sudah banyak mendengar tentang Naomi di kantor ataupun tentang pekerjaannya. Mereka tidak ingin melepas orang seperti Naomi. Naomi tentu saja tidak mengatakan bahwa alasananya adalah masalah pribadi.N
Naomi jadi bingung. Matcha itu selalu ada di tempat persediaan. Jika itu punya seseorang pasti akan diberi nama dan sudah pasti diletakkan di laci khusus yang sudah disediakan.Naomi pun memilih membuat latte. Dia tidak ingin ternyata selama ini dia meminum milik orang lain. Dia kembali ke meja kerja dan bertanya pada Flora."Kamu tahu matcha yang selalu ada di pantry?""Ya. Kamu sering meminumnya." Jawab Flora yang masih sibuk dengan komputernya."Itu bukan disediakan oleh kantor. Kamu tahu milik siapa itu?"Flora nampak terkejut juga mendengarnya. Dia memandang ke Naomi. "Aku pikir itu milik kantor karena selalu direfill begitu habis""Itu dia. Aku baru tahu itu."Claudia terlihat keluar dari ruangan Mareeq. Lalu menghampiri Naomi."Naomi, untuk proyek produk baru. Bisakah kamu membuat presentasi rancangan perencanaan anggaran? Kita akan presentasi lusa. Tolong update sesuai harga bahan sek
"Naomi," Lanjut Rahaal.Naomi sedikit terkejut. Baru kali ini Rahaal menyebut namanya. Dia menyebut dengan intonasi lembut. Mungkin sebenarnya terdengar biasa saja, tapi bagi Naomi yang baru kali ini mendengar terasa aneh.Naomi memandang ke Rahaal. Dia ingin tahu dengan wajah seperti apa dia menyebut namanya. Tatapan Rahaal sangat tajam padanya, tanpa berkedip."Pikirkan baik-baik dan jangan membuat keputusan karena seseorang. Masa depanmu kamu yang menentukan.""Aku mengerti.""Sampai saat ini aku masih memilih untuk tinggal." Jawab Rahaal memberikan informasi apa yang dia pilih.Naomi mengartikan kalimat ini dengan sangat jelas. Dia tidak ingin Naomi mengikuti Mareeq. Atau mungkin tepatnya dia tidak ingin Naomi mengikuti mereka. Claudia mengatakan ini keinginan mereka berdua. Tapi, Rahaal mengatakan akan tetap tinggal. Entah siapa yang harus Naomi percaya.Di jam pulang kantor, Naomi melihat ke pengumuman mutasi. Rahaal masih belum







