MasukNaomi menghampiri teman-temannya, meninggalkan Mareeq sendirian di tempatnya. Ah! Dia lupa untuk berpamitan. Dia pun berbalik.
Oh! Dia melihat ke arah Naomi. Naomi menunjukkan senyumnya, lalu menganggukkan kepala pelan dan bermakna. Sebuah ucapan tak langsung "Aku pergi dulu". Lalu segera berlalu.
"Kami menunggumu dari tadi." Ujar Tia
"Aku justru mencari kalian. Jadi, aku duduk di sana tadi." Menunjuk ke arah Mareeq.
"Kamu dengannya?" Tanya Claudia.
"Siapa? Pak Mareeq? Nggak. Aku hanya duduk di dekatnya." Jawab Naomi.
"Aku teringat meeting dadakan produk terakhir," ujar Tia.
"Dia selalu menyusahkan. Dia lebih susah dari pada Rahaal" Imbuh Claudia.
"Rahaal lebih tampan juga" celetuk Tia.
Naomi memandang ke arah Mareeq lagi. Dia masih duduk di sana dengan rokoknya. Pandangannya lurus ke depan.
***
Naomi menghadiri peluncuran produk baru milik perusahaan Gigantic. Dia melihat Mareeq datang ke acara ini juga. Naomi melihat sekeliling. Tidak ditemukan seseorang yang bisa diajak bicara. Dia pun mendekatinya.
"Permisi." seru Naomi.
Mareeq yang sedang membaca sebuah brosur pun mengalihkan pandangan ke sumber suara. Dia hanya menatap Naomi. Beberapa detik tanpa percakapan.
"Bolehkah aku duduk di situ?"
"Ya. Silakan" ujarnya kemudian Mareeq kembali sibuk dengan brosurnya.
Naomi duduk di sebelahnya. Diliriknya pria itu. Sepertinya dia tidak mengenali Naomi. Apakah dia lupa? Atau dia pura-pura tidak kenal?
Naomi pun memperhatikan brosur yang ada. Tiba-tiba Naomi tersentak menahan tawa dan mengeluarkan suara aneh. Dia menutup mulutnya. Naomi memandang ke arah samping, Mareeq menatapnya. Wajah Naomi berubah menjadi merah padam.
"Maaf." Ujar Naomi yang merasa Mareeq terganggu.
"Bagaimana bisa dia benar-benar meluncurkan keripik bawang dan bukan keripik rasa bawang," gumam Naomi terkekeh sendiri.
"Aku penasaran sejak tadi. Ini benar-benar bawang?" Suara Mareeq terdengar.
"Ya. Ini tertulis keripik bawang." Timpal Naomi.
"Bagaimana rasanya?"
"Aku pikir itu renyah dan rapuh. Tekstur dan rasa mungkin bisa diterima. Tapi baunya, tidak banyak orang yang suka." Naomi mengungkapkan pendapatnya.
Mareeq terlihat mengangguk. "Aku penasaran mungkin ini akan lebih enak jika diberi butter dan keju" Celetuknya.
Naomi langsung bersemangat, "Oh! Seperti Garlic Bread. Itu terdengar enak."
Naomi melihat sekeliling untuk mencari di mana sampel makanan berada. Di sana! Sedang ditata. Naomi berdiri menyeret lengan Mareeq. Mareeq sedikit terkejut, tapi dia menuruti apa instruksi Naomi.
"Ada di sana. Ayo kita coba!"
Naomi segera menghampiri tempat sampel. Mengambil satu porsi di piring kertas kecil. Dia menaruh satu keripik kecil di mulutnya, dan menyodorkan sisanya pada Mareeq. Mareeq mengambil satu lalu mencicipinya.
"Ah, benar katamu. Ini akan lebih enak jika diberi butter dan keju."
"Aku setuju."
Seseorang mendekat pada mereka. "Kalian sudah mencicipinya? Bagaimana?" Tanyanya tiba-tiba.
Naomi menoleh ke sumber suara. Wajah yang familiar dan sangat dikenal."Gila!" Celetuk Naomi dengan berani, Mareeq membelalakkan mata karena terkejut.
"Ide aneh ini benar-benar direalisasikan," Naomi tertawa.
"Aku bilang ini bisa saja terjadi. Mungkin hanya celetukan bagimu, tapi bagiku ini peluang bisnis. Aku justru sangat berterima kasih untuk ide ini,"imbuhnya.
"Kamu harus memberiku royalti untuk ide yang luar biasa ini." Tuntut Naomi.
"Jika kamu masih bekerja untukku, kamu bisa mendapatkannya. Tapi karena kamu pergi ke perusahaan lain, maka itu salahmu."
Naomi melihat ke arah Mareeq. Dia pasti bingung dengan percakapan ini. "Aku pernah bekerja di Gigantic bersamanya," jelas Naomi.
"Oh, kamu dari Legacy juga bukan? Perkenalkan aku Vino," sambil mengulurkan tangan.
Mareeq terlihat menyambut uluran tangan itu. "Produk yang sangat bagus. Aku tidak akan terpikirkan hal ini. Pasti akan sukses di pasaran."
"Cewek tidak banyak yang suka dengan produk pure bawang seperti ini. Harus dibuat rasa-rasa." Komentar Naomi.
"Jika begitu kembalilah dan lakukan itu," pintanya.
"Tidak! Aku tidak ingin memperkaya perusahaan yang sudah kaya." Tolak Naomi.
***
Hari ini ada meeting terkait produk baru. Beberapa divisi diminta untuk ikut rapat. Claudia meminta Naomi untuk ikut juga. Tapi, karena Naomi harus menyelesaikan pekerjaan, jadi dia datang terlambat.
Ketika Naomi pergi ke ruang meeting, dari jauh Mareeq terlihat mengintip ke ruang meeting satu. Ketika menyadari keberadaan Naomi, dia berjalan ke ruang meeting dua. Ada apa dengannya? Naomi pun masuk ke ruang meeting satu.
Claudia sudah duduk dan mengobrol di sana. Naomi pun duduk di sebelah Claudia.
"Rapat apa ini?" Tanya Naomi.
"Kami belum tahu. Pak Mareeq yang memimpin katanya memiliki ide baru." Jawab Claudia.
"Pak Mareeq?" Tanya Naomi.
Claudia hanya mengangguk, "Tapi,entah kenapa dia belum datang."
Naomi pun melihat ke partisi kaca. Kepala seseorang terlihat masih berjalan kesana-kemari. Naomi pikir dia tidak tahu di ruang mana meeting dilakukan. Naomi pun berdiri dan keluar lagi.
Naomi menengok ke arah kanan ke arah ruang meeting dua. Mareeq masih berdiri di sana. Dia terlihat menarik nafas dan mempersiapkan diri untuk masuk. Naomi sedikit tertawa membayangkan dia akan salah masuk ruangan.
Naomi terkejut karena pak Mareeq benar-benar memasuki ruang meeting dua. Naomi sudah ingin memanggil, tapi kalah cepat dengan tangan pak Mareeq yang sudah membuka pintu. Tak berapa lama, pak Mareeq keluar lagi. Dia memandang ke arah Naomi, terlihat malu. Sangat lucu. Naomi melemparkan senyumnya."Pak Mareeq, ruangannya di sini" Jelas Naomi.
"Aku lupa di mana mereka mengatakan ruangannya. Terima kasih."
Naomi membiarkan Mareeq masuk lebih dulu dan dia mengikuti dari belakang.
Claudia memperhatikan Naomi kembali bersama Mareeq. "Kamu bersamanya?"
"Aku tadi melihatnya salah ruangan. Jadi aku menyusulnya," Jawab Naomi.
"Oh..."
"Kali ini tanpa pak Rahaal?" Tanya Naomi.
"Pak Rahaal ada project lain. Dia bersama tim lain mengerjakan produk makanan. Tapi, pak Mareeq bilang ingin membuat produk minuman." jawab Claudia.
Mareeq membuka presentasi. Dia menunjukkan judul "Minuman Rasa Klepon". Beberapa orang membaca judulnya sedikit bingung dan saling tatap.
"Aku ingin kalian mengembangkan minuman seperti ini."
Seseorang dari R&D mengangkat tangannya, "Jika kita lihat dari bahannya santan, gula aren, dan aroma pandan. Banyak minuman tradisional yang sudah ada seperti Cendol dan Dawet."
"Itu benar. Tidak ada bedanya dengan cendol atau dawet kemasan kaleng. Harus ada yang membedakan."
"Kita bisa menambahkan parutan kelapa, tapi aku tidak yakin teksturnya akan disukai karena terasa ngeres."
"Itu kenapa aku kumpulkan kalian di sini. Coba pikirkan ide" Kata Mareq.
Sudah 30menit tidak ada satu pun yang menyampaikan ide. Sepertinya mereka tidak bisa memikirkan apapun. Bahkan beberapa dari mereka terdengar menggerutu.
Naomi mengangkat tangannya. Seluruh orang yang ada di ruangan memandangnya. Termasuk Mareeq, dia menatap Naomi lekat-lekat.
Pertanyaan itu menggantung di udara, penuh beban penyesalan dan harapan yang memaksa Naomi untuk memilih. Jawaban Naomi sudah jelas. Sudah sangat terlambat di usia mereka yang sudah dewasa. Pengharapan mamanya yang sia-sia.***Malam minggu, Naomi sudah siap-siap berdandan karena ada makan malam keluarga. Dia tidak mengajak Leon karena dia harus mengunjungi keluarganya juga. Jadi, tidak ada menghabiskan waktu bersama.Naomi menunggu di halte depan apartemen. Begitu sebuah mobil mendekat, dia tidak ragu untuk membuka pintu dan masuk. Tentu saja karena dia sudah janjian dengan orang tersebut. Kakaknya, Vino.Mobil mereka tampak melaju menerjang hiruk pikuknya malam keramat untuk muda-mudi. Sampai akhirnya mobil mereka masuk ke halaman rumah yang cukup luas. Sudah lama sekali mereka tidak masuk ke rumah itu. Yah, mungkin setahun sekali seperti ini.Naomi dan Vino masuk ke dalam rumah. Naomi menyapukan seluruh pandangan ke tiap ruangan yang dia lewati.
“Seseorang yang aku kenal,” jawab Naomi, nadanya dibuat seringan mungkin. “Kebetulan dia ada urusan di kantor, jadi kami bicara sebentar.”Ia segera mengalihkan topik, cepat, dan tanpa jeda. “Mau makan di mana kita? Aku sudah lapar.”Leon menatapnya sejenak, tatapan itu seolah mengukur kebenaran dari setiap kata, sebelum akhirnya mengendur. Ia terkekeh pelan. “Kamu mengenal banyak orang, ya?”Tawa Leon seharusnya menenangkan, tetapi justru membuat perut Naomi terasa mual. Ia tahu Leon hanya bercanda, tetapi ia merasa seperti penipu. Senyum tipis yang ia pasang di wajahnya terasa dingin dan kaku, sebuah upaya keras untuk menyembunyikan kegelisahan yang terjadi.Leon tidak boleh tahu. Belum. Pintu menuju masa lalu dan kerumitan keluarganya adalah babak yang belum siap ia buka untuk siapa pun, terutama untuk Leon. Ia hanya bisa berdoa semoga Leon tidak bertanya lebih jauh.Keesokan harinya, tepat setelah
"Itu karena aku mencintaimu." Suara Mareeq terdengar serak dan putus asa.Itu bukan penjelasan. Itu adalah ratapan. Pengakuan itu bukan lagi rahasia terpendam, melainkan kesakitan yang terbuka. Naomi terdiam. Dia tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Bahkan untuk menoleh pada Mareeq dia tidak bisa."Aku bingung harus bagaimana. Aku tidak boleh mencintaimu. Aku berusaha tidak memikirkanmu dengan menjauhimu. Tapi aku tidak sanggup untuk tidak melihatmu. Itu mengapa sikapku membingungkanmu. Karena aku pun bingung harus bersikap bagaimana." terang Mareeq.Mareeq berhenti bicara. Dia telah menelanjangi dirinya sepenuhnya. Dia mengakui bahwa kebingungannya adalah sumber penderitaan mereka.Naomi berbalik dan memandangi pria itu. Dia telah mengatakan semua perasaannya. Mengapa dia melakukan itu. Naomi sendiri tidak tahu harus bagaimana. Perasaannya bersambut tapi keadaan tidak mengizinkan."Seperti yang pernah kita sepakati. Kamu memiliki keluarga dan ak
Naomi berjalan kembali ke mejanya, dengan rasa bersalah yang menusuk. Dia menyadari bahwa semakin Mareeq peduli padanya semakin keras ia akan menghukum dirinya dengan jarak yang kejam. Apa yang harus Naomi lakukan?Begitu melihat Naomi, Flora langsung menyeretnya untuk melihat pengumuman."Gathering diundur di minggu kedua" Ucap Flora.Naomi pun tersentak terkejut dan bergegas melihat pengumuman. Oh benar. Jadwal ditukar dengan tim Leon. Siapa yang menukarnya? Naomi sangat penasaran.***Naomi pergi ke ruangan personalia dan HRD. Naomi berencana konsultasi dengan mereka untuk mempertimbangkan resign atau mutasi lagi. Pihak personalia ingin mendengarkan alasan Naomi untuk memberikan saran.Mereka mengatakan bahwa mereka sudah banyak mendengar tentang Naomi di kantor ataupun tentang pekerjaannya. Mereka tidak ingin melepas orang seperti Naomi. Naomi tentu saja tidak mengatakan bahwa alasananya adalah masalah pribadi.N
Naomi jadi bingung. Matcha itu selalu ada di tempat persediaan. Jika itu punya seseorang pasti akan diberi nama dan sudah pasti diletakkan di laci khusus yang sudah disediakan.Naomi pun memilih membuat latte. Dia tidak ingin ternyata selama ini dia meminum milik orang lain. Dia kembali ke meja kerja dan bertanya pada Flora."Kamu tahu matcha yang selalu ada di pantry?""Ya. Kamu sering meminumnya." Jawab Flora yang masih sibuk dengan komputernya."Itu bukan disediakan oleh kantor. Kamu tahu milik siapa itu?"Flora nampak terkejut juga mendengarnya. Dia memandang ke Naomi. "Aku pikir itu milik kantor karena selalu direfill begitu habis""Itu dia. Aku baru tahu itu."Claudia terlihat keluar dari ruangan Mareeq. Lalu menghampiri Naomi."Naomi, untuk proyek produk baru. Bisakah kamu membuat presentasi rancangan perencanaan anggaran? Kita akan presentasi lusa. Tolong update sesuai harga bahan sek
"Naomi," Lanjut Rahaal.Naomi sedikit terkejut. Baru kali ini Rahaal menyebut namanya. Dia menyebut dengan intonasi lembut. Mungkin sebenarnya terdengar biasa saja, tapi bagi Naomi yang baru kali ini mendengar terasa aneh.Naomi memandang ke Rahaal. Dia ingin tahu dengan wajah seperti apa dia menyebut namanya. Tatapan Rahaal sangat tajam padanya, tanpa berkedip."Pikirkan baik-baik dan jangan membuat keputusan karena seseorang. Masa depanmu kamu yang menentukan.""Aku mengerti.""Sampai saat ini aku masih memilih untuk tinggal." Jawab Rahaal memberikan informasi apa yang dia pilih.Naomi mengartikan kalimat ini dengan sangat jelas. Dia tidak ingin Naomi mengikuti Mareeq. Atau mungkin tepatnya dia tidak ingin Naomi mengikuti mereka. Claudia mengatakan ini keinginan mereka berdua. Tapi, Rahaal mengatakan akan tetap tinggal. Entah siapa yang harus Naomi percaya.Di jam pulang kantor, Naomi melihat ke pengumuman mutasi. Rahaal masih belum

![Without You [Indonesia]](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)





