MasukUsai dari kafe. Naomi berpisah dengan kedua rekannya karena ingin ke toilet terdekat. Begitu melewati lorong, Naomi melihat vending mechine berisi produk minuman dari perusahaan. Dia melihat ada beberapa varian baru. Naomi mengamati dengan serius beberapa varian baru itu.
"Aku suka matcha, tapi baru saja minum matcha. Mau coba caramel macchiatto tapi aku tidak bisa minum kopi yang strong. Apa yang harus kupilih?" Gumamnya.
Naomi menyadari seseorang berdiri di sebelahnya. Dia pun bergeser selangkah agar orang itu bisa menggunakan vending mechine. Karena Naomi tidak bisa memutuskan dengan cepat. Sebuah lengan lelaki terlihat memasukkan uang dan tanpa ragu memilih latte.
"Caramel macchiato memiliki jumlah kafein yang lebih tinggi. Kamu bisa memilih latte jika ingin kafein yang lebih rendah," ujarnya sambil membuka kaleng minuman.
Naomi menatap pada pria tersebut. Dia butuh sedikit mendongak. Tanpa sengaja Naomi membuka mulutnya karena terkejut. Itu Rahaal. Tapi, kemudian dia menyadari apa yang telah dilakukannya.
"Ah..." Ujar Naomi setelah mengetahui fakta. "Terima kasih"
Pria itu pergi meninggalkan Naomi. Dia menghampiri seorang pria.
"Produk baru ini apakah sudah didistribusikan? Bisakah kita mengubah sedikit kemasan?" ujarnya pada orang di sampingnya.
Naomi mengamati mereka hingga menghilang dari balik tembok. "Dia cukup ramah. Beda kesan ketika pertama kali aku melihatnya." gumam Naomi sambil memilih latte.
Ketika menuju ke ruangannya, Naomi melihat teman-temannya buru-buru keluar.
"Ada apa?" Tanya Naomi.
"Kita ada meeting mendadak. Ayo cepat! Ruangan sudah dikirim ke pesan ya. Kita tunggu di sana karena kita harus persiapan dulu." Ujar Bina.
Naomi segera mengambil barangnya dari meja dan bergegas menyusul. Beruntung sekali pintu lift dalam keadaan terbuka. Dia pun segera masuk. Beberapa orang di dalam lift terlihat membawa map yang sama. Sepertinya akan ke ruang meeting yang sama.
Naomi ingat bahwa ruangan meeting akan dikirim melalui pesan. Dia pun membuka ponselnya dan melihat isi pesan. Ketika semua orang dalam lift keluar, dia bergerak ikut keluar. Tapi, ketika membaca dengan seksama, rupanya ruangan meeting ada di lantai enam. Dia menyadari bahwa dia salah mengikuti orang-orang ini.
"Naomi!" Teriak seseorang. Naomi mengenalnya, seorang teman SMA, Andre.
"Kenapa kamu di sini?" Tanyanya.
"Aku ingin ke ruang meeting tapi aku salah lantai." Jawab Naomi menahan malu.
"Oh, kami juga akan meeting sama divisi lain. Kita ke sana bareng." Andre mengajak.
Naomi melihat di belakang Andre ada seorang pria. Apakah dia rekan setim Andre? Akan ikut meeting juga? Tanyanya dalam hati. Mereka masuk ke lift yang sama.
"Aku baru tahu kita ada di perusahaan yang sama." Andre mencoba membuka topik.
"Ini hari pertamaku. Dan aku nggak nyangka kita bertemu di sini," tukas Naomi.
"Oh, benarkah? Sebetulnya aku juga belum ada sebulan dimutasi ke sini. Kenapa kamu tidak bekerja dengan kakakmu?"
"Aku lebih suka mencari pengalaman berbeda."
"Kamu takut diawasi kakakmu yang dingin itu ya?" Goda Andre.
Naomi hanya membalas dengan senyuman. Begitu pintu lift terbuka mereka langsung menuju ke ruang meeting. Terlihat persiapan sudah selesai. Putri melambai pada Naomi agar segera duduk di dekat mereka.
Rapat dimulai dan Naomi melihat materi di depannya. Produk minuman yang ada di vending mechine tadi. Kenapa dengan prduknya? Apakah ada masalah?
"Baiklah!" Rupanya rapat dipimpin oleh pria yang ada di belakang Andre tadi. Dari papan namanya tertulis, Mareeq.
Siapa dia? Manajer? Naomi melihat ke belakang pria itu, ada Rahaal. Sejak kapan Rahaal ada di situ? Batin Naomi.
"Meeting akan singkat. Aku ingin pihak R&D mengecek segera berapa gram dan berapa persen kandungan kafein dalam tiap varian minuman yang baru." Pintanya.
"Kami sudah memiliki data itu. Nanti laporan akan kami berikan." Ujar salah satu dari pihak divisi Research & Development.
"Berikan laporan ke pihak pemasaran. Aku mau mereka menambahkan informasi itu ke kemasan produk."
"Tapi, produk baru sudah beredar dan lebih banyak lagi yang siap untuk didistribusikan. Kita tidak bisa menarik semua produk dan menggantinya. Itu akan merugikan. Apalagi kita memberikan harga perkenalan." Protes seseorang wanita dari pihak Pemasaran yang diketahui bernama Claudia.
"Kalian harus cari cara karena tidak semua orang bisa meminum minuman yang mengandung kafein tinggi. Dengan adanya info ini pelanggan akan tahu dia bisa meminum produk kita atau tidak."
Naomi teringat kejadian di vending mechine yang tadi. Apakah rapat ini diadakan karena kejadian itu?Naomi penlihat ke arah Rahaal. Dia melihat kebingungan Naomi yang tidak bisa meminum minunaman dengan kadar kafein tinggi. Wow, dia sangat jeli dengan hal kecil.
"Bagian produksi akan segera mengganti kemasan yang baru. Tapi, bagaimana jika produk yang sudah dan siap beredar tetap didistribusikan menggunakan kemasan lama?" Usul Claudia.
"Bagaimana jika yang sudah beredar kita biarkan. Dan yang siap edar kita repacking?" Usul Rahaal.
"Tidak bisa!" Sela seorang pria dari pihak R&D. "Repacking akan berisiko merusak produk. Jika sampai ke pelanggan dalam keadaan rusak itu akan merugikan kita." Imbuhnya.
Naomi mengangkat tangannya untuk memberi pendapat.
"Dari divisi mana?" Tanya Mareeq.
"Dia bagian dari divisi penjualan. Baru saja bergabung dengan kami," ujar Herman.
"Apa yang mau disampaikan?"
"Bagaimana jika produk yang siap edar diberi stiker tambahan. Jadi, tidak perlu repacking. Hanya saja akan sedikit merepotkan dan menambah biaya." Naomi menatap ke semua orang meminta tanggapan.
Tidak ada menyetujui ataupun menyanggah. Semua orang terlihat sedang berpikir. Rahaal yang justru menatap ke arah Naomi. Membuat Naomi gugup dan segera menghindari tatapan mata itu.
"Hmm... Itu tidak buruk." Ujar Mareeq. "Biaya juga tidak semahal jika kita pilih options menarik semua produk. Kita pakai cara itu!" ujarnya dengan nada mantap.
"R&D tidak keberatan dengan solusi ini."
"Yang lain bagaimana?" Tanya Mareeq. Karena semua orang setuju maka rapat ditutup.
Tim Naomi keluar paling akhir. Semua orang terlihat lemas namun lega karena masalah teratasi.
"Rapat mendadak hanya karena informasi kandungan kafein," keluh Putri.
"Naomi, kamu hebat bisa berani menyampaikan pendapat. Aku bahkan nggak kepikiran mau cari solusi," kikih Tia.
"Aku dengar Rahaal itu dulunya suka kopi. Tapi sejak sakit dia membatasi batasi minum kopi dengan kafein tinggi. Jadi, mungkin itu alasannya ada rapat ini." Ujar Putri.
"Itu kan Rahaal. Ini yang ngotot Mareeq. Harusnya mereka sejak awal mengatakannya. Bukan setelah produk didistribusikan," ucap Herman dengan nada kesal.
Oh, itu karena dia yang tidak bisa minum kopi. Bukan karena kejadian di vending mechine. Hampir saja dia kegeeran. Batin Naomi.
Pertanyaan itu menggantung di udara, penuh beban penyesalan dan harapan yang memaksa Naomi untuk memilih. Jawaban Naomi sudah jelas. Sudah sangat terlambat di usia mereka yang sudah dewasa. Pengharapan mamanya yang sia-sia.***Malam minggu, Naomi sudah siap-siap berdandan karena ada makan malam keluarga. Dia tidak mengajak Leon karena dia harus mengunjungi keluarganya juga. Jadi, tidak ada menghabiskan waktu bersama.Naomi menunggu di halte depan apartemen. Begitu sebuah mobil mendekat, dia tidak ragu untuk membuka pintu dan masuk. Tentu saja karena dia sudah janjian dengan orang tersebut. Kakaknya, Vino.Mobil mereka tampak melaju menerjang hiruk pikuknya malam keramat untuk muda-mudi. Sampai akhirnya mobil mereka masuk ke halaman rumah yang cukup luas. Sudah lama sekali mereka tidak masuk ke rumah itu. Yah, mungkin setahun sekali seperti ini.Naomi dan Vino masuk ke dalam rumah. Naomi menyapukan seluruh pandangan ke tiap ruangan yang dia lewati.
“Seseorang yang aku kenal,” jawab Naomi, nadanya dibuat seringan mungkin. “Kebetulan dia ada urusan di kantor, jadi kami bicara sebentar.”Ia segera mengalihkan topik, cepat, dan tanpa jeda. “Mau makan di mana kita? Aku sudah lapar.”Leon menatapnya sejenak, tatapan itu seolah mengukur kebenaran dari setiap kata, sebelum akhirnya mengendur. Ia terkekeh pelan. “Kamu mengenal banyak orang, ya?”Tawa Leon seharusnya menenangkan, tetapi justru membuat perut Naomi terasa mual. Ia tahu Leon hanya bercanda, tetapi ia merasa seperti penipu. Senyum tipis yang ia pasang di wajahnya terasa dingin dan kaku, sebuah upaya keras untuk menyembunyikan kegelisahan yang terjadi.Leon tidak boleh tahu. Belum. Pintu menuju masa lalu dan kerumitan keluarganya adalah babak yang belum siap ia buka untuk siapa pun, terutama untuk Leon. Ia hanya bisa berdoa semoga Leon tidak bertanya lebih jauh.Keesokan harinya, tepat setelah
"Itu karena aku mencintaimu." Suara Mareeq terdengar serak dan putus asa.Itu bukan penjelasan. Itu adalah ratapan. Pengakuan itu bukan lagi rahasia terpendam, melainkan kesakitan yang terbuka. Naomi terdiam. Dia tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Bahkan untuk menoleh pada Mareeq dia tidak bisa."Aku bingung harus bagaimana. Aku tidak boleh mencintaimu. Aku berusaha tidak memikirkanmu dengan menjauhimu. Tapi aku tidak sanggup untuk tidak melihatmu. Itu mengapa sikapku membingungkanmu. Karena aku pun bingung harus bersikap bagaimana." terang Mareeq.Mareeq berhenti bicara. Dia telah menelanjangi dirinya sepenuhnya. Dia mengakui bahwa kebingungannya adalah sumber penderitaan mereka.Naomi berbalik dan memandangi pria itu. Dia telah mengatakan semua perasaannya. Mengapa dia melakukan itu. Naomi sendiri tidak tahu harus bagaimana. Perasaannya bersambut tapi keadaan tidak mengizinkan."Seperti yang pernah kita sepakati. Kamu memiliki keluarga dan ak
Naomi berjalan kembali ke mejanya, dengan rasa bersalah yang menusuk. Dia menyadari bahwa semakin Mareeq peduli padanya semakin keras ia akan menghukum dirinya dengan jarak yang kejam. Apa yang harus Naomi lakukan?Begitu melihat Naomi, Flora langsung menyeretnya untuk melihat pengumuman."Gathering diundur di minggu kedua" Ucap Flora.Naomi pun tersentak terkejut dan bergegas melihat pengumuman. Oh benar. Jadwal ditukar dengan tim Leon. Siapa yang menukarnya? Naomi sangat penasaran.***Naomi pergi ke ruangan personalia dan HRD. Naomi berencana konsultasi dengan mereka untuk mempertimbangkan resign atau mutasi lagi. Pihak personalia ingin mendengarkan alasan Naomi untuk memberikan saran.Mereka mengatakan bahwa mereka sudah banyak mendengar tentang Naomi di kantor ataupun tentang pekerjaannya. Mereka tidak ingin melepas orang seperti Naomi. Naomi tentu saja tidak mengatakan bahwa alasananya adalah masalah pribadi.N
Naomi jadi bingung. Matcha itu selalu ada di tempat persediaan. Jika itu punya seseorang pasti akan diberi nama dan sudah pasti diletakkan di laci khusus yang sudah disediakan.Naomi pun memilih membuat latte. Dia tidak ingin ternyata selama ini dia meminum milik orang lain. Dia kembali ke meja kerja dan bertanya pada Flora."Kamu tahu matcha yang selalu ada di pantry?""Ya. Kamu sering meminumnya." Jawab Flora yang masih sibuk dengan komputernya."Itu bukan disediakan oleh kantor. Kamu tahu milik siapa itu?"Flora nampak terkejut juga mendengarnya. Dia memandang ke Naomi. "Aku pikir itu milik kantor karena selalu direfill begitu habis""Itu dia. Aku baru tahu itu."Claudia terlihat keluar dari ruangan Mareeq. Lalu menghampiri Naomi."Naomi, untuk proyek produk baru. Bisakah kamu membuat presentasi rancangan perencanaan anggaran? Kita akan presentasi lusa. Tolong update sesuai harga bahan sek
"Naomi," Lanjut Rahaal.Naomi sedikit terkejut. Baru kali ini Rahaal menyebut namanya. Dia menyebut dengan intonasi lembut. Mungkin sebenarnya terdengar biasa saja, tapi bagi Naomi yang baru kali ini mendengar terasa aneh.Naomi memandang ke Rahaal. Dia ingin tahu dengan wajah seperti apa dia menyebut namanya. Tatapan Rahaal sangat tajam padanya, tanpa berkedip."Pikirkan baik-baik dan jangan membuat keputusan karena seseorang. Masa depanmu kamu yang menentukan.""Aku mengerti.""Sampai saat ini aku masih memilih untuk tinggal." Jawab Rahaal memberikan informasi apa yang dia pilih.Naomi mengartikan kalimat ini dengan sangat jelas. Dia tidak ingin Naomi mengikuti Mareeq. Atau mungkin tepatnya dia tidak ingin Naomi mengikuti mereka. Claudia mengatakan ini keinginan mereka berdua. Tapi, Rahaal mengatakan akan tetap tinggal. Entah siapa yang harus Naomi percaya.Di jam pulang kantor, Naomi melihat ke pengumuman mutasi. Rahaal masih belum







