Lili terlihat serius membaca laporan dari Fabian. Beberapa anak buahnya masuk rumah sakit dengan alasan yang berbeda. Jelas wajahnya menunjukan tidak senang.Kontes Intern antara penjaga Boa Groups tinggal 3 hari lagi, tapi ada kejadian seperti ini. Lili merasa ada yang tidak beres."Fabian, bagaimana menurutmu?" tanya Lili setelah mendesah pelan."Saya rasa kejadian ini mempunyai dalang dibelakangnya, nona," jawab Fabian."Apakah itu adalah kerjaan Connor atau Reynold?" Lili coba menduga-duga."Menurut laporan, anak buah mereka juga sama seperti kita. Ada beberapa yang masuk rumah sakit bahkan cacat permanen."Alis Lili berkerut. Memang kejadian ini terlalu jelas jika mereka pelakunya. Apakah ada orang lain yang ingin mengadu domba?"Oh ,iya nona. Brandy juga mengirim laporan dari Dario. Dia juga mengirim video."Fabian memberikan ponselnya dan memutar video percakapan Rooney dan Leon. Ada juga video lain saat Leon berbuat mesum dengan sekretarisnya."Apa kata Dario?" tanya Lili setel
Keadaan Brandon benar-benar parah. Ketua tim F itu koma dan belum bangun semenjak ditemukan terluka di dalam mobilnya yang hancur. Hanya mesin penanda detak jantung yang masih menyatakan kalau Brandon masih hidup.Jika ada yang tidak senang dengan keadaan ini, itu pasti Lili. Dia duduk gelisah di bangku menatap Brandon yang terbaring diam dipenuhi dengan perban. Wajahnya suram seperti mendung yang paling gelap.Saat kejadian, untungnya Brandon membawa alat buatan Brandy sehingga mudah ditemukan. Bila tidak, nyawanya mungkin akan terlambat ditolong.Alat yang dilengkapi gps itu sudah ia bagikan kepada yang lain untuk mengatasi masalah sejumlah pengawal yang terluka.Drrrttt!Hape Lili bergetar. Nama Brandy terpampang disana. Lili segera keluar untuk menerima telpon tersebut.“Bagaimana?” tanya Lili tanpa basa-basi.“Orang-orang yang kita hadapi sepertinya profesional. Tidak ada CCTV yang menyala disekitar kejadian.” Jawab Brandy dari sebrang sana.“Apakah mungkin itu dihapus sesaat sete
“Apa kau bilang? Apa mereka gila?” Leon sampai berdiri dari duduknya mendengar laporan anak buahnya. “Siapa saja yang mengajukan syarat itu?”“Semuanya, tuan. Mereka punya alasan yang sama. Berita itu mereka dapat dengan membayar seseorang.”“Selidiki orang yang memberikan video itu. Bisa jadi dia berasal dari dalam perusahaan.”“Baik, tuan. Lalu bagaimana dengan permintaan para pemimpin redaksi?”“Biar aku yang urus. Kau selidiki saja orangnya.”“Baik, tuan.”“Haaahhhhhhh”Leon membanting semua benda yang bisa dia raih. Kekesalannya sudah sampai ubun-ubun. Ada lebih dari 10 surat kabar dan majalah di Roswell. Dikalikan satu juta akan menjadi 10 juta lebih. Uangnya mungkin tidak cukup.Dia masih ingat benar dengan ancaman kakak iparnya. Orang itu hanya lembut kepada Clara, kakak kandung Leon. Kepada orang lain, Connor kadang bisa sangat kejam.Jalan satu-satunya, Leon akan menghubungi Clara untuk meminta tambahan uang. Dia yakin Connor akan luluh jika istrinya yang meminta.***Dario b
Kali ini Dario yang maju duluan. Dia sudah mempelajari gerakan Raven dari pertarungan tadi. Gerakan Dario pun kini jadi sama cepatnya dengan lawannya. Keduanya kemudian beradu puluhan jurus.“Lawan bocah itu, Raven. Apa kau membiarkanya mendesak mu, hah?” kata Rino sambil tertawa senang.Kali ini Raven yang terlihat kesal. Dia juga tidak menyangka pemuda yang jadi lawannya bisa mendesaknya sampai ke pinggir taman. Raven coba meningkatkan kekuatannya, hasilnya Dario masih bisa membuatnya repot.Buk!!Kaki Dario akhirnya mendarat di punggung Raven. Pria itu terdorong maju hampir jatuh. Dario senang akhirnya bisa mendaratkan satu tendangan.Meski dari tadi bisa mendesak Raven, pertahanan pria itu cukup kuat. Dario sampai harus mengerahkan kekuatan lebih.“Hahaha, Sekarang giliranku!”Belum sempat bernafas lega, Rino kembali maju. Ronde kedua pun di mulai. Serangan pria tinggi besar itu bagai buldozer yang siap menghancurkan apapun.Mengandalkan kecepatannya, Dario bisa berapa kali mengela
Dario sudah di atas motor menuju tempat kontes yang di adakan di mess perusahaan penjaga Boa Groups yang ada dipinggiran kota. Stefanie sudah pulang ke apartemennya sendiri. Dia nampak tidak rela ketika Dario izin pergi.Setelah menunjukan kartu akses kepada penjaga gerbang,Dario di izinkan masuk. Sudah banyak mobil yang terparkir di halamannya. Beberapa sosok tidak dia kenal berlalu lalang sambil menatapnya dengan aroma permusuhan yang kental.Fabian memanggil dari jauh. Dario lantas menghampirinya. Mereka berjalan beriringan menuju kesebuah ruangan yang ada di dalam gedung.“Apakah mereka peserta?” tanya Dario mengenai orang-orang yang dia temui di parkiran.“Iya. Mereka adalah anggota tim A. Satu orang anggotanya bisa mengalahkan 10 orang penjaga biasa,” Jawab Fabian.“Apakah nona Lili tidak mempunyai anak buah dari tim A?” tanya Dario lagi.“Nanti kau akan tahu.”Keduanya memasuki ruangan yang cukup luas dengan orang-orang yang Dario kenal dari tim F sedang melakukan peregangan. A
Agnes adalah anak yatim piatu. Dia diadopsi oleh Connor saat umur 12 tahun karena terlihat lebih menonjol dalam kecerdasan. Selama 7 tahun, dia mendapatkan pelatihan khusus dalam melakukan penyamaran dan spionase.Sudah berapa kali lawan Bisnis Connor jatuh berkat penyamaran yang dilakukan Agnes. Dia akan menyusup ke lingkaran utama dan mengambil informasi yang bisa digunakan ayah asuhnya. Kesuksesannya dalam menyusup mendekati 100 persen.Dari pertama mereka bertemu, Agnes sudah mengagumi sosok Connor yang menurutnya sempurna. Bertambah usia, rasa kagum itu berubah jadi cinta. Dimatanya, Connor menjelma jadi orang suci laksana dewa. Agnes akan melakukan apapun agar Ayah asuhnya itu memujinya.Tak terkecuali ketika Connor memintanya untuk menyusup ke tempat Lili. Sebagai orang berpengalaman di dunia bisnis, kehadiran Lili dianggap sebagai ancaman. Makanya Connor ingin tahu sepak terjang sepupunya itu langsung dari dalam lingkaran.“Bagaiamana kau akan menjelaskannya, Agnes?” tanya Lili
Tuan Besar Wallace bukanlah orang yang terlahir kaya. Justru dia adalah yatim piatu yang harus berjuang demi hidupnya di jalanan.Jalanan yang keras telah mengajarkannya arti dari perjuangan. Demi sesuap nasi dan recehan dollar, dia melihat beberapa orang harus meregang nyawa.Nama aslinya Edinson, tanpa nama keluarga. Dia belajar bertarung ala jalanan yang kejam dan keras. Untungnya dia tidak ikutan beberapa temannya yang jadi preman.Edinson bertarung hanya untuk melindungi dirinya sendiri. Awal mula dia terlibat dalam dunia pertarungan, di mulai saat bekerja di sebuah toko sayuran.Setelah melalui berbagai kejadian, Edinson bertemu dengan anak-anak yatim piatu dan mulai berkumpul bersama. Dia berhenti berkelahi dan kembali bekerja di pasar."Mulai besok uang keamanan akan dinaikan 30 %," ucap salah satu preman ditengah pasar. "Ini sudah perintah dari ketua Brook."Para pedagang yang mendengarnya mulai saling berbincang sendiri. Mereka sedang di kumpulkan di tengah-tengah.Para pedag
"Rumah Hudson dibakar oleh anak buah Brook."Suara itu pelan datang dari belakang Edinson. Pemilik suara adalah Beno, tetangga Hudson sekaligus sesama pedagang di pasar. Umur mereka tidak terpaut jauh."Apa maksud anda tuan Beno?" tanya Edinson heran."Aku melihat anak buah Brook masuk ke rumah Hudson sebelum kebakaran terjadi." ujar Beno lagi sambil berbisik. Matanya awas melihat ke sekeliling."Apa kau yakin?" Edinson coba meyakinkan. Jika apa yang dikatakan Beno benar, ini termasuk tindakan kriminal."Hei, Edinson. Aku sudah tua tapi mataku masih normal. Aku bilang begini karena kamu sudah menolong Hudson.Kau tahu kenapa para pedagang banyak yang pindah? Itu karena Hudson bilang dia ingin pindah duluan.Yang lain lama-kelamaan berpikiran sama. Pungutan dari Brook sangat memberatkan. Aku juga tadinya mau pindah.Brook mungkin mengira Hudson menghasut yang lain, makanya dia dihabisi."Beno menjelaskan panjang lebar dengan masih berbisik. Edinson menatap tajam pria paruh baya itu samb