Home / Romansa / Bos di Atas Normal / 04. Model Majalah Dewasa

Share

04. Model Majalah Dewasa

Author: Gadiahli
last update Last Updated: 2021-06-09 20:46:58

“Siapa Nolan yang kamu maksud? Saya?”

Violet terbelalak ketika pria lain datang.

“Bukan. Memang yang namanya Nolan cuma Anda.” Violet sengaja terlihat sinis.

“Saya juga Nolan. Arnolan Bregi.”

Sepertinya meladeni dua pria sinting sekaligus akan menyusahkan. Violet harus segera pergi dari kafe. Jangan sampai Nolan memergokinya di tempat ini.

“Maaf, aku harus cepat-cepat pergi, permisi.” Violet melewati begitu saja dua pria yang mengganggunya.

“Mau ke mana? Saya bisa jadi Nolan yang kamu maksud!”

Violet mengabaikannya. Dia kesal setengah mati.

***

Violet sebenarnya ingin menyembunyikan apa yang selama ini ia rasakan dari Grey. Namun, setelah berpikir ulang, Violet tidak bisa terus mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja saat Grey bertanya.

Sejak semalam kepala Violet terus berkecamuk. Dia tidak mau membuat Grey kecewa, tetapi ia juga tidak bisa menjadikan itu semakin menambah bebannya. Violet tahu ini sulit, ia tahu bagaimana Grey. Namun, daripada terlalu memikirkan reaksi Grey, Violet lebih berusaha untuk tidak menyakiti diri sendiri lagi.

Langkah Violet belum sepenuhnya mantap, masih setengah-setengah, tetapi ia mencoba berani. Grey ada di kursi kerjanya, sedang memainkan cangkir kopi, kesempatan yang tidak boleh Violet sia-siakan. Waktunya sangat tepat.

“Tumben ke sini? Jadi sekretaris bukannya sibuk?” sindir Grey, tepat ketika Violet baru saja sampai. Violet sengaja menghampiri Grey sebelum ke ruang kerjanya.

“Sibuk. Sangat sibuk. Aku tidak punya waktu seperti dulu. Harus menemani Nolan ke mana pun dia pergi. Di mana ada Nolan, di situ ada aku. Capek,” keluh Violet.

Grey tersenyum tipis kemudian mengambil cangkir berisi kopi di atas mejanya. Aroma kopi langsung menyeruak. Grey menyeruput kopi panas itu sedikit demi sedikit, tidak sampai tandas.

“Rasanya ingin kembali ke pekerjaanku yang dulu.” Violet masih mengeluarkan keluh kesahnya.

Grey menaruh lagi cangkirnya ke atas meja. “Sudah enak menjadi sekretaris. Kenapa malah ingin kembali lagi?”

“Aku bingung,” ucap Violet jujur.

Sekarang Grey juga bingung dengan jawaban Violet. Keningnya kontan berkerut. “Bingung kenapa?”

“Aku akan jujur sekarang, tapi janji tidak boleh marah.” Violet mewanti-wanti lebih dulu. Takut jika Grey akan memarahinya setelah tahu kebenarannya.

Dengan ragu-ragu Grey mengangguk. Itu adalah tanda persetujuan dari Grey, tetapi Violet masih belum percaya. Dia memastikan sekali lagi. “Janji ya?”

Grey mendengus kesal. Ponsel di saku kanannya lebih menarik ketimbang menunggu apa yang akan Violet katakan. “Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan? Kalau tidak mau mengatakannya—sudah, jangan dipaksa.”

Grey terlanjur kesal. Violet tahu Grey kesal.

Violet lantas memeluk Grey dari belakang. “Iya, Iya, maaf.” Violet mengatakan itu sambil terkikik.

Satu lengan Violet kemudian melepas dari leher Grey. Masih dari posisinya Violet terdiam sembari menggigit bibir. Violet tentu sedang menimbang, butuh waktu sekian detik sampai akhirnya bersuara.

“Sebenarnya aku bingung dengan diriku sendiri, Grey. Tentang misi kita.”

Mendengar itu, Grey terkesiap. Diam-diam Grey menyimak meski bola mata dan jemari panjangnya sedang sibuk dengan ponsel keluaran terbaru miliknya.

“Aku ingin dekat dengan Nolan. Tapi, saat dia mencoba membangun hubungan baik denganku, aku malah takut. Aku takut kalau Nolan memberikan harapan padaku—“

“Justru bagus. Itu artinya usaha kita ada perkembangan,” sela Grey. Sejak awal Grey memang masih melihat keraguan di mata Violet. Namun, Grey tetap memaksa, terus memberi dorongan sampai akhirnya Violet setuju. Grey percaya jika Violet hanya butuh waktu.

Kini Violet memutar tubuhnya menghadap Grey. Bokong sekalnya menyangga di tepian meja. “Itu yang menjadi permasalahannya. Aku takut dengan harapan itu Nolan akan mematahkan hatiku, menghancurkanku.”

Grey mengerutkan kening lagi. “Kenapa kau terdengar sangat yakin Nolan akan melakukannya?”

Mutlak, Violet gelagapan. Ucapannya jadi tidak jelas. “A-aku—bukan. Ah, maksudnya mungkin dugaan. Menduga-duga saja.”

Raut wajah Grey langsung berubah penuh selidik. “Violet!” tegas Grey.

Tentu Violet tidak bisa lari dari Grey. Pada akhirnya ia harus memberi tahu Grey apa yang ia lihat kemarin. “Setelah menjadi sekretaris Nolan, aku tahu beberapa hal. Nolan sudah punya kekasih. Kekasih yang benar-benar kekasih atau hanya sekadar main-main. Aku juga tahu Nolan tidak menghargai seorang wanita. Tapi, aku tetap ingin bersamanya. Dan kemarin aku membuntuti Nolan bertemu dengan kekasihnya. Aku melihat mereka bermesraan. Mereka berciuman.”

Grey memandang Violet tidak percaya. “Kau membuntuti Nolan?” Nada suara Grey meninggi. Namun, ia kemudian sadar dan mengurangi frekuensinya. “Kau berani sekali, Let.”

Violet sudah menduga reaksi Grey akan seperti ini. Dia sudah siap. “Aku penasaran bagaimana rupa wanita itu.” Violet mengungkapkannya setengah frustrasi.

“Apa yang kau dapat setelah menjadi penguntit?” Entah mengapa Grey tidak habis pikir dengan Violet.

“Aku ingin berhenti. Tapi, aku tidak bisa berhenti. Aku berharap Nolan mau melihatku. Tapi, aku juga takut saat Nolan memberi harapan. Aku bingung dengan diriku sendiri. Apa yang aku mau sebenarnya.”

Melihat Violet yang menunduk lemah, Grey tahu Violet berada di posisi sulit. Menyangkut perasaan, terkadang memang tidak bisa dipahami, Grey mengerti soal itu.

“Kau hanya masih ragu. Cobalah untuk yakin. Hilangkan semua pikiran burukmu, tentang kemungkinan terburuk.” Grey memang tidak pernah gagal memberikan nasihat.

“Aku juga berpikir begitu.” Itulah yang Violet pikirkan selama ini. “Apa itu artinya kita tunda misi kita dulu sampai aku benar-benar siap?”

Pendapat Violet sangat tidak tepat. Grey jelas menolak. “Tidak. Bagaimanapun misi tetap harus berjalan. Sia-sia saja aku membantumu sampai membelikan baju seksi yang harganya mahal itu.”

“Akan aku ganti, Grey.”

“Kau boleh menggantinya kalau sudah resmi menjadi pacar, kekasih, boleh juga pas sudah jadi istri Bos Nolan.”

Oke, Violet rasa ia tidak punya pilihan. Apa pun yang Grey katakan seperti perintah mutlak bagi Violet.

“Grey, aku butuh pil penguat kalau begitu.”

Tanpa dijelaskan sekalipun Grey paham maksud dari Violet. Pil penguat bagi Violet adalah pelukan dari Grey. Pelukan yang mampu memberikan kekuatan dalam keadaan sulit. Pelukan ajaib yang membantu mewujudkan hal yang bahkan mustahil sekalipun.

Di tengah pelukan hangat yang terjalin, Violet ingat sesuatu yang mengganjal, itu ingin ia tanyakan pada Grey sekarang. Dengan terpaksa Violet menjauhkan tubuhnya dari Grey meski ia masih membutuhkannya.

“Grey, aku merasa pernah bertemu dengan kekasih Nolan sebelumnya. Wajahnya familier sekali.” Violet menunjukkan foto Aruna yang sempat ia ambil. Bahkan, Violet sendiri tidak ingat jika ia pernah mengambil foto Aruna. Dia sadar ketika semalam tidak sengaja membuka galeri ponselnya.

“Ini kekasih Nolan?” Grey terlihat terkejut setelah Violet menunjukkan foto Aruna.

“Kau kenal siapa dia?”

“Tentu saja. Dia ini model yang majalahnya aku beli sebulan sekali. Model majalah dewasa, Aruna Viktor.”

Gadiahli

Aku berharap kalian suka, ya. Ah, aku terlalu berharap. Maklumi karena masih amatir dalam menulis, dear.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bos di Atas Normal   27. Kembali Pada Rutinitas

    Ini menginjak hari kedua Violet dan Nolan kembali ke rutinitas pekerjaan. Sungguh luar biasa ketika mereka sudah disambut dengan segudang tugas dan agenda. Kesibukan itu membuat mereka lebih banyak bertemu, tetapi justru kurang berkomunikasi.Setiap menitnya selalu ada rentetan pekerjaan yang harus mereka selesaikan. Untung saja Violet memaksa untuk pulang. Jika mereka bertahan lebih lama lagi di sana, entah sebanyak apa lagi tumpukan jadwal yang memaksa mereka berlari, berpacu dengan waktu.Bahkan, pagi ini Violet sudah disambut dengan omelan Nolan sebab klien mengirimkan komplain. Menurut Nolan itu adalah masalah besar, karena baginya klien adalah raja yang menuntut kepuasan.“Rubah semuanya. Mulai dari awal. Siang nanti saya harus sudah menerima berkas itu di meja saya,” perintah Nolan.Violet mengangguk sembari memungut lagi berkas yang Nolan lemparkan di atas sofa.“Baik, Pak. Saya akan revisi secepatnya.”&ldquo

  • Bos di Atas Normal   26. Kedua Kali

    Nenek Glow bisa membaca situasi. Nolan dan Violet tidak banyak bicara. Mereka hanya sekadar menanggapi untuk menghargainya.Sejak tadi Violet juga lebih banyak melamun. Makanan yang nenek Glow hidangkan sama sekali tak menggugah selera. Berulang kali nenek Glow menyenggol lengan Nolan untuk menanyakan ada apa dengan Violet, tetapi Nolan hanya diam sembari mengangkat bahu. Padahal, jelas dialah sang penyebab situasi ini.“Aku ingin pulang, Bosse,” ucap Violet di sela makan.Nenek Glow yang sedang mengunyah makanan seketika terhenti. Dia menatap ke arah Violet. “Kenapa buru-buru?” tanyanya.Violet tersenyum tipis. “Pekerjaanku dan Nolan sudah menunggu, Nek. Kami harus kembali untuk bekerja.”Nenek Glow mengangguk mengerti. Lalu, beralih pada Nolan yang baru saja selesai mengelap bibirnya dengan tisu. “Padahal aku masih ingin melihatmu dan Violet di sini. Tapi, kalian memang harus bekerja,” ucapnya lesu.

  • Bos di Atas Normal   25. Hampir Saja

    “Bosse ...”Yang dipanggil hanya melirik sebentar sebelum berkutat lagi pada layar laptop dengan serius.“Bosse ...” panggil Violet lagi.Tanpa berminat menatap lawan, Nolan menjawab dengan bergumam. Hal yang menarik Violet untuk berdiri tepat di samping Nolan, di sebuah ruangan khusus untuk Nolan jika berkunjung kemari.“Coba lihat saya dulu, Bosse!” Violet mulai geram. Dia berkaca pinggang dengan bibir mengerucut.Karena gemas, Nolan menarik lengan Violet hingga bokong padat wanita itu berada tepat di atas pahanya.Violet terperanjat, pipinya pun memanas. Dia mencoba melepaskan diri dari lilitan lengan kokoh Nolan yang memutari pinggangnya.“Bo-bosse ...” Violet terperanjat. Dia tidak percaya dengan posisinya sekarang ini. Rasanya dominan memalukan, itulah mengapa ia menyembunyikan wajahnya di sela rambut panjangnya. Tentu dia sangat gugup. Apalagi, ketika tangan Nolan sedikit mengusap

  • Bos di Atas Normal   24. Harapan Baru Bagi Violet

    Setidaknya, setelah menjalani akting pura-pura ini, Violet merasakan perubahan besar dari Nolan.Terlihat bagaimana Nolan memperlakukannya dengan sangat baik, benar-benar seperti sepasang kekasih.Binar tetulusan yang Nolan pancarkan bukan hanya untuk sang nenek. Bahkan, Violet tidak bisa melihat Nolan yang dulu. Seperti memang ia sedang menghadapi Nolan yang baru, atau mungkin inilah wajah Nolan yang sebenarnya. Entahlah, Violet tidak ingin mencari tahunya. Tidak untuk saat ini.Nenek Glow banyak bercerita tentang Nolan. Setidaknya, Violet kini mulai mengetahui lebih banyak. Dan ada sebuah fakta mengejutkan.“Aku menemukannya di hutan. Kau bayangkan, bocah berusia enam tahun ada di hutan.” Raut wajah nenek sangat serius. Kerutan di keningnya bertambah banyak ketika ia mencoba mengingat-ingat memori. “Dia ketakutan. Aku kasihan, akhirnya aku bawa dia ke rumah. Butuh waktu lama untuknya mau menceritakan semuanya. Tapi, aku sabar menunggu

  • Bos di Atas Normal   23. Nolan Berulah Lagi

    Nolan mengajak Violet ke suatu tempat di daerah pegunungan sebagai upaya menebus semua kesalahannya pada Violet. Jalannya menikung, sedikit membuat Violet mual, untungnya pemandangan sekitarnya bisa dengan mudah mengalihkan pikirannya. Pepohonan besar tumbuh di sepanjang jalan, banyak bunga azalea yang mulai bermekaran, menjadi indikasi mereka memasuki area puncak.Ada segelintir rumah, jaraknya begitu jauh dengan rumah-rumah lainnya. Tampak biasa, tetapi Violet menemukan satu rumah yang akhirnya mencuri perhatiannya, terhalang banyak pepohonan besar. Dia terpaku pada lentera yang menggantung di kanan dan kiri pintu. Atapnya hanya dibalut jerami usang. Lalu, seorang anak kecil tengah bermain di halaman yang tidak terlalu luas. Violet memicing untuk mengetahui apa yang sedang anak kecil itu mainkan di tangannya. Bahkan, sampai mobil terus melaju dan rumah itu sudah terlihat jauh, Violet masih berusaha memutar kepalanya.Guncangan akibat jalanan yang tidak rata

  • Bos di Atas Normal   22. Malam Panas Nolan

    Entah bagaimana Violet berakhir di tangan Nolan. Perlakuan Nolan dan suara serak yang terdengar begitu seksi berhasil membuatnya takluk. Semuanya mengalir sampai Violet tidak ingat komitmen untuk tidak terjerumus, dia justru sudah kalah telak.Malam ini, Violet menyerahkan diri. Dia dituntun ke sebuah perasaan asing yang menghasilkan sensasi luar biasa bagi tubuhnya. Sentuhan Nolan yang lembut membuat Violet tidak ingin menyudahinya.“Kamu cantik, Sayang.”Seharusnya Violet tidak terpengaruh dengan rayuan yang pasti sudah sering Nolan lantunkan pada wanita lain. Namun, Violet masih saja berdebar, wajahnya memanas, dan jemarinya seperti disihir untuk mengusap rahang tegas Nolan.“Biarkan saya memilikimu, ya?”Itu bukan pertanyaan, karena Nolan tidak meminta persetujuan, dia tidak ingin mendengar jawaban Violet. Bibirnya yang bengkak akibat ciuman panas mendarat di perpotongan leher Violet, menyesap dengan kuat sampai mungkin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status