Seminggu setelah percakapan cukup lama antar dua pria berbeda usia itu, Alex tidak berkata apa-apa. Dia hanya diam sampai Allen selesai berbicara dan pergi masuk ke dalam ruang perawatannya.
Allen yang ditinggalkan waktu itu hanya bisa menghembuskan nafas panjang sambil berharap, kalau Alex perlahan mau menerima dirinya dengan semua cerita tentang masa lalunya, dan juga masa sekarang.
"Bos, ini laporan dari pengacara kita." Ace menyodorkan satu buah map ke tangan Allen.
Pria berjambang itu masih setia berdiam di rumah sakit, menunggu wanitanya siuman.
"Kau sudah pastikan semua milik mereka ada dalam tangan kita?"
"Sudah Bos. Semuanya termasuk harta milik orang tua Bos yang sempat mereka curi dan sembunyikan juga sudah kita dapatkan."
Allen mengangguk menatap satu per satu lembar demi lembar, harta milik paman dan sepupunya Adam.
 
Maafkan author malam ini harus up malah yah guys... Author agak sibuk seminggu ini soalnya... Terima kasih sudah setia menunggu up guys 🤗
Mendengar anaknya telah sadar, Alex berlari masuk ke dalam rumah sakit. Pria itu baru saja dihubungi oleh Ace saat bosnya sudah berada di dalam ruangan ICU.Menunggu hingga lima menit lamanya, Alex akhirnya bisa masuk setelah Allen keluar dengan mata yang sedikit sembab.Mereka sempat bersitatap sebelum Allen berjalan masuk ke ruang ganti untuk melepaskan baju steril yang dia pakai."Ingat untuk jangan mengajak Rose banyak bicara dulu Tuan." Liam masih berdiri di depan pintu bersama asisten kepercayaan Allen."Baik, terima kasih Dokter."Pria paruh baya itu melangkah lebar menuju ruangan dimana Rose berada. Melihat anak perempuannya membuka mata dan tengah tersenyum menatapnya, Alex seketika menangis bahagia penuh haru."Rose anakku…." Alex mendekati ranjang rumah sakit duduk di kursi sampingnya."Dad," sapa Rose lemah.
Setelah Rose sadar, Allen kembali ke markas Blue Fire menemui paman dan sepupunya.Mereka masih di sekap di dalam ruang eksekusi dalam keadaan yang mengenaskan.Kepala Adam mulai membusuk dengan aroma menyengat yang keluar dari sana. Bahkan belatung-belatung kecil mulai terlihat memenuhi kulit kepala Adam.Memakai masker gas, Allen masuk diikuti Ace dari belakang. "Halo Paman dan sepupuku…," sapanya.Robert yang tidak pernah makan setelah hari dimana dia memakan daging jari anaknya, tampak kurus dengan wajah yang pucat. Mereka tidak diberi makan ataupun minum oleh anak buah Allen, seperti perintah pria itu.Tidak ada sahutan satupun dari mereka berdua, karena baik Robert maupun Adam sudah sama-sama tidak bertenaga."Ini sama sekali tidak lagi mengasyikkan untukku!" Allen duduk menatap bergantian paman dan sepupunya."Ba
"Bagaimana?""Semuanya bagus, ginjalmu sangat baik. Tekanan darahmu juga normal, kita tinggal menunggu kesiapan dari Rose.""Baiklah, aku senang mendengarnya. Aku akan menjenguk dia dulu."Liam mengangguk menatap Allen dari belakang. Entah apa Rose akan setuju untuk melakukan operasi ini atau tidak, tapi pria itu terlihat bersungguh-sungguh ingin melakukan operasi donor ginjalnya. Semoga saja semuanya bisa berjalan dengan lancar, harapnya.Baru saja mendekati ruang perawatan dimana Rose sudah di pindahkan dari ICU, Allen tersentak mendapati Alex tengah berdiri menunggunya disana.Dia pikir pria paruh baya itu sudah pergi, tapi ternyata Alex sengaja menunggu Allen disana. Dia ingin berbicara empat mata dengan Bos Mafia itu."Ikut aku, kita harus bicara!" Alex berjalan lebih dulu meninggalkan Allen yang mengikutinya dari belakang. 
Mengunjungi Tiergarten atau taman dalam kota yang cukup terkenal di kota ini, Rose bersama Alex dan beberapa karyawan mereka tiba di sana saat menjelang sore hari.Berbekal makanan ringan yang disediakan Alex di dalam keranjang makanan, mereka menggelar tikar yang di alas sebuah kain di atasnya.Suasana taman yang sejuk dan menenangkan membuat hati Rose ikut menghangat.Tidur cukup lama membuat Rose ingin menghabiskan waktu sebentar di tempat ini, menghirup udara yang segar dan juga menikmati keindahan taman kota tersebut. Meski bukan akhir pekan tapi suasana di sana cukup ramai."Kau ingin makan dulu Rose?""Yes Dad. Aku tidak sabar mencicipi egg tart yang kau buat tadi," sahut wanita bermanik mata biru itu bersemangat.Duduk dintara pegawai toko bunga mereka yang lain, Rose terlihat lebih banyak tertawa dan bercanda.R
"Dad...." panggil Rose."Ada apa?""Kenapa aku tidak pernah melihat Sonya? Apa dia datang ke rumah sakit saat aku koma?"Alex teringat kalau sahabat anaknya itu sudah pergi kembali ke Negara asal mereka. Dia tidak sempat mengatakannya pada Rose sampai ini."Dia datang ke rumah sakit untuk menjengukmu Rose, tapi…." Alex menggantung ucapannya."Tapi apa Dad?""Tapi setelah itu dia pergi, Sonya mengatakan kalau dia akan kembali ke Mexico.""Apa? Kenapa tiba-tiba begitu, apa ada yang terjadi padanya, Dad?" tanya Rose kaget."Daddy tidak tahu, dia hanya mengatakan ingin kembali kesana. Sonya tidak berbicara apa-apa selain itu."Rose terdiam memakan sarapan paginya diatas meja. Kepergian Sonya ini pasti ada hubungannya dengan Ace.Terakhir
Allen tersenyum menang dan berbisik di telinga wanitanya. "Tidur denganku malam ini!""Dasar gila! Kau ingin mencari-cari kesempatan padaku, hah?!" sentak Rose tidak terima."Terserah kau ingin berkata apa, tapi jika kau ingin cincin ini kembali padamu. Kau harus menyetujui syarat yang aku berikan.""Tidak akan, jangan berharap aku akan tidur denganmu!"Rose mendorong tubuh kekar Allen namun pria itu tidak bergeming dari sana."Kau yakin tidak akan menyesalinya? Aku tahu kalau cincin ini sangat berharga untukmu. Jika tidak, kau tidak akan mungkin datang kesini menyelinap seperti ini."Allen tahu kalau Rose akan datang ke kantornya hari ini, dia punya banyak mata-mata yang bisa digunakan untuk mencari tahu segala sesuatu tentang wanitanya.Bahkan Allen sengaja datang pagi-pagi sekali sebelum karyawannya tiba, agar m
"Aku mau pulang!""Baiklah, aku akan mengantarkanmu sebentar lagi.""Tidak perlu, aku bisa naik taksi sendiri!" Rose bangkit dari kursi sofa tempat keduanya baru saja menghabiskan waktu selama berjam-jam lamanya, dengan peluh yang membanjiri."Aku akan mengantarkanmu Rose, jangan membantahku lagi!" Allen menarik tangan wanita itu hingga dia kembali terhempas ke sofa."Mulai sekarang kau tidak boleh lagi jauh-jauh dariku. Aku akan menjagamu satu kali dua puluh empat jam, sampai aku yakin kau aman di rumahmu!""Berhenti mengaturku! Kita tidak sedang menjalin hubungan satu sama lain!" ketus Rose duduk menjauh dari Allen."Siapa bilang kita tidak menjalin suatu hubungan? Apa kau tidak mendengar ucapan cinta dariku tadi? Kau milikku sekarang, Rose. Jangan coba-coba menghindar lagi dariku!"Rose berdecak duduk bersedekap dada.
"Kau memasak?"Rose kaget mendapati Allen sedang memakai apron dan tengah sibuk memasak di dapur toko mereka."Seperti yang kau lihat. Aku ingin memasak untuk keluarga besar wanita yang aku cinta," sahut Allen tersenyum bahagia.Rose tertawa mencibir menatap ke atas meja beberapa bahan yang Allen siapkan."Kau mau masak apa? Jangan sampai kau racuni kami semua dengan makananmu.""Jangan menganggapku remeh Rose. Kau akan kaget saat kau merasakan makanan yang aku buat nanti."Begitulah percakapan mereka sekitar sejam yang lalu sebelum Allen mulai memasak. Di atas meja kini sudah berjajar rapi salad bermacam-macam sayur dan juga ayam panggang, yang di dalamnya berisi kentang dan wortel bersama bumbu-bumbu yang lain.Allen juga sempat membuatkan puding untuk makanan penutup mereka, ditambah jus dan juga wine yang dibaw