Share

Bab 18

Author: Daniza
Ken mencabut jarum infus dan bangkit, lalu menuju ke area rawat inap departemen obstetri. Dia menyusuri semua ruangan satu per satu, sampai akhirnya menemukan Winter di depan lift.

"Winter," panggil Ken.

Winter menatap wajah Ken yang babak belur selama beberapa detik, sebelum bisa mengenalinya. Dia mundur dua langkah sambil melindungi perutnya. "Kenapa kamu terluka begini?"

"Kak Stuart marah, aku jadi pelampiasannya. Kamu gimana? Sudah mau lahiran ya?" Ken melirik ke arah perutnya, nada suaranya tiba-tiba menjadi lembut.

"Emosi Kak Stuart pasti akan reda nanti. Ini anak satu-satunya Kak Stuart, jadi mereka nggak mungkin tinggal diam."

"Winter, aku sudah banyak bantu kamu sama Kak Stuart. Sekarang kakakku nggak ada, satu-satunya yang bisa bantu aku bicara baik-baik sama Kak Stuart ya cuma kamu."

Barulah Winter tersenyum. "Selama kamu tahu diri, semua bisa dibicarakan. Aku ini orang yang tahu balas budi."

"Kamu mau ke mana?"

"Ke lantai 17 buat USG."

"Berarti cuma satu lantai di atas?" Ken melirik ke arah lift. "Liftnya masih lama. Gimana kalau aku bawa kamu naik tangga saja? Kamu nggak boleh lupain kebaikanku ini lho."

Winter tak berpikir macam-macam, jadi menjulurkan tangannya begitu saja. Ken membantunya masuk ke tangga darurat dan naik ke atas.

"Kak Stuart bilang nanti setelah kamu melahirkan, kamu akan dikirim jauh-jauh. Anak ini akan dibesarkan di sisi kakakku, memanggil kakakku ibu dan hidup seperti anak kandungnya sendiri."

"Tapi, gimana bisa seorang perempuan yang dibayar hanya untuk mengandung, menginginkan sesuatu yang merupakan milik kakakku?"

Nada suara Ken semakin lama semakin dingin.

Winter langsung merinding. "Maksudmu apa? Aku peringatkan, yang aku kandung ini keturunan keluarga Stuart. Kalau kamu berani macam-macam, keluarganya nggak akan tinggal diam! Ken, sakit! Lepasin aku!"

Ken hampir mencengkeram lengan Winter sampai patah.

"Tol ... ah!"

Dengan satu lemparan kuat, Ken mendorong Winter dari tangga. Tubuh Winter terguling turun dan terjatuh keras ke lantai bawah. Darah mengalir deras, membanjiri lantai.

"Sakit .... Anakku ...."

Winter tidak bisa bergerak. Dia kesakitan sampai sulit bernapas, bahkan tidak bisa berteriak. Dia memandang Ken dengan tatapan memohon. "Tolong ... tolong selamatkan ... anakku ...."

Ken tak bergerak sedikit pun. Saat Kate memilih untuk menggugurkan kandungannya dulu, apakah sakitnya juga seperti ini?

Darah di lantai semakin banyak, mengalir menuruni anak tangga. Napas Winter semakin lemah, sampai akhirnya dia benar-benar kehilangan kesadaran.

Ken hanya berdiri di situ, menatap cukup lama sebelum akhirnya mengeluarkan ponsel dan memotret pemandangan itu. Dia mengunggahnya ke media sosial.

[ Kak, maafin aku ya? ]

Itulah satu-satunya cara yang bisa dia pakai untuk menyampaikan pesan kepada Kate.

"Aaah!"

Pintu tangga dibuka seseorang, disusul oleh teriakan histeris dan kekacauan. Winter yang pingsan langsung dilarikan ke ruang operasi dan Ken ikut ke sana.

Di tengah proses penyelamatan, polisi pun datang. Ken mengulurkan tangannya dengan tenang. "Setelah dokter keluar, aku akan ikut kalian."

Sejam kemudian, pintu ruang operasi terbuka.

"Anaknya nggak tertolong. Si ibu mengalami pendarahan hebat, jadi kami harus angkat rahimnya untuk menyelamatkan nyawanya. Sekarang dia akan dipantau di ruang ICU sampai stabil."

Ken menyeringai. 'Kak, lihat. Anaknya Winter sudah nggak ada. Mulai sekarang dia nggak akan bisa nyakitin kamu lagi.'

Dia menatap ponselnya dengan penuh harap, tetapi tak ada satu pun pesan dari Kate. Saat itu, dia sadar Kate tidak akan pernah memaafkannya.

Seluruh tubuh Ken bergetar. Dia menutupi wajahnya dan menangis terisak-isak, kehilangan kendali.

Unggahan Ken di media sosial langsung meledak di dunia maya. Keluarga Stuart kembali menjadi trending topic.

[ Ken minta dimaafkan oleh Kate, itu berarti dia tahu perselingkuhan Stuart, bahkan mungkin membantu menutupinya? ]

[ Ya Tuhan, yang satu adalah suaminya, yang satu lagi adalah adik kandungnya. Bayangin saja dari sudut pandang Kate, aku sampai sesak napas! ]

[ Benar kata orang, yang menusuk paling dalam justru orang yang paling dekat dengan kita. ]

Berita itu langsung sampai ke telinga Stuart.

Asisten berkata dengan hati-hati, "Pak Stuart, dewan direksi ingin Bapak segera mengeluarkan pernyataan klarifikasi untuk meredam opini publik. Kalau nggak, Bapak harus mundur dari posisi CEO."

Stuart mengangkat ponselnya dan akhirnya mengunggah postingan pertamanya setelah beberapa hari.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 29

    Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, 'kan? Namun, kenyataannya memang begitu.Kate bahkan sulit membayangkan bagaimana mungkin Adam, pria pendiam dan lembut seperti itu, bisa membuat begitu banyak rencana hanya untuk menggodanya agar dia berselingkuh.Dia membalik halaman, tidak tahu harus tertawa atau menangis, sampai pandangannya tertuju pada satu kalimat.[ Lebih baik jangan, dia pasti akan sedih. ]Jantung Kate berhenti berdetak untuk sedetik."Sejujurnya, waktu aku pertama kali lihat semua ini, aku bahkan lebih kaget dari kamu," ujar Flora sambil mengangkat bahu. "Orang bisa kelihatan baik, tapi siapa tahu dalamnya kayak gimana. Keluargaku sampai curiga dia punya kelainan ...."Kate tertawa."Tapi aku juga tahu, dia sudah jatuh cinta, bahkan selama 12 tahun. Kami sebenarnya sudah coba segala cara, tapi tekadnya terlalu kuat.""Maaf ya, Kate. Waktu pagi itu aku telepon dia, aku benar-benar nggak tahu kamu ada sama dia.""Aku juga minta maaf karena adikku kayak gitu. Kalau bisa,

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 28

    Satu kalimat ringan itu justru membuat mata Stuart memerah."Kita sudah bersama begitu lama, masa kamu nggak bisa maafin aku sekali saja?""Bisa kok, aku maafin kamu."Stuart tertegun, tak menyangka dia akan berkata begitu. Matanya langsung berbinar."Asal kamu juga bisa terima kalau aku nanti juga cari pria lain. Waktu aku sama kamu, aku akan kirim pesan ke dia, terus like postingannya.""Aku akan temani dia semalaman pas kamu tidur. Bahkan, mungkin aku akan hamil anak dia, terus minta kamu bantu besarkan."Setiap kata yang keluar dari mulut Kate membuat wajah Stuart semakin pucat. Baru mendengarnya saja, Stuart sudah nyaris hancur."Kamu bisa terima?"Stuart langsung menggeleng."Kate, aku nggak sanggup ....""Makanya, kamu juga nggak layak minta dimaafkan. Kalau kamu mau aku mencintaimu, kamu juga harus balas dengan kesetiaan yang sama. Kalau nggak, kamu nggak pantas."Kate menatapnya dingin saat Stuart mulai menangis tersedu-sedu."Stuart, kamu gagal jadi suami, gagal jadi ayah. Sat

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 27

    Kate menggigit pelan bibirnya. Pintu lift terbuka. Adam berjalan keluar beberapa langkah, lalu menoleh meliriknya. "Kenapa?"Kate menyimpan ponselnya dan menyusul. Kamar mereka berhadapan langsung. Kate membuka pintu, tetapi tidak langsung masuk."Adam.""Mau masuk sebentar?"Kate berbalik. "Maksudku, gimana kalau kita coba dulu?"Adam sempat bengong. Di saat Kate mulai tenang dan hendak menarik ucapannya, Adam segera mendahuluinya."Aku mau."Adam melangkah cepat, menutup pintu, dan menahan tubuh Kate di dinding. Adam yang selalu dikenal tenang dan terkendali, malah memperlihatkan tatapan yang membara."Mau lanjut, Kate?" Suaranya serak dan dalam, membuat telinga Kate memerah.Kate gugup, tetapi dia tidak ragu. "Mau ...."Adam terkekeh-kekeh, lalu memegang wajahnya dan menciumnya. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi berubah menjadi dalam dan penuh gairah. Segalanya pun lepas kendali.Keesokan pagi, Kate terbangun karena dering ponsel Adam. Adam yang masih setengah sadar pun mengangkatnya

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 26

    "Aku nggak mau karena ... aku jijik padamu."Stuart terbangun seketika, lalu panik berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya berulang kali. Dia hampir saja mengelupas kulitnya sendiri. Matanya dipenuhi urat merah, mulutnya terus bergumam."Sayang, aku sudah bersih sekarang. Aku nggak kotor lagi, aku nggak menjijikkan lagi .... Makanan yang aku makan juga sudah kumuntahkan, kamu jangan jijik sama aku ya? Aku akan suruh mereka pergi, nggak akan ada yang datang lagi."Setelah hampir setengah jam, Stuart akhirnya keluar. Melihat kondisinya, ibu Stuart hendak masuk, tetapi langsung dihalangi olehnya."Jangan masuk. Kate nggak suka kamu. Aku harus jaga semua barang-barangnya di sini. Aku nggak bisa buat dia marah lagi."Ibu Stuart hanya bisa duduk di depan pintu, hatinya penuh keputusasaan."Kalau aku nggak bisa menghentikanmu, biar aku temani kamu di sini. Aku nggak sanggup melihat situasimu. Stuart, aku lebih baik mati daripada melihatmu begini. Sebenarnya, harus kayak gimana biar kamu

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 25

    "Kamu sepertinya lupa, aku sudah pernah kasih kamu banyak kesempatan. Tapi, kamu sendiri yang nggak becus, sekali pun nggak bisa kamu manfaatkan dengan baik."Suara Stuart bergetar. "Sayang, aku benar-benar sadar aku salah ....""Terus kenapa?" Kate terkekeh-kekeh. "Kamu bisa hidupkan dua anak kita kembali? Atau kamu bisa buat kejadian kamu tidur dengan Winter seolah-olah nggak pernah terjadi?""Sejak aku pergi, aku nggak pernah berniat balik lagi. Stuart, aku jijik sama kamu."Kate menoleh ke arah ibu Stuart. "Waktu lima menit sudah habis. Maaf, aku harus pergi.""Jangan ... jangan, Sayang. Kita sudah bersama begitu lama, kamu nggak bisa ...."Kate melangkah keluar pintu. Suara tangisan memohon itu tertinggal sepenuhnya di belakangnya.Ibu Stuart menghela napas berat. "Stuart, dia sudah pergi."Ucapan itu seperti vonis mati bagi Stuart. Tatapannya langsung kosong. Saat berikutnya, dia sontak berlari ke arah pintu. Jarum infus tercabut, darah memercik, tetapi dia seperti tak merasakan s

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 24

    Suara di ujung telepon sangat sunyi.Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada.""Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."Tak ada respons dari seberang."Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk."Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya."Gimana kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status