Share

Bab 17

Penulis: Daniza
Ken merinding. "Aku ... aku melakukan ini demi kakakku. Dia sudah menjalani program bayi tabung selama empat tahun, kondisi tubuhnya juga makin buruk."

"Ibumu terus menekannya, aku takut dia nggak akan sanggup menanggung semuanya. Kalau dia mengadopsi anak Winter, itu bisa menutup mulut keluargamu. Dia juga bisa terbebas dari semua tekanan itu."

Stuart menampar wajahnya dengan satu tamparan kuat, lalu menendangnya hingga terjungkal. Dia tidak menahan diri sedikit pun. Pukulan demi pukulan mendarat telak dan baru berhenti setelah waktu yang cukup lama.

"Itu demi dia atau demi dirimu sendiri?"

"Tentu saja demi ...."

Stuart tertawa sinis. "Aku bantu kamu bangun bisnis dan kamu keenakan. Kamu bantu aku nutupin semuanya dari kakakmu karena kamu ingin ambil hatiku, biar dapat dukungan lebih dariku. Ken, tanya hatimu sendiri, kakakmu rela kamu bantu dia dengan cara seperti ini?"

Wajah Ken langsung pucat pasi karena niatnya terbongkar. Kate tidak mungkin akan setuju. Kalau tidak, kenapa dia harus repot-repot membantu Stuart dan menyembunyikan semuanya dari Kate?

"Kate sempat hamil. Dia melakukan aborsi, anak itu nggak selamat. Dan anak pertamanya dulu meninggal karena obat penguat kandungan dari ibuku bermasalah," jelas Stuart.

Ken seperti tersambar petir. Bibirnya bergerak-gerak, tetapi dia tidak bisa mengeluarkan satu kata pun.

"Lihat dirimu sekarang, ini semua karma." Stuart mengatakannya kepada Ken, tetapi seperti sedang berbicara kepada dirinya sendiri juga. "Kate nggak mau kamu lagi. Kamu cuma anjing yang kehilangan rumah."

"Nggak ... nggak mungkin. Kakakku pasti ...."

"Sekalipun Kate kembali, anak Winter akan selalu menjadi pengingat atas apa yang sudah kamu dan aku lakukan padanya!"

Wajah Ken semakin pucat. Dia kemudian diseret keluar dari rumah oleh para pelayan. Dia pulang dengan tubuh penuh luka.

Saat berdiri di depan rumah, dia teringat pada tatapan Kate saat duduk di dalam taksi hari itu. Tatapan itu membuatnya gelisah.

Ken masuk ke rumah dengan tergesa-gesa, lalu memutar rekaman CCTV malam itu. Saat berhasil menemukannya, hatinya langsung mencelos.

Dia dan Stuart baru saja masuk rumah, sementara Kate sudah mengikuti mereka dari belakang. Saat dia sengaja berlama-lama di ruang bawah tanah, Kate hanya berdiri diam di ruang tamu.

Saat dia keluar membawa bir, Kate sempat bertanya, "Di mana Stuart?"

Sekarang saat Ken mengingatnya lagi, itu adalah kesempatan terakhir yang kakaknya berikan kepadanya. Seperti biasa, dia malah membohongi Kate.

Tatapan terakhir dari taksi itu adalah bukti Kate benar-benar meninggalkannya. Ken pun jatuh terduduk di kursi, menggeleng pelan. Tidak mungkin.

Sejak kecil, Kate yang paling menyayanginya. Setelah orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan, selama tahun-tahun tersulit itu, Kate tidak pernah sekali pun berniat meninggalkannya.

Ken memang banyak melakukan kesalahan. Di usia belasan tahun, saat dia bolos sekolah dan hidup dalam kekacauan, Kate yang berkali-kali menyeretnya keluar dari warnet dan kelab malam.

Uang hasil kerja keras Kate semua dihabiskan untuknya waktu itu. Namun, Kate tidak pernah benar-benar menyalahkannya.

Kate pernah bilang, "Kakak nggak pernah menyerah padamu dan kamu juga nggak boleh nyerah pada dirimu sendiri. Kapan pun kamu ingin berubah, Kakak akan selalu di sini buat mulai lagi dari awal."

Kate sudah memaafkannya begitu banyak kali, kenapa kali ini tidak?

Air mata membasahi wajahnya. Ken memukul-mukul kepalanya sendiri seperti orang kerasukan. Dia kehilangan kendali atas emosinya sendiri.

Bagaimana bisa dia lupa? Sejak awal, dia yang berutang pada Kate, bukan sebaliknya.

"Kak, maaf ... aku salah ...." Ken benar-benar hancur, sampai akhirnya pingsan.

Saat sadar kembali, dia sudah berada di rumah sakit. Dalam kondisi setengah sadar, dia mendengar orang-orang berbicara.

"Itu 'kan selingkuhannya Pak Stuart ya? Katanya anaknya bakal lahir dalam beberapa hari ini."

"Bener-bener nggak adil. Bu Kate sudah lima tahun menikah dengannya, tapi tetap saja kalah dari perempuan yang bisa kasih anak."

"Bu Kate kasihan banget sih."

Suara-suara itu semakin menjauh, tetapi setiap katanya masuk ke telinga Ken dan tertanam kuat. Jari-jarinya mengepal, kukunya mencengkeram telapak tangannya sendiri. Dari sana, muncul satu pikiran gila.

Stuart pernah bilang, selama anak Winter masih ada, Kate tidak akan pernah bisa memaafkan mereka.

Kalau begitu ... bagaimana kalau anak itu menghilang?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 29

    Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, 'kan? Namun, kenyataannya memang begitu.Kate bahkan sulit membayangkan bagaimana mungkin Adam, pria pendiam dan lembut seperti itu, bisa membuat begitu banyak rencana hanya untuk menggodanya agar dia berselingkuh.Dia membalik halaman, tidak tahu harus tertawa atau menangis, sampai pandangannya tertuju pada satu kalimat.[ Lebih baik jangan, dia pasti akan sedih. ]Jantung Kate berhenti berdetak untuk sedetik."Sejujurnya, waktu aku pertama kali lihat semua ini, aku bahkan lebih kaget dari kamu," ujar Flora sambil mengangkat bahu. "Orang bisa kelihatan baik, tapi siapa tahu dalamnya kayak gimana. Keluargaku sampai curiga dia punya kelainan ...."Kate tertawa."Tapi aku juga tahu, dia sudah jatuh cinta, bahkan selama 12 tahun. Kami sebenarnya sudah coba segala cara, tapi tekadnya terlalu kuat.""Maaf ya, Kate. Waktu pagi itu aku telepon dia, aku benar-benar nggak tahu kamu ada sama dia.""Aku juga minta maaf karena adikku kayak gitu. Kalau bisa,

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 28

    Satu kalimat ringan itu justru membuat mata Stuart memerah."Kita sudah bersama begitu lama, masa kamu nggak bisa maafin aku sekali saja?""Bisa kok, aku maafin kamu."Stuart tertegun, tak menyangka dia akan berkata begitu. Matanya langsung berbinar."Asal kamu juga bisa terima kalau aku nanti juga cari pria lain. Waktu aku sama kamu, aku akan kirim pesan ke dia, terus like postingannya.""Aku akan temani dia semalaman pas kamu tidur. Bahkan, mungkin aku akan hamil anak dia, terus minta kamu bantu besarkan."Setiap kata yang keluar dari mulut Kate membuat wajah Stuart semakin pucat. Baru mendengarnya saja, Stuart sudah nyaris hancur."Kamu bisa terima?"Stuart langsung menggeleng."Kate, aku nggak sanggup ....""Makanya, kamu juga nggak layak minta dimaafkan. Kalau kamu mau aku mencintaimu, kamu juga harus balas dengan kesetiaan yang sama. Kalau nggak, kamu nggak pantas."Kate menatapnya dingin saat Stuart mulai menangis tersedu-sedu."Stuart, kamu gagal jadi suami, gagal jadi ayah. Sat

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 27

    Kate menggigit pelan bibirnya. Pintu lift terbuka. Adam berjalan keluar beberapa langkah, lalu menoleh meliriknya. "Kenapa?"Kate menyimpan ponselnya dan menyusul. Kamar mereka berhadapan langsung. Kate membuka pintu, tetapi tidak langsung masuk."Adam.""Mau masuk sebentar?"Kate berbalik. "Maksudku, gimana kalau kita coba dulu?"Adam sempat bengong. Di saat Kate mulai tenang dan hendak menarik ucapannya, Adam segera mendahuluinya."Aku mau."Adam melangkah cepat, menutup pintu, dan menahan tubuh Kate di dinding. Adam yang selalu dikenal tenang dan terkendali, malah memperlihatkan tatapan yang membara."Mau lanjut, Kate?" Suaranya serak dan dalam, membuat telinga Kate memerah.Kate gugup, tetapi dia tidak ragu. "Mau ...."Adam terkekeh-kekeh, lalu memegang wajahnya dan menciumnya. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi berubah menjadi dalam dan penuh gairah. Segalanya pun lepas kendali.Keesokan pagi, Kate terbangun karena dering ponsel Adam. Adam yang masih setengah sadar pun mengangkatnya

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 26

    "Aku nggak mau karena ... aku jijik padamu."Stuart terbangun seketika, lalu panik berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya berulang kali. Dia hampir saja mengelupas kulitnya sendiri. Matanya dipenuhi urat merah, mulutnya terus bergumam."Sayang, aku sudah bersih sekarang. Aku nggak kotor lagi, aku nggak menjijikkan lagi .... Makanan yang aku makan juga sudah kumuntahkan, kamu jangan jijik sama aku ya? Aku akan suruh mereka pergi, nggak akan ada yang datang lagi."Setelah hampir setengah jam, Stuart akhirnya keluar. Melihat kondisinya, ibu Stuart hendak masuk, tetapi langsung dihalangi olehnya."Jangan masuk. Kate nggak suka kamu. Aku harus jaga semua barang-barangnya di sini. Aku nggak bisa buat dia marah lagi."Ibu Stuart hanya bisa duduk di depan pintu, hatinya penuh keputusasaan."Kalau aku nggak bisa menghentikanmu, biar aku temani kamu di sini. Aku nggak sanggup melihat situasimu. Stuart, aku lebih baik mati daripada melihatmu begini. Sebenarnya, harus kayak gimana biar kamu

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 25

    "Kamu sepertinya lupa, aku sudah pernah kasih kamu banyak kesempatan. Tapi, kamu sendiri yang nggak becus, sekali pun nggak bisa kamu manfaatkan dengan baik."Suara Stuart bergetar. "Sayang, aku benar-benar sadar aku salah ....""Terus kenapa?" Kate terkekeh-kekeh. "Kamu bisa hidupkan dua anak kita kembali? Atau kamu bisa buat kejadian kamu tidur dengan Winter seolah-olah nggak pernah terjadi?""Sejak aku pergi, aku nggak pernah berniat balik lagi. Stuart, aku jijik sama kamu."Kate menoleh ke arah ibu Stuart. "Waktu lima menit sudah habis. Maaf, aku harus pergi.""Jangan ... jangan, Sayang. Kita sudah bersama begitu lama, kamu nggak bisa ...."Kate melangkah keluar pintu. Suara tangisan memohon itu tertinggal sepenuhnya di belakangnya.Ibu Stuart menghela napas berat. "Stuart, dia sudah pergi."Ucapan itu seperti vonis mati bagi Stuart. Tatapannya langsung kosong. Saat berikutnya, dia sontak berlari ke arah pintu. Jarum infus tercabut, darah memercik, tetapi dia seperti tak merasakan s

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 24

    Suara di ujung telepon sangat sunyi.Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada.""Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."Tak ada respons dari seberang."Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk."Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya."Gimana kala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status