Share

Bab 22

Author: Daniza
Pesawat mendarat.Dalam perjalanan menuju restoran itu, perasaan Stuart diliputi kegembiraan yang semakin lama semakin memuncak. Namun, ketika dia benar-benar berdiri di depan restoran, dia justru merasa takut.

Sudah tiga bulan sejak Kate pergi. Dia yakin Kate pasti sudah melihat semua permintaan maaf dan janji-janjinya di internet. Mungkin amarahnya sudah sedikit mereda.

Sebelumnya, semua informasi yang dia dapat hanyalah kabar burung. Baru kali ini dia mendapatkan foto dan lokasi yang benar-benar jelas. Dia yakin Kate pasti sudah memaafkannya, makanya memberinya kesempatan seperti ini.

Ya, pasti begitu. Mereka sudah saling mencintai selama bertahun-tahun. Kate memiliki hati yang lembut, tidak akan tega meninggalkannya.

Stuart memaksakan diri untuk tidak mengingat sikap dingin dan tegas Kate sebelumnya. Dia berkali-kali menenangkan dirinya sendiri.

Kemudian, dia membawa masuk sekotak pangsit udang kukus kesukaan Kate, yang dibawanya jauh-jauh dari negara asalnya. Dia menunjukkan foto Kate ke pemilik restoran.

Kate makan siang di sana menggunakan voucher dari penginapan. Stuart berhasil membeli voucher itu dengan uang, lalu buru-buru pergi ke tempat penginapannya.

Penginapan itu punya nuansa lokal yang khas. Tirai manik-manik buatan tangan tergantung di pintu masuk, sinar matahari sore menembus masuk menciptakan bayangan-bayangan romantis di lantai.

Barulah saat itu Stuart teringat sesuatu. Sebelum menikah, Kate pernah bilang ingin menjelajahi berbagai tempat. Dulu dia berjanji kalau ada waktu di akhir pekan atau liburan, dia akan menemani Kate pergi.

Namun, kenyataannya dia tidak pernah sekali pun menepati janji itu. Untungnya, semua yang dia abaikan dulu kini bisa ditebus dengan sisa hidupnya.

Stuart sudah sampai di dalam, tetapi tiba-tiba berbalik badan dan berlari ke toko bunga di seberang jalan untuk membeli setangkai mawar ungu.

Ada begitu banyak hal yang ingin dia katakan kepada Kate. Salah satunya adalah dia tak akan pernah lagi salah mengingat warna favorit istrinya.

Setelah sampai di lantai atas, Stuart mengeluarkan kotak pangsit itu. Pintu kamar tidak tertutup rapat. Dia langsung mendekat dengan penuh semangat.

"Sayang, aku bawain pangsit kesukaanmu. Tapi, perjalanan tadi panjang, jadi sudah dingin. Nanti kita cari yang masih panas ya. Aku temani kamu makan, gimana?"

Tak ada jawaban dari dalam.

"Kate, aku nggak minta kamu langsung maafin aku. Aku bakal buktiin ke kamu. Aku akan terus nunggu sampai kamu mau mulai lagi dari awal."

Masih tak ada respons.

Stuart menelan ludah, tenggorokannya kering. Dengan tangan gemetar, dia mendorong pintu kamar.

Yang ada di dalam hanyalah petugas kebersihan yang sedang membereskan ruangan. Jelas, Kate sudah check-out.

Wajah Stuart langsung memucat. Dia bertanya, "Orangnya ke mana?"

"Baru saja check-out. Katanya harus ke bandara, ngejar pesawat."

Mawar ungu di tangannya terjatuh ke lantai. Stuart langsung berbalik dan berlari keluar, menuju bandara secepat mungkin.

Saat ini, Kate memang sudah berada di bandara, bersiap pergi ke kota selanjutnya sesuai rencana.

Sambil menunggu penerbangan, dia tiba-tiba teringat pada Adam. Sejak dulu, Kate tidak pernah suka ribet. Dia tak pernah mengunggah foto perjalanan ke media sosial, bahkan tak pernah membagikan rute atau tujuannya kepada siapa pun.

Lalu, dari mana Adam mendapatkan kepercayaan diri untuk bertaruh bisa bertemu lagi dengannya?

Muncul notifikasi di ponselnya. Ada trending topic terbaru.

[ Stuart Mengejar Istrinya Sampai ke Luar Negeri. ]

Kate membaca komentar-komentar itu sekilas.

[ Tadi aku lihat sendiri Pak Stuart datang ke restoran yang ada di foto itu. ]

[ Terus dia ke penginapan, bawa setangkai mawar ungu. Pasti buat istrinya. ]

[ Dia juga peluk sesuatu, entah apa itu. Tapi, dilihat dari cara dia menjaganya, pasti punya makna penting buat mereka. ]

Kate langsung mengenali benda itu. Itu adalah pangsit udang kukus. Namun, sepertinya Stuart lupa sesuatu. Pangsit itu adalah simbol bahwa dia telah melakukan kesalahan. Dia sudah tidak pantas lagi diberi kesempatan untuk dimaafkan.

Pengumuman boarding terdengar dari pengeras suara. Kate baru saja menyimpan ponselnya ketika dia tiba-tiba melihat Stuart yang penuh keringat berlari masuk ke area bandara.

Pria itu tampak panik, memandang ke segala arah, mencari-cari seseorang di tengah keramaian. Hingga tiba-tiba dia seolah-olah merasakan sesuatu dan matanya tepat tertuju ke arah Kate.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 29

    Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, 'kan? Namun, kenyataannya memang begitu.Kate bahkan sulit membayangkan bagaimana mungkin Adam, pria pendiam dan lembut seperti itu, bisa membuat begitu banyak rencana hanya untuk menggodanya agar dia berselingkuh.Dia membalik halaman, tidak tahu harus tertawa atau menangis, sampai pandangannya tertuju pada satu kalimat.[ Lebih baik jangan, dia pasti akan sedih. ]Jantung Kate berhenti berdetak untuk sedetik."Sejujurnya, waktu aku pertama kali lihat semua ini, aku bahkan lebih kaget dari kamu," ujar Flora sambil mengangkat bahu. "Orang bisa kelihatan baik, tapi siapa tahu dalamnya kayak gimana. Keluargaku sampai curiga dia punya kelainan ...."Kate tertawa."Tapi aku juga tahu, dia sudah jatuh cinta, bahkan selama 12 tahun. Kami sebenarnya sudah coba segala cara, tapi tekadnya terlalu kuat.""Maaf ya, Kate. Waktu pagi itu aku telepon dia, aku benar-benar nggak tahu kamu ada sama dia.""Aku juga minta maaf karena adikku kayak gitu. Kalau bisa,

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 28

    Satu kalimat ringan itu justru membuat mata Stuart memerah."Kita sudah bersama begitu lama, masa kamu nggak bisa maafin aku sekali saja?""Bisa kok, aku maafin kamu."Stuart tertegun, tak menyangka dia akan berkata begitu. Matanya langsung berbinar."Asal kamu juga bisa terima kalau aku nanti juga cari pria lain. Waktu aku sama kamu, aku akan kirim pesan ke dia, terus like postingannya.""Aku akan temani dia semalaman pas kamu tidur. Bahkan, mungkin aku akan hamil anak dia, terus minta kamu bantu besarkan."Setiap kata yang keluar dari mulut Kate membuat wajah Stuart semakin pucat. Baru mendengarnya saja, Stuart sudah nyaris hancur."Kamu bisa terima?"Stuart langsung menggeleng."Kate, aku nggak sanggup ....""Makanya, kamu juga nggak layak minta dimaafkan. Kalau kamu mau aku mencintaimu, kamu juga harus balas dengan kesetiaan yang sama. Kalau nggak, kamu nggak pantas."Kate menatapnya dingin saat Stuart mulai menangis tersedu-sedu."Stuart, kamu gagal jadi suami, gagal jadi ayah. Sat

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 27

    Kate menggigit pelan bibirnya. Pintu lift terbuka. Adam berjalan keluar beberapa langkah, lalu menoleh meliriknya. "Kenapa?"Kate menyimpan ponselnya dan menyusul. Kamar mereka berhadapan langsung. Kate membuka pintu, tetapi tidak langsung masuk."Adam.""Mau masuk sebentar?"Kate berbalik. "Maksudku, gimana kalau kita coba dulu?"Adam sempat bengong. Di saat Kate mulai tenang dan hendak menarik ucapannya, Adam segera mendahuluinya."Aku mau."Adam melangkah cepat, menutup pintu, dan menahan tubuh Kate di dinding. Adam yang selalu dikenal tenang dan terkendali, malah memperlihatkan tatapan yang membara."Mau lanjut, Kate?" Suaranya serak dan dalam, membuat telinga Kate memerah.Kate gugup, tetapi dia tidak ragu. "Mau ...."Adam terkekeh-kekeh, lalu memegang wajahnya dan menciumnya. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi berubah menjadi dalam dan penuh gairah. Segalanya pun lepas kendali.Keesokan pagi, Kate terbangun karena dering ponsel Adam. Adam yang masih setengah sadar pun mengangkatnya

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 26

    "Aku nggak mau karena ... aku jijik padamu."Stuart terbangun seketika, lalu panik berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya berulang kali. Dia hampir saja mengelupas kulitnya sendiri. Matanya dipenuhi urat merah, mulutnya terus bergumam."Sayang, aku sudah bersih sekarang. Aku nggak kotor lagi, aku nggak menjijikkan lagi .... Makanan yang aku makan juga sudah kumuntahkan, kamu jangan jijik sama aku ya? Aku akan suruh mereka pergi, nggak akan ada yang datang lagi."Setelah hampir setengah jam, Stuart akhirnya keluar. Melihat kondisinya, ibu Stuart hendak masuk, tetapi langsung dihalangi olehnya."Jangan masuk. Kate nggak suka kamu. Aku harus jaga semua barang-barangnya di sini. Aku nggak bisa buat dia marah lagi."Ibu Stuart hanya bisa duduk di depan pintu, hatinya penuh keputusasaan."Kalau aku nggak bisa menghentikanmu, biar aku temani kamu di sini. Aku nggak sanggup melihat situasimu. Stuart, aku lebih baik mati daripada melihatmu begini. Sebenarnya, harus kayak gimana biar kamu

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 25

    "Kamu sepertinya lupa, aku sudah pernah kasih kamu banyak kesempatan. Tapi, kamu sendiri yang nggak becus, sekali pun nggak bisa kamu manfaatkan dengan baik."Suara Stuart bergetar. "Sayang, aku benar-benar sadar aku salah ....""Terus kenapa?" Kate terkekeh-kekeh. "Kamu bisa hidupkan dua anak kita kembali? Atau kamu bisa buat kejadian kamu tidur dengan Winter seolah-olah nggak pernah terjadi?""Sejak aku pergi, aku nggak pernah berniat balik lagi. Stuart, aku jijik sama kamu."Kate menoleh ke arah ibu Stuart. "Waktu lima menit sudah habis. Maaf, aku harus pergi.""Jangan ... jangan, Sayang. Kita sudah bersama begitu lama, kamu nggak bisa ...."Kate melangkah keluar pintu. Suara tangisan memohon itu tertinggal sepenuhnya di belakangnya.Ibu Stuart menghela napas berat. "Stuart, dia sudah pergi."Ucapan itu seperti vonis mati bagi Stuart. Tatapannya langsung kosong. Saat berikutnya, dia sontak berlari ke arah pintu. Jarum infus tercabut, darah memercik, tetapi dia seperti tak merasakan s

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 24

    Suara di ujung telepon sangat sunyi.Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada.""Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."Tak ada respons dari seberang."Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk."Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya."Gimana kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status