Share

Bertemu Pertama Kali

Yasmine sudah bertekad dia akan mengurus surat perceraiannya dengan Aston, enak saja, selama bertahun-tahun diberi hati, ujung-ujungnya disakiti dan diperlakukan semaunya saja?

Yasmine sudah menghubungi salah satu kantor advokat yang akan mengurus masalah pernikahannya dengan si bajingan Aston itu, cepat atau lambat, dia akan menyelesaikannya. Kali ini dipastikan, ia akan benar-benar membebaskan diri dari Aston!

"Yasmine, kau antarkan berkas-berkas ini ke perusahaan yang ada di kop amplop tersebut, jangan sampai salah, Yasmine." Atasannya memerintah dia seperti Yasmine adalah seorang kacung, huh ... menyebalkan!

Memangnya dia pikir dia siapa?

"Pak, apa harus aku yang mengantarkannya? Sedangkan ... kau memiliki banyak kurir, memangnya aku ini tukang antar dokumen? Aku masih banyak pekerjaan, Pak Alan," jawab Yasmine.

"Memangnya ada yang salah? Aku tahu kau bukan kurir, tapi surat yang akan kau antar ke firma hukum ini adalah surat penting milik perusahaan. Jangan banyak protes, aku menggajimu, bukan berarti kau tidak bisa merangkap melakukan hal lain di luar pekerjaanmu, kan?" Oh tua bangka sialan, selalu saja berkelit setiap kali Yasmine menyuarakan keberatannya, entah apa yang ada di dalam otaknya saat ini.

"Ya Tuhan, baiklah, baiklah, aku akan mengerjakannya. Apa ada yang lain, yang harus aku kerjakan, Pak Alan?" tanya Yasmine ogah-ogahan!

Alan hanya menggeleng, dia terkadang merasa heran dengan sikap Yasmine, wanita itu memiliki emosi yang tidak stabil, meski pekerjaannya sangat baik, dia juga sangat pintar, tetapi kondisi emosionalnya bisa berubah sewaktu-waktu seperti seekor bunglon.

"Sudah tidak ada yang perlu kau kerjakan. Kalau kau mengantar dokumen itu sampai ke tujuan, maka kuberikan kau waktu istirahat lebih banyak hari ini, bagaimana? Apakah itu sepadan dengan lelahmu?" Ok, Alan mencoba untuk bernegosiasi agar wanita itu tidak terlalu marah padanya.

"Deal, aku ingin beristirahat sepulang mengantarkan dokumen, jadi ... aku akan kembali ke kantor agak lama. Aku mau makan siang, pergi shopping, dan--"

"Ya, ya, lakukan saja semaumu. Aku tidak ingin kau menganggap diriku sebagai atasan yang begitu kejam. Ini dokumennya, dan pergilah dari ruanganku, Yasmine," kata Alan, seraya menunjuk dokumen yang sudah berada di dalam genggaman Yasmine. Gadis itu mencebik, dia pun keluar dari dalam ruangan Alan, dan bergegas angkat kaki untuk mengantar dokumen, setidaknya jika dia cepat mengantarkan dokumen itu, akan banyak waktu memanjakan diri hari ini.

Tua bangka itu sudah memberikannya kelonggaran kan?

***

Yasmine sudah berada di depan kantor firma hukum yang ditujunya. Ini gila, gedung kantor firma hukum yang bekerjasama dengan perusahaan milik Alan, jauh lebih besar dari milik Alan. Bangunannya pun sangat mewah, keadaan di dalam perusahaan begitu rapi dan tertata, tidak seperti di perusahaan tempatnya bekerja, di mana semua berada di dalam satu ruangan, dan terlihat begitu padat, sebab ruangan pun terbatas.

"Jones Justice Advocates? Hm, kenapa seperti nama keluarga si bajingan Aston?" gumam Yasmine.

Setibanya di dalam, Yasmine langsung menuju ke resepsionis dan menanyakan pada perempuan yang berada di balik meja, di mana ruangan dari nama yang tertera pada amplop tersebut.

"Bisa dibantu, Nona?"

"Eh, iya. Aku ingin bertemu dengan Dominic Jones, apa kah beliau ada di dalam ruangannya?" Yasmine mengangkat kop surat yang hendak diberikannya. Gadis di meja resepsionis itu mengangguk, lalu mengangkat gagang telepon, menyambungkan ke ruangan pria bernama Dominic tersebut.

"Hallo, Tuan Jones. Ada yang ingin bertemu dengan Anda, apakah bisa langsung naik ke ruangan atau dia harus menunggu lebih dulu?" tanya gadis tersebut pada pria yang hendak ditemui Yasmine.

"Persilakan saja dia naik dan langsung ke ruanganku," jawab suara pria tersebut.

"Baiklah, saya akan meminta Nona ini untuk naik ke ruangan Anda, Tuan Jones. Sepertinya Nona ini membawa berkas penting untuk Anda," kata gadis resepsionis tersebut. Setelah menutup telepon, dia memberitahukan pada Yasmine jika Yasmine bisa langsung ke ruangan Dominic Jones untuk memberikan berkas dokumen yang dibawanya.

Yasmine mendengus, sepertinya dari namanya saja, pria ini pasti sangat menyebalkan, mungkin tidak semenyebalkan suaminya, tapi bagi Yasmine semua laki-laki itu sama saja! Terkadang mereka berlaku semaunya pada perempuan dan merendahkan mereka semaunya.

Yasmine saja sedang memikirkan cara bagaimana caranya dia bisa benar-benar terbebas dari Aston, mengurus perceraian mungkin sangat mudah, tetapi ... dia harus bisa meminta ijin pada kedua orang tuanya. Dia harus mengatakan hal yang sejujurnya pada mereka, jika selama ini dia sama sekali tidak merasakan kebahagiaan apa pun dari Aston, dia merasa tertindas dan tidak dihargai sedikit pun!

Wanita itu pun segera menuju ke arah lift, dia harus menyelesaikan semua tugas-tugas secepetnya, berhubung memiliki banyak waktu beristirahat, dia ingin pergi ke spa, dan meminta untuk dipijat, biar bisa sedikit lebih rileks. Ketegangan akibat perdebatan semalam dan tadi pagi dengan Aston membuat Yasmine lelah hingga terbawa-bawa ke seluruh tubuhnya.

Yasmine sudah tiba di depan pintu dari ruangan pria bernama Dominic Jones, agak ragu untuk mengetuk pintu, karena dia takut jika pria di dalam akan menanyakan banyak pertanyaan, sedangkan dia tidak ingin terlalu lama berada di perusahaan tersebut.

Akhirnya setelah cukup lama menimbang-nimbang, mungkin ada sekitar lima menit gadis itu memperhatikan pintu di hadapannya barulah dia menggerakkan tangannya dan mengetuk.

Di dalam ruangan, pria yang sempat dikira Yasmine, mungkin adalah pria paruh baya yang sangat menyebalkan, ternyata seorang eksekutif muda yang sangat tampan. Begitu mendengar suara ketukan di pintu, dia yakin ... itu pasti tamunya.

Pria itu dengan enggan berdiri dari kursi, lalu melangkah dengan gerakan teratur, setelahnya satu tangan kekar menyentuh handle pintu dan membukanya.

"Silakan masuk," ucap Dominic pada Yasmine. Begitu melihat Yasmine kening Dominic mengerut, sepertinya gadis di hadapannya saat ini tidak asing, tapi dia lupa pernah melihatnya di mana.

"Terima kasih," sahut Yasmine cepat. Dia tidak menyangka, pria bernama Jones itu adalah pria yang masih sangat muda.

Sebentar ... Jones?

Kenapa pria itu memiliki nama keluarga yang sama dengan nama keluarga suaminya? Apa hanya kebetulan?

Memangnya di kota ini, ada berapa marga Jones?

Dominic segera kembali ke kursinya, tanpa memersilakan Yasmine untuk duduk, dia kembali disibukkan dengan laptop di hadapannya saat ini.

"Ehem ... maaf, apakah saya boleh duduk?" Tebakan Yasmine tepat, pria itu sama menyebalkan dengan suaminya!

"Oh, silakan. Letakkan saja berkas dokumen kerjasama itu di atas meja," kata Dominic memberikan perintah, "Oh ya, aku seperti pernah melihat wajahmu."

Dia tidak mempersilakan Yasmine untuk duduk?

"Ok, saya sudah meletakkannya di atas meja, dan tidak mungkin Anda pernah melihat saya. Anda salah orang! Saya permisi keluar, pekerjaan saya mengantarkan dokumen untuk Anda, sudah selesai." Yasmine tidak peduli jika pria itu akan marah atau tidak, bayangkan saja, sifatnya benar-benar tidak bisa menghargai seorang tamu!

"Yasmine siapa tadi namanya? Kenapa wajahnya tidak asing bagiku," gumam Dominic sembari memperhatikan tubuh Yasmine yang menghilang di balik pintu. Diam-diam Dominic tersenyum, wanita tadi memang konyol menurut Dominic, tetapi entah kenapa justru kekonyolan itu menarik perhatian Dominic.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status