Share

115. Berpecah

Author: Dinis Selmara
last update Last Updated: 2025-12-02 09:36:36
Jay Wijaya mengeraskan rahangnya. Tatapan tajamnya menancap pada Riani yang baru saja selesai bercerita—atau lebih tepatnya, melaporkan—tentang apa yang terjadi pada Serayu. Ada getar halus di pelipisnya, tanda amarah yang ditahan.

Riani mengulas senyum puas kecil, sangat kecil, seperti menikmati setiap perubahan ekspresi pada wajah suaminya.

“Dia lalai menjaga pewaris keluarga ini, Mas,” ujar Riani pelan, tapi penuh tekanan. “Menantu seperti itu yang kamu bela? Lihat seperti ini akhirnya. Dia hanya mempersulit kita.”

Riani membumbui kalau Serayu meminta Abra untuk menutupi kehamilannya. Mungkin ada maksud tertentu. Ia tahu betul bagaimana memancing amarah Jay Wijaya, jadi memanfaatkannya sebaik mungkin.

Tanpa menunggu panjang, Jay meraih ponselnya dan langsung menekan nama putra sulungnya.

Riani tersenyum miring, hati perempuan itu penuh kemenangan. Ia bahkan tak merasa bersalah—tidak sedikit pun—karena telah memberikan ramuan herbal yang ia berikan pada Serayu kemarin lewat minuman.
Dinis Selmara

Harap tenang ya guys ... pov pembaca dengan pov Abra berbeda bahaha ... sabar ... orang sabar pasti kesal ;-P sampai sini paham ya kalau riani itu nggak suka dengan serayu sejak awal karena status sosialnya, sementara jay wijaya menuntut ekspektasi tinggi agar tetap mendapatkan warisan orang tuanya

| 24
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (26)
goodnovel comment avatar
Selly CM
riana memang gila ya
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Riani jahat banget, dia tega melakukan itu ke rayu padahal rayu gak salah apapun
goodnovel comment avatar
martini kikan
Thor .tega kali kau,bt pasangan ini kehilangan buah hatinya,bt Riana ,KLO boleh Thor yg ksh lah hukuman,jgn biarkan lamper merajalela ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   142. Suami Dokter Serayu

    “Semuanya sudah, Sayang?” tanya Abra pada Serayu yang sedang memoles wajahnya tipis-tipis di depan meja rias. Lelaki itu mendekat, mengecup puncak kepala sang istri penuh sayang.“Sudah, dong.” Serayu tersenyum menatap Abra melalui pantulan cermin.Hari kelulusan Serayu berlalu tanpa banyak drama, berakhir penuh rasa lega. Serayu telah dinyatakan lulus. Gelar dokter kini resmi tersemat di namanya, meski ia tahu kalau perjuangannya belum benar-benar berakhir.Beberapa hari lalu, wisuda berlangsung berkesan. Jay dan Vera turut hadir menyampaikan selamat dan turut mendoakan hal baik. Ada kebanggaan yang terselip hari itu dan tidak akan Serayu lupakan.Hari ini, giliran mereka memberi jeda pada kesibukan. Suami istri itu akan berlibur, lebih tepatnya honeymoon yang lama tertunda.“Jangan cantik-cantik,” ujar Abra sedikit menunduk, memeluk Serayu dari belakang. “Cantiknya cukup saat berdua dengan saya saja.” Serayu tertawa geli mendengar kalimat itu keluar dari mulut suaminya sepagi ini. “K

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   141. Sama Berani

    “Cemburu?” tanya Serayu, mencolek dagu Abra. “Pikiran saya bilang tidak,” jawab Abra pelan, “tapi hati saya bilang iya.” Serayu tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya pada lengan besar Abra. Di dalam mobil yang sunyi, terdengar helaan napas dalam. Tangan Abra terangkat, jemarinya menarik pelan dagu Serayu, seolah memainkannya. “Harusnya hatinya seyakin itu,” ujar Serayu lembut, “karena saya nggak mungkin berpaling.” Abra terdiam sesaat. Mobil tiba-tiba menepi, membuat Serayu mengernyit bingung. “Mas, kenapa?” Baru saja ia hendak menegakkan duduknya, Abra menarik Serayu ke arahnya. Sebuah ciuman panas datang tiba-tiba, seolah lama tertahan akhirnya dilepaskan di bibir rasa cherry itu. Wanita itu sendiri sempat terpaku oleh tindakan tiba-tiba suaminya itu. Ia mendorong tubuh Abra hingga kecupan itu terlepas. “Mas, tiba-tiba sekali,” keluhnya.Mobil terparkir di sisi jalan yang lengang. Lampu-lampu kota memantul di kaca depan, menciptakan bayang-bayang samar di wajah mereka. Seray

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   140. Jengah

    Serayu dan Sedanu kompak menoleh ke arah sumber suara. Wanita yang menyapa itu sedikit menunduk, pandangannya jatuh pada Serayu.“Amalia?” Serayu terkejut.Amalia sempat berteriak kecil karena Serayu mengingatnya, lalu buru-buru mengecilkan kembali suaranya. Dari kejauhan, Abra menoleh sekilas sebelum berpamitan pada lawan bicaranya. Ia melangkah mendekat ke meja tempat dua wanita itu kini sudah saling berpelukan.“Kalian saling mengenal?” tanya Sedanu, terdengar oleh Abra. Keduanya kompak mengangguk.“Mas,” sapa Amalia yang baru saja menyalami Sedanu—pada Abra yang kini berdiri di sisi istrinya.Pandangan Amalia kembali jatuh pada Serayu, ia tersenyum menatap Serayu dan Abra bergantian. “Sini, duduk sini,” ajak Serayu sambil menarik kursi di sampingnya.Amalia tak juga memalingkan wajahnya, terus menatap Serayu dan Abra tanpa berkedip. Karena merasa diperhatikan terlalu lama, Serayu akhirnya mengulurkan tangan dari kejauhan, menutup pandangan Amalia ke arah mereka berdua dengan sebela

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   139. Sudah Maksimal

    Abra langsung menatap jengah lelaki yang melangkah girang mencari kursi kosong usai menyapa para tetua. Tanpa banyak pikir, ia menarik kursi di sebelahnya lebih dulu—sebagai isyarat jelas agar Sedanu tidak duduk di sisi istrinya. Beberapa pasang mata mengikuti gerak Sedanu. Ya, yang datang memang dokter Sedanu.“Mas, lama tidak bertemu,” sapa Sedanu santai, mengulurkan tangan untuk menyalami Abra dengan gaya khas lelaki dan Abra menyambutnya. Setelah itu, pandangannya jatuh pada Serayu.“Twin,” sapanya terang-terangan, tepat di hadapan suami Serayu.Saat Sedanu hendak mengulurkan tangan, Abra lebih dulu menyodorkan gelas minuman ke tangannya—refleks Sedanu menerimanya—menoleh bingung.“Bagaimana kabarmu?” tanya Abra, mengalihkan perhatian.Serayu tentu paham situasi itu. Ia menahan senyum sekuat hati, tahu betul suaminya tak mengizinkannya menjabat tangan Sedanu.“Aku baik, Mas. Mas dan Serayu bagaimana kabarnya?” tanya Sedanu, bergantian menatap keduanya.Tangan Abra terulur, meraih t

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   138. Malam Terbaik

    Malam itu, Abra dan Serayu datang dengan busana senada. Abra mengenakan kemeja hitam, lengan digulung sedikit, memperlihatkan tangan kekarnya. Serayu melangkah di sisinya dengan dress hitam yang jatuh anggun, tidak berlebihan, justru memancarkan aura cantik luar biasa. Keduanya tampak serasi, seolah keselarasan itu lahir dengan sendirinya. Beberapa pasang mata menoleh, menyambut kedatangan suami istri itu. Keduanya menarik perhatian keluarga yang telah lebih dulu berkumpul. Serayu menyadari itu, namun memilih menggenggam tangan suaminya lebih erat. Jangan tanyakan bagaimana jantungnya saat ini, detaknya tak karuan. Pandangan Serayu menyapu ruangan hingga berhenti pada sosok Jay Wijaya dan Vera. Ini pertemuan mereka lagi setelah peristiwa itu–saat Riani baru saja dibawa ke rumah sakit karena depresi. Ada jarak yang terasa tebal, bukan karena permusuhan, melainkan karena luka yang belum sepenuhnya sembuh. Namun malam ini, jarak itu tampak menepis. Abra melangkah lebih dulu, menyalami

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   137. Sama Nakalnya

    Malam itu, Abra memutuskan untuk tetap mengajak Serayu menghadiri acara keluarga. Katanya, sejak awal pernikahan, ia memang selalu membawa Serayu ke setiap pertemuan. Rasanya tidak ada alasan untuk tidak mengajak sang istri. Jika dulu semuanya terasa seperti sandiwara, kini mereka hadir apa adanya ‘suami istri’. Namun, dipikir-pikir rasanya tak banyak yang berubah. Abra yang dulu dan sekarang tetap sama penuh perhatian. Hanya saja, dulu ucapannya sering terasa pedas, kini justru manis—terlalu manis, bahkan.Beberapa hari terakhir Serayu tak lagi memiliki jadwal koas. Sekarang urusannya tidak lagi ke rumah sakit tapi kampus. Seperti sore ini, ia baru saja selesai urusan akademik lalu mampir ke butik yang telah Abra arahkan sebelumnya.“Sudah di butik ini, Mas,” kata Serayu melalui sambungan telepon. “Mas lagi nggak sibuk?”“Saya mau meeting dengan kepala dokter rumah sakit,” jawab Abra.“Kalau begitu lanjut saja, Mas. Saya baru mau fitting baju.”“Sayang, cari pakaiannya yang tertutup y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status