Share

Part 6 Maaf 2

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Pergi atau bertahan. Kalau pergi alasanku apa. Tak ada bukti perselingkuhan Mas Yoshi. Dia selalu pulang setiap hari meski kadang larut malam. Jika ke luar kota selalu mengajakku ikut serta. Memang ada beberapa kali dia pergi bersama timnya, tanpa aku.

Jika alasanku anak, apa itu alasan yang tepat? Aku yang sudah seumur segini kalah sama anak kecil. Apa cemburu, suami kurang perhatian, sudah pantas kujadikan alasan.

Mbak Mayang memang sering menelepon Mas Yoshi saat suamiku itu di rumah. Hanya untuk menceritakan tentang putri mereka. Dan aku hanya diam, karena selalu percaya semua itu demi anak. Mereka tetap menjadi orang tua yang baik setelah berpisah.

Pagi-pagi sekali tadi perempuan itu juga sudah menelepon. Aku harus maklum karena anak mereka sedang sakit.

Apa aku kurang sabar? Kalau seperti ini dikatakan kurang sabar, lalu sabar itu seperti apa?

Aku lelah, tapi aku mencintainya.

Aku meraih ponsel di minibar. Panggilanku langsung dijawab.

"Assalamu'alaikum, Cantik." Hanya Bu Eri yang memanggilku begitu. Dia bilang, "Ibu suka manggil kamu cantik. Karena kamu memang cantik, imut, dan menarik."

"Wa'alaikumsalam. Ibu, lagi ngapain?"

"Ibu baru pulang belanja. Ibu mau bikin pepes ikan. Kamu mau?"

"Enggaklah, Bu. Aku malas keluar hari ini."

"Biar Fauzi yang nganterin nanti sore sepulang kerja."

"Nggak usah, Bu. Ngrepotin Mas Fauzi saja. Pengen istirahat malah disuruh nganterin pepes."

"Nggak apa-apa. Kayak kamu nggak tahu masmu saja. Mana pernah dia nolak kalau ibu suruh nganterin sesuatu ke kamu. Nanti ibu masak banyak. Bisa kamu taruh kulkas dan diangetin pakai microwave."

"Iya."

"Eh, kok lemes gitu. Ada apa?"

Tanpa pikir panjang, aku menceritakan semua beban di dada ini. Walaupun perjalanan hidup Bu Eri tidak semulus jalan tol, tapi bagiku beliau orang yang tepat untuk mencurahkan rasa dan berkeluh kesah.

Walaupun bagi mama, Bu Eri ini pelak0r, perempuan tak tahu diri, hanya menginginkan harta papa saja. Namun sejauh ini, hidup ibu tiriku itu tetap sederhana. Justru mama yang semakin glamor.

"Kalian sudah pernah bicara berdua lagi, membahas ini?"

"Belum. Jawabannya pasti sama. Disuruhnya aku bersabar. Aku capek, Bu."

"Ibu ngerti perasaan kamu. Kalau ada waktu, datanglah ke rumah. Kita bisa bicara leluasa."

"Iya. Kalau ada waktu aku ke rumah ibu. Oh ya, papa ada di situ?"

"Enggak. Sudah seminggu papa nggak ke sini. Ada apa? Kamu mau pesen sesuatu ke papa. Nanti ibu sampaikan."

"Enggak, Bu. Ya udah, ibu lanjutin masaknya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Kuletakkan ponsel di meja. Kalau aku bodoh, bagaimana dengan Bu Eri. Apa beliau bodoh juga. Tetap setia pada papa yang tidak tentu mengunjunginya. Bahkan datang pun di waktu siang, hanya untuk makan sambil ngobrol sebentar. Kemudian papa pergi. Apa ini yang namanya cinta sebenarnya, yang tidak melulu memikirkan urusan ranjang saja.

Diam. Kuperhatikan dapur yang sudah kinclong seperti iklan sabun cuci piring. Padahal aku tidak perlu membersihkan sedetail ini. Sebab besok jadwalnya Mak Ijah datang untuk bersih-bersih rumah. Wanita setengah baya itu bekerja tiga kali dalam seminggu.

Aku menolak memiliki ART yang menetap di rumah. Akhirnya Mas Yoshi memaksa untuk mengambil pekerja yang datang tiga kali dalam seminggu untuk membereskan rumah dan halaman.

Oh, aku ingat kalau masih memiliki bahan untuk membuat cup cake. Aku mau bikin sekarang. Nanti sore kalau Mas Fauzi mengantarkan pepes, aku bisa nitip buat ibu. Juga meminta ojek online untuk mengantarkan cake pada mama. Dimakan atau tidak, aku akan tetap mengirim buat beliau. Kalau tidak mau, biar dimakan oleh papa atau para mbak-mbak yang bekerja di sana.

Semua bahan ku keluarkan dari kitchen set. Kutaruh di meja granit dan tikar yang kubentang di lantai.

Aku mulai sibuk. Inilah kegiatan yang membuat pikiranku teralihkan sejenak dari memikirkan kemelut hidup.

Dapur yang sudah kinclong, kembali berantakan. Biarlah, nanti bisa dibersihkan lagi.

Beberapa waktu sibuk belepotan tepung, akhirnya beberapa cup cake sudah jadi dan tinggal menghias saja nanti. Aku masih terus sibuk, karena membuat banyak cup cake.

Buru-buru aku mencuci tangan saat ponsel di mini bar berdering.

"Halo, Mas."

"Sayang, kamu di mana?"

"Di rumah."

"Mas sudah perjalanan ke klinik ini. Tadi dokter Sonia menelepon tapi nggak kamu angkat."

Kulihat jam dinding. Sudah pukul setengah sebelas. Harusnya setengah jam tadi aku sudah sampai di klinik bersalin. Bertemu dokter kandungan yang masih kerabat dekat Mas Yoshi.

"Aku nggak datang hari ini."

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Aku nggak ingin melanjutkan program itu."

"Ada apa, Nastasya?"

"Nggak ada apa-apa."

"Mas jemput ke rumah, ya?"

"Nggak usah. Aku sibuk dan aku nggak akan ke sana, Mas. Udah, ya!" Kumatikan ponsel dan kulihat memang ada beberapa panggilan masuk dari dokter Sonia. Mungkin karena suara mixer, jadi aku tidak tahu ada telepon masuk.

Setelah kuletakkan ponsel di meja, kembali kulanjutkan pekerjaan. Semalaman aku berpikir kalau tidak perlu melanjutkan program kehamilan dengan situasi seperti ini. Toh, sejak awal pun aku yang punya ide dan bersemangat. Mas Yoshi hanya mengikuti saja.

Aku tahu dia sibuk. Sebab dia juga lawyer di perusahaan keluarganya. Maklum banyak yang harus dikerjakan. Namun kalau sudah seperti ini, rasanya juga malas. Seperti aku saja yang menginginkan.

Suara mixer dan blender meraung-raung bersahutan, meramaikan suasana rumah yang sepi. Karena aku juga sedang membuat jus apel.

Tanganku dengan terampil membuat toping cup cake. Bicara sendiri mengekspresikan apa yang tengah kulakukan. Memainkan cream warna-warni di atas cake. Kemudian tersenyum puas dengan hasil kreasiku.

Tidak lupa kuabadikan menggunakan kamera ponsel. Jika kedua kakakku memamerkan liburan mewah dengan keluarga kecil mereka, aku bangga pamer karyaku dari dalam dapur.

Senyum puasku yang memandangi cup cake memudar saat sosok itu sudah berdiri di seberang meja.

Next ....

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
salut sama Natasya. dia bisa bertahan sejauh ini. tapi inget Yoshi manusia juga punya batas kesabaran... dan mungkin inilah batas kesabaran istrimu..
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
jangan jahat² ya kak sama natasya
goodnovel comment avatar
Yanyan
setiap partnya mengandung bawang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status