Share

Bab. 3. Ular

Penulis: Sarangheo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-18 04:29:03

Tak tahu sudah tertidur berapa lama, aku merasa sedikit kedinginan, udara di sekitarku sungguh dingin, aku ingin menarik selimut untuk menutupi tubuhku, kedua tanganku terus meraba-raba untuk mencari letak selimutku, namun aku tak menemukan apa-apa, mungkinkah aku bukan tidur di atas ranjangku?

Aku segera membuka kedua mataku, tempat ini sedikit gelap, tapi aku masih bisa melihat keadaan sekitar dengan jelas, aku berbaring di atas batu hitam yang cukup besar, disekelilingku dipenuhi oleh pohon-pohon yang rimbun, daun-daun pohon itu tampak menutupi cahaya matahari yang masuk ke tempat itu sehingga tempat itu terlihat sangat gelap.

Di mana aku? Karena baru sadar, otakku terasa sedikit oleng, aku mencoba mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya.

Aku didorong oleh pacar dan sahabatku ke jurang!

Seketika, kejadian-kejadian tadi pun terbesit dalam otakku seperti film di dalam bioskop.

Aku sangat kesal, jika sekarang ini aku sudah menjadi hantu, aku pasti akan membalas perbuatan mereka, aku akan membunuh pria dan wanita jalang itu.

Tapi apakah benar aku sudah mati? Aku berpikir sambil mencubit lenganku sendiri, dan rasa sakit ini memberitahuku, kalau aku belum mati.

Terjatuh dari jurang yang curam seperti ini dan tidak mati, rasanya tidak mungkin.

Dipikir-pikir, ketidakmatianku mungkin ada hubungannya dengan batu ini, karena batu ini sama sekali tidak keras, aku yang duduk di atasnya merasa jika batu ini agak sedikit kenyal dan empuk.

Jika berpikir lebih panjang lagi, mana mungkin benda yang kenyal dan empuk ini adalah batu?

Tapi sekarang aku sama sekali tidak ingin berpikir kenapa batu ini terasa begitu nyaman, aku hanya merasa perutku sedikit sakit dan serasa ada sesuatu yang hangat mengalir dari bawah tubuhku.

'Anak, anakku.'

Di saat aku menyadari jika anakku sudah tiada, hatiku terasa sakit seperti disayat-sayat.

Perasaanku jauh lebih sakit dibandingkan dengan kematianku sendiri, anakku, pacarku pun sudah tiada, aku tak punya siapa-siapa lagi, aku sudah kehilangan semuanya, lalu untuk apa aku hidup?

Ya Tuhan, kenapa Engkau tidak membiarkanku mati saja, aku sungguh tidak bisa menerima semua cobaan ini, di dalam hatiku kini hanya ada rasa benci dan rasa sakit, di saat-saat bahagia yang kami lewati bersama seakan hancur berkeping-keping, akhirnya aku tak kuasa menahan emosiku, aku pun menangis.

Aku sama sekali tidak merasakan adanya bahaya, aku hanya merasa hatiku semakin sedih dan hanya ingin terus menangis, sampai akhirnya aku pun merasakan kalau batu di bawahku ini mulai berubah.

Batu ini bergerak, aku yang duduk di atasnya pun mulai bergoncang-goncang.

Gempa?

Aku tak ingin menangis lagi, lalu mengusap air mataku dan melihat batu yang ada di bawahku itu.

Tidak mungkin, kenapa batu bisa bergerak! Dan kejadian yang kulihat setelah itu sungguh membuatku terkejut bukan kepalang!

Di dalam kegelapan. Seekor ular python yang tertidur selama beribu-ribu tahun tiba-tiba membuka matanya, ia masih belum cukup tidur, tapi malah dibangunkan oleh suara tangisan seorang wanita, dan wanita itu juga mengotori sekujur tubuhnya dengan darahnya, ingus lalu air matanya yang terus menetes di atas tubuhnya, ular python itu pun marah, kedua matanya yang bercahaya seketika menatapku dengan dingin. Sebuah kepala yang sungguh besar berdiri perlahan-lahan, kedua mata yang berkilauan itu menatap ke arahku.

"U-U-Ular!"

Saat ini, aku hanya bisa memikirkan kata itu. Ternyata aku terjatuh ke atas tubuh seekor ular python raksasa, itulah alasan yang membuatku tidak mati!

Kepala ular itu mendekat ke arahku, aku bisa merasakan nafas ular itu yang dihembuskan ke wajahku. Aku sungguh ketakutan, bulu kudukku berdiri tegak, dan masih ada yang lebih menakutkan lagi di belakangnya.

Ular itu membuka mulutnya lebar-lebar di hadapanku, orang bodoh pun tahu kalau sebentar lagi ia pasti akan dilahap habis.

'Ya Tuhan! Bisakah tidak seekstrim ini, jantungku bisa melompat keluar kalau seperti ini.'

"Tolong! Ada ular!"

Akhirnya aku berteriak, tapi sayangnya aku tidak langsung pingsan, jika saja aku dimakan ular saat aku pingsan, rasanya pasti akan lebih baik daripada melihat dengan mata kepala sendiri dan ketakutan seperti ini, apa aku tidak bisa diberikan pilihan lain sebelum aku mati?

Aku pun berguling turun dari tubuh ular itu, lalu berguling menuruni pegunungan, sampai akhirnya pandanganku menggelap.

'Terima kasih Tuhan, akhirnya aku pingsan juga!'

Tubuh ular raksasa itu bergerak dengan cepat menuruni pengunungan itu juga, kecepatannya sungguh mengejutkan, sekejap mata saja, bayangannya langsung menghilang.

"Kakak Mei, cepat bangun."

Kata seekor ular belang betina di dalam kegelapan, ia sedang tertidur dengan nyenyak di sebelah sang raja ular, namun entah kenapa sang raja ular tiba-tiba pergi, oleh karena itu ia pun terbangun.

"Ada apa Adik Hua? Aku masih belum cukup tidur!"

Seekor ular besar berwarna kuning dibangunkan oleh seekor ular belang, ia sangat tidak suka diganggu saat ia tertidur, oleh karena itu nada bicaranya agak sedikit tidak enak didengar.

"Raja Ular pergi."

Sang ular belang itulah yang pertama kalinya menyadari kalau sang raja ular pergi, dan dia juga tahu, kalau raja ular itu pergi karena seorang wanita.

"Apa?"

Perkataan ular belang sungguh menggugah kesadaran, ular kuning yang tadinya masih setengah mengantuk pun terbangun, kenapa Raja Ular bisa tiba-tiba pergi, ini masih belum waktunya bangun.

Tidak hanya ular kuning, ular-ular betina lain yang mendengar kepergian raja ular pun terbangun, siapa yang tidak ingin bersama dengan Raja Ular, siapa yang tidak ingin mendapatkan hatinya dan menjadi permaisurinya, ini adalah hal yang paling diimpikan oleh para ular betina.

"Tak tahu diri! Berani-beraninya dia membangunkan tidur Raja Ular, akhirnya dia ketakutan sampai berguling ke bawah gunung, Raja Ular pasti mengejarnya untuk menghukum wanita itu."

Perkataan ular belang membuat seluruh ular betina terkejut, karena sudah mengganggu tidur Raja Ular, sepertinya wanita itu pasti akan ditelan hidup-hidup oleh Raja Ular.

"Ayo kita lihat ke bawah."

Usul ular kuning yang dipanggil Kakak Mei itu.

Ular-ular betina yang lain pun menganggukkan kepala, mereka semua ingin mengejar Raja Ular.

Di dalam kegelapan, segerombolan ular besar menggerakkan kepala dan ekornya menuju ke dalam hutan, kalau ada orang yang melihat kejadian itu, orang itu pasti bisa mati terkejut.

Lagipula, setelah aku menggelinding dari tubuh ular dan gunung itu, aku pingsan kembali, dan saat aku terbangun, aku sudah tak tahu sudah berapa lama aku tak sadarkan diri, dan berada di mana.

"Ular, ada ular."

Aku pun segera tersadar dari rasa kantukku, seisi kepalaku penuh dengan ular, ular dan ular.

Aku melihat sekelilingku, hutan yang tak berujung, langit yang gelap tertutup oleh dedaunan rimbun yang tebal, rasanya aku tak akan pernah melihat cahaya matahari lagi.

Aku di mana ini? Mengingat setelah didorong pacarku, aku terjatuh di atas tubuh seekor python raksasa, bulu kudukku pun berdiri, seluruh ingatanku terpusat pada ular python raksasa yang sangat besar dan panjang tadi, aku takut dia bersembunyi di dalam kegelapan, lalu tiba-tiba membuka mulutnya dan menakutiku.

Aku melihat ke sekelilingku, selain hutan yang penuh dengan pohon, aku tak bisa melihat apa-apa lagi, tak tahu apa ular mengerikan itu sedang bersembunyi di balik pohon-pohon itu sambil memandangiku, aku sungguh sangat takut, rasa takut yang tak pernah kurasakan sebelumnya menyelubungi sekujur tubuhku.

"Huhuhu."

Aku sudah hampir dibunuh oleh pacar dan sahabatku sendiri, lalu aku terjatuh di sebuah tempat asing dan bertemu dengan seekor ular python raksasa yang menakutkan, aku sangat sedih dan ketakutan, apa ada orang yang lebih menyedihkan lagi dariku di dunia ini, seharusnya aku mati bersama anakku, mengingat anakku, aku pun meraba-raba perutku, hatiku terasa semakin sakit.

'Anakku, maafkan aku, maafkan aku tidak bisa melindungimu.' Dan perutku terasa sakit.

Aku tak tahu jika aku membangunkan seekor ular python raksasa dan saat ini ular python itu sedang mencari cara untuk menjebakku.

Di tempat yang tak jauh dari tempatku berdiri, ada sebuah pohon besar yang berdiri tegak, ular python hitam itu sedang bergelantungan di atas pohon besar itu, kedua matanya menyorotkan pandangan yang sadis, berani-beraninya ada wanita yang mengganggu tidurnya, lalu mengotori tubuhnya dengan air mata dan ingus, serta darah yang sangat amis, ular python itu sungguh marah, tidak enak rasanya kalau ia tak memberi hukuman.

Kedatangan ular itu kini mengubah suasana di dalam hutan tersebut, suara-suara aneh juga mulai terdengar dari balik hutan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 114. Aku Akan Selalu Menunggu

    "Bayi-bayi, dengarkan kata-kata ibu ya, mengerti?"Suara pria itu lembut berpesan kepada bayi-bayi itu."Baik ayah, kami akan menurut pada ibu dan mendengarkan kata-kata ibu."Ketujuh bayi itu menjawab dengan penuh pengertian. Ketika melihat bahwa Ketujuh bayi itu tampak pengertian, Raja ular merasa lega.Dan sudah waktunya kami berpamitan pergi."Isabelle.""Suamiku."Tangannya yang menggenggam erat seakan tidak rela untuk melepaskan tanganku, tetapi secara paksa tanganku ditarik oleh Tentara surga."Raja Ular, Selir Ular, mohon pengertiannya."Tentara surga memberi hormat, mereka juga tidak ingin melakukan hal-hal buruk, memisahkan Raja ular dan Selir Ular, tetapi karena itu adalah tugas mereka, jadi mereka terpaksa melakukannya."Suamiku, aku pasti akan menunggumu.""Isabelle... Isabelle Yao."Hal yang paling menyakitkan bukanlah kematian, tetapi hidup terpisah dengan orang yang paling kita cintai. Pada saat berpisah dari suamiku, hatiku sangat sangat sakit, aku tidak tahu kapan, ka

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 113. Betapa Rindunya

    Ketulusanku kepada Raja Ular, akhirnya membuat Bunda Mo menerimaku.Melihatku begitu bertekad, dia menganggukan kepala."Ini semua salahku, Raja Ular dihukum, aku memang membawa bencana bagi dunia ular, Bunda Mo jangan marah."Aku menyalahkan diriku sendiri, jika bukan karena aku, semua ini tidak akan terjadi."Ini semua sudah takdir, aku tidak akan menyalahkanmu lagi."Bunda Mo menghela nafas, dia sudah berfikir dengan jernih, biar bagaimana pun jika semua sudah di takdirkan, maka jalan satu-satunya adalah menjalaninya, bukan menolak ataupun mengeluh. Perubahan Bunda Mo membuatku merasa lega."Apakah bayimu sudah lahir?"Bunda Mo melihat bentuk tubuhku yang sudah seperti semula, dan bertanya padaku, ketika aku diusir karena amarahnya, dia sedikit menyesalinya, lagi pula, yang aku kandung adalah darah daging dunia ular."Sudah Lahir, aku meninggalkan mereka kepada seseorang untuk dijaga."Aku menjawab, seperti nya Bunda Mo sudah menerimaku sebagai ibu dari anakku dan menantunya."Bisak

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 112. Kesetiaan

    "Ahhhh ... Apa yang terjadi?"Terkejut, Yoyo bergegas ke dalam istana, mengambil cermin dan menatap dirinya sendiri, Yoyo tertegun, wanita di cermin itu penuh dengan rambut putih dan kerutan, seperti nenek tua yang keriput, sangat jelek.Pemandangan ini membuat Yoyo yang awalnya cantik seperti bunga, menjadi marah dan tidak terima akan perubahan seperti ini, ini adalah pukulan besar untuknya."Tidak, ini tidak mungkin! Aku sangat cantik, aku sangat cantik!"Yoyo memegangi kepalanya dan berteriak, saat itu dia tidak bisa memikirkan apapun, sekali pun jika ada musuh di hadapan nya, dia sama sekali tidak memperdulikannya, yang hanya dia perdulikan adalah penampilannya.Penampilannya yang sangat jelek seperti ini, bagaimana mungkin dia akan bisa bertemu orang di masa depan? Yoyo mendongak, melihat ketujuh bayi itu berdiri di depannya tanpa cedera. Ketujuh bayi imut itu, pada saat ini, menatapnya tanpa perasaan.Yoyo yang berambut putih itu adalah keinginannya sendiri, karena dia telah bera

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 111. Apa Yang Terjadi?

    "Diam kamu, jika tidak ada pelacur sepertimu, Austin hanya akan menyukaiku, aku sangat membencimu!"Yoyo menggeram dan menunjuk ke arahku, suasana hatinya sangat buruk."Yoyo.""Diam kamu, aku memintamu tutup mulut, apakah kamu sudah tuli?"Yoyo tiba-tiba menghilang dan muncul di belakangku, lalu sebelah tangannya mencekik leherku, sehingga membuatku terengah-engah."Yoyo, lepaskan kakak!"Karen berteriak sambil berusaha menyelamatkanku, tetapi Mutiara Ular di tangannya terhisap dan ditelan Yoyo lebih dulu."Karen, kamu sungguh bodoh, hahah... Kamu juga sudah bosan hidup rupanya."Yoyo menoleh karen, lalu tangan kirinya mengeluarkan asap putih dan mendorongnya kearah karen, sementara itu Karen sudah tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk menyerang balik. Karen terlempar jauh keatas dinding, darah segar pun menyembur dari sudut bibirnya. Sedetik kemudian Karen pingsan.Dan aku, leherku semakin dicekik kuat olehnya, rasanya sudah di ambang kematian, aku lemas, nafasku benar-benar serasa

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 110. Rasa Kecewa

    Di PaviliunPada tempat tertinggi, seorang wanita berbaju merah duduk di atas kursi naga, hanya terlihat jubah merah, yang menutupi tubuhnya."Nona Yoyo, ada dua orang wanita di luar sana untuk membuat masalah, salah satu wanita itu mengatakan dia adalah Selir Ular, dan mereka memiliki mutiara ular yang kuat di tangan mereka."Penjaga melaporkan situasinya kepada Yoyo dengan hormat."Jalang, aku masih berencana untuk mencari mereka, tetapi mereka akhirnya datang sendiri mencari mati."Suara perempuan itu terdengar dingin, dia menghempaskan lengan baju panjangnya, berdiri dan pergi.Berkat mutiara ular sakti itu, aku dan karen berhasil menerobos masuk hingga kedalam, akan tetapi keadaan di istana ini benar-benar berubah seratus persen. Sepi dan sunyi, tak ada tanda-tanda kehidupan, para pelayan dan penjaga yang biasanya berseliweran kesana kemari tak tampak lagi.Saat, hatiku bertanya-tanya, terdengar suara erangan ke telingaku, aku mendengarkan nya dengan seksama, suara itu datang dari

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 109. Penipu

    Beberapa hari ini, aku selalu merasa tidak enak, selalu merasa bahwa sesuatu akan terjadi dan semua itu mengingatkanku pada kesulitan di istana ular."Karen, bagaimana jika kita kembali ke istana ular."Di dalam kamar mewah, aku dan karen duduk di depan meja sambil mengasuh ketujuh anakku yang sedang bermain."Kakak. Ada apa?"Mendengar apa yang kukatakan, karen dengan tidak mengerti bertanya, aku mengerti, dia mungkin takut bahwa aku akan terluka lagi."Belakangan ini aku merasa sedikit buruk, tidak tahu, seakan ada sesuatu yang terjadi di istana ular, aku ingin pergi melihatnya, Aku tahu Bunda Mo tidak menyukaiku, tapi biar bagaimana pun dia adalah ibu dari raja ular suamiku, jika benar telah terjadi sesuatu, bagaimana bisa aku hanya duduk diam dan menontonnya." Kataku pada Karen."Baiklah kak, aku akan ikut kembali bersama kakak, sebisaku, aku berjanji akan melindungi kakak.""Terima kasih, Karen."Aku tersenyum tipis dan berterima kasih pada Karen."Sudahlah tidak apa-apa jangan be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status