Share

Bab. 8. Sang Raja

“Tidak perlu mengurusi mereka, kita makan saja.”

Ucap Austin Ye datar sambil mengambiliku semangkuk sayur.

“Kamu terlihat cukup cantik berdandan seperti ini.”

Lalu dia lagi-lagi berkata seperti itu sambil memandangku, bibirnya memperlihatkan sebuat senyuman yang memikat orang, bagaikan matahari yang bersinar terang, seperti seorang anak lelaki yang dewasa, menurutku dia seharusnya lebih kecil dariku beberapa tahun.

Keringat, wajahku lagi-lagi tiba-tiba memanas, lupakan mengenai pujian itu, tetapi bisa tidak jangan menoleh ke arahku ketika memuji? Dia menangkap aku yang membuang pandanganku dan tidak ada sedikitpun maksud untuk mengembalikan pandanganku.

“Sebenarnya, disini bisa sedikit lebih terbuka lagi.”

Ucapnya sambil menunjuk ke bagian dari diriku yang penuh itu, tawanya berubah nakal.

“Hei, anak kecil tidak boleh asal berbicara.”

Tidak peduli seberapa kaya dan tampan dirinya, singkatnya, aku hanya bisa menganggapnya sebagai seorang anak kecil, dengan begitu aku lebih mudah untuk menerima pikiranku sendiri.

“Anak kecil?“

Dirinya adalah seorang yang berumur ribuan tahun, tidak, adalah seekor ular berumur ribuan tahun, masih dianggap anak kecil oleh seorang wanita yang umurnya belum sampai tiga puluh tahun? Bercanda.

“Kenapa? Kalau dilihat dirimu paling berumur dua satu, dua dua, apa jangan-jangan aku salah?”

Ucapku sambil makan, kemudian menjepit sepotong daging dan memasukkannya ke dalam mulutku, rasanya benar-benar tidak buruk, hanya seorang anak kecil baru bisa bersinar seperti matahari seperti dirinya dan terlihat sangat tampan.

“Kalau aku beritahu kamu tahun ini aku sudah berumur empat ribu tahun, apa kamu percaya?”

Austin Ye tidak makan sama sekali, dia hanya melihatku makan, kemudian berkata seperti itu, mengenai berpenampilan seperti itu sudah menjadi bawaannya dari lahir, berapa banyak wanita yang sudah dipikatnya sampai putus asa, tidak ada yang bisa dia lakukan.

“Pft……”

Ucapan Austin Ye itu membuatku tertawa, dan tidak bisa menahan diri, kemudian menyembur ke arahnya sampai wajahnya dipenuhi dengan butiran nasi.

Melihat wajahnya yang seketika berubah suram, aku tidak berani untuk tertawa lagi, tidak tahu kenapa, aku sangat takut dirinya marah.

“Maaf, maaf, aku akan membantumu membersihkannya.”

Aku dengan cepat menarik secarik kertas tisu dan menjulurkan tanganku untuk membantunya menyeka bersih butiran nasi di atas wajahnya itu.

Pandangan mata dinginnya perlahan berubah lembut, hatiku juga ikut meleleh.

Tiba-tiba dirinya mencengkram tanganku, sentuhan seperti itu membuat jantungku bertedak dengan cepat, wajahku memerah, dengan jarak yang begitu dekat antara aku dan dirinya, maafkan diriku karena tanpa malu sedikitpun menelan air ludahku, berhadapan dengan seorang lelaki yang lebih cantik daripada seorang wanita cantik, siapa yang bisa tenang? Reaksiku ini juga adalah reaksi orang yang normal.

Sudut bibir lelaki cantik itu perlahan naik ke atas, tangan yang mencengkramku itu perlahan bergerak ke ujung jariku, kemudian perlahan menarik kertas tisu di dalam tanganku itu, lalu dengan anggunnya menyeka butiran nasi di atas mukanya itu sampai bersih.

Mengingat kembali reaksiku barusan itu benar-benar memalukan, aku menarik kembali tanganku dan tiba-tiba merasa malu, sama seperti seorang anak kecil yang baru pertama kali jatuh cinta, aku menundukkan kepalaku, tidak berani melihat mata seseorang.

“Sudah kenyang?”

Tanyanya dengan suara yang enak di dengar itu, sudah berapa besar, tetapi masih malu seperti anak kecil saja, namun pria itu justru lumayan menyukai penampilan malu-malunya yang seperti itu.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dengan keras, baru makan sedikit seperti ini, bagaimana mungkin kenyang? Porsi makanku besar tahu, dan lagi sedikit yang baru aku makan tadi sudah tersembur ke atas wajahnya semua.

Satu meja penuh dengan hidangan lezat itu akan benar-benar sayang kalau tidak dimakan, tanpa mempedulikan apapun yang terjadi, aku mengangkat mangkuk dan sumpitku kemudian mulai makan dengan lahap, tidak lama kemudian, sebagian besar hidangan di atas meja itu sudah sebagian besar aku habiskan, semua gambaran yang aku miliki sebagai wanita cantik, sudah habis tidak bersisa disini.

“Ugrh……” Sendawaku setelah makan.

Aku menyeka minyak yang membekas di mulutku, ini adalah makanan terbaik yang pernah aku santap seumur hidupku, kehidupan orang yang memiliki uang memang tidak sama, makan makanan yang enak, tinggal di kediaman yang megah, aku diam-diam mengela napas di dalam hatiku, perutku kenyang sampai melendung seperti balon.

“Sudah kenyang?“

Aku yang terlalu gembira makan tadi, benar-benar melupakan kehadiran sosok di sebelahku itu, penampilanku yang seperti renkarnasi dari hantu yang mati kelaparan itu sudah terbongkar semua dihadapan lelaki cantik itu.

“Kenyang sekali.”

Ucapku sambil mengelus-elus perutku yang bulat itu dengan tidak enak, benar-benar memalukan.

“Itu, kamu kenapa tidak makan?”

Ucapku sambil menunjuk sayur di atas meja sisaku makan tadi, apa dia bisa kenyang hanya dengan melihatku makan?

“Aku tidak lapar.”

Ucap Austin Ye sambil menopang dagunya dengan satu tangan, kenyang hanya dengan melihat orang disampingnya itu makan.

Setelah kenyang, aku teringat kembali dengan masalah kepulanganku.

“Terima kasih sudah menyelamatkanku, apa kamu bisa mengantarku pulang?”

Tanyaku sambil menatapnya, aku sudah memikirkan hal pertama yang akan aku lakukan ketika pergi dari sini yaitu aku akan mengekspos pria dan wanita kurang ajar yang menyakitiku itu, membiarkan mereka mendapatkan hukuman yang sepantasnya, mereka ingin membunuhku, aku juga tidak mungkin membiarkan mereka hidup enak.

“Aku sedang menugaskan orang untuk mencari jalan keluar, mungkin masih perlu menunggu beberapa hari, kamu menetap saja dulu dengan tenang, kalau ada yang kamu butuhkan, katakan saja kepada Petugas Bai, atau juga bisa langsung mencari dan mengatakannya kepadaku.”

Ucap Austin Ye, pandangan matanya yang gelap dan tenang itu seperti bisa menembus pikiran orang, seluruh kebencian dan dendam perlahan diluluhkan oleh perkataan penuh perhatian darinya itu.

“Baiklah, kalau begitu maaf sudah merepotkan.”

Aku berkata dengan penuh terima kasih, tidak mati kedinginan atau mati kelaparan di dalam gunung, ada orang yang menyelamatkanku, dan masih menanggung makan serta tempat untukku tinggal, memberikanku perlakuan yang baik, takutnya itu semua adalah seluruh keberuntungan yang telah aku kumpulkan dari beberapa renkarnasi hidupku.

“Pasti lelah kan? Aku akan menyuruh beberapa pendamping wanita untuk membawamu pergi istirahat, jangan terlalu banyak berpikir.”

Ucapnya dengan datar, pada mulanya dirinya ingin memberikan lebih banyak hukuman lagi kepada wanita itu, tetapi wanita yang sudah menerima luka itu membuat dirinya tidak tahan terluka.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, kemudian dengan mengikuti beberapa pendamping wanita cantik yang dipanggil masuk itu pergi meninggalkan tempat itu, mengitari sebuah taman dan kembali ke ruangan itu lagi.

Ucapan itu “jangan berpikir terlalu banyak”, seperti menandakan semua yang diketahuinya tentang diriku.

Dalam ruangan itu, pendamping wanita itu sudah lama merapikan tempat tidur itu, Penjaga Bai sudah memerintahkan, ratu dunia ular dimasa depan harus dilayani dengan sangat baik, karena itu tidak ada satupun pendamping wanita yang berani lalai.

“Selamat malam, benar-benar sudah merepotkan kalian, tolong bantu aku untuk menutup pintu itu ketika kalian keluar, terima kasih.”

Aku dengan penuh sopan santun mengucapkan terima kasih kepada beberapa pendamping cantik yang telah membantuku menyiapkan tempat tidur itu.

“Kami semua berada di depan, kalau ada perintah apapun, Nona langsung panggil saja.”

Pendamping wanita itu hanya keluar dengan hormat tetapi tidak meninggalkan tempat itu.

Aku hanya ingin berkata hanya tidur, tidak perlu serepot itu, juga membiarkan mereka kembali untuk tidur, bekerja di jam malam benar-benar melelahkan, hanya saja belum sempat diriku membuka mulut, mereka sudah keluar duluan dan menutup pintu itu dengan pelan.

Karena masih belum menemukan jalan keluar, aku hanya bisa menetap dengan tenang disini, aku memang selalu merasa istana megah ini sedikit aneh, tetapi karena sudah diselamatkan kesini, aku hanya bisa tinggal dengan tenang, tidak mati dalam situasi parah seperti itu dan masih diselamatkan oleh orang, itu semua adalah berkah terbesar yang diberikan Tuhan kepadaku.

Dengan sedikit perasaan lelah, aku melirik sekali lewat ke arah luar jendela, pasti ada sekumpulan wanita yang berjaga diluar, kemudian aku melepaskan gaun panjang itu dan masuk kedalam selimut dengan hanya mengenakan pakaian tidur yang tipis, bagian perutku terasa sedikit nyeri, mengingat anak yang gugur dari kandunganku itu, bagaimana bisa aku tidak memikirkannya, satu tanganku mengelus bagian perutku dan menutup mata yang akhirnya terasa lembab.

Disisi lainnya, di dalam sebuah ruangan yang paling besar dan paling megah di dalam istana itu, Austin Ye duduk di atas singgasananya, tangannya mengangkat secangkir arak, dirinya sedang meminum arak dengan perasaan tidak bahagia.

Penjaga Bai yang berdiri disamping dan melihat Raja Ular sedang minum arak untuk menenangkan amarahnya, tidak berani mengatakan apapun.

Minum arak seorang diri benar-benar tidak ada artinya, pandangan mata dingin dan tajamnya itu kemudian terarah ke satu-satunya orang disampingnya itu, Penjaga Bai merasakan semacam serangan dingin sedang dijatuhkan ke tubuhnya.

“Andrew Bai, duduk kemari, temani aku minum.”

Austin Ye menuangkan secangkir arak untuk Penjaga Bai.

Karena itu adalah keinginan Raja Ular, Penjaga Bai juga tidak berani menolaknya, dirinya hanya bisa menerima cangkir arak itu dengan hormat dan duduk di tempat itu.

“Kalau tebakan hamba benar, Raja sedang khawatir untuk memilih selir lagi tahun ini.”

Penjaga Bai meminum satu teguk arak itu sambil bertanya dengan penuh hati-hati, aroma harum arak itu menyeruak di dalam mulutnya, selain orang terdekat disisi Raja Ular, tidak banyak orang yang bisa meminum arak dengan kualitas tinggi seperti itu, tetapi pikiran Penjaga Bai tidak terletak di arak itu, dengan statusnya sebagai pendamping raja, kalau ingin mendapatkan kepercayaan hari raja, pertama-tama dirinya harus belajar cara untuk menyelesaikan masalah untuk raja.

“Memang hanya kamu yang paling mengerti diriku, tuang arak lagi.”

Mendengar ucapan itu, Penjaga Bai langsung mengisi penuh cangkir arak Raja Ular, juga menuangkan arak itu sampai penuh di cangkirnya.

Benar-benar tidak salah pria itu mengikuti dirinya selama ribuan tahun, apa yang hatinya pikirkan, takutnya juga hanya ada Penjaga Bai yang paling mengerti, Penjaga Bai memiliki kemampuan tinggi untuk menangani masalah, dan bisa mengatakan beberapa kata-kata tulus kepada dirinya, karena itu dia yang memiliki status sebagai Raja Ular barulah bisa menganggap penting pria itu, dan membiarkan pria itu tinggal disisinya.

Semakin tinggi kedudukkan seseorang, akan semakin sedikit memiliki orang disekitar yang bisa dipercaya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status