Share

Bab. 9. Pemilihan

“Pilih selir apa, tidak ada yang menarik sama sekali.”

Nada bicara Austin Ye datar dengan sedikit sindiran.

Dunia ular akan mengadakan pemilihan selir setiap lima ratus tahun sekali, dengan statusnya sebagai raja, dirinya harus memilih dari antara ular-ular cantik yang sudah disediakan itu, melihat pemilihan selir yang akan segera datang, itu jugalah yang membuat Austin Ye menjadi pusing.

“Raja tidak suka memilih selir karena ingin memilih orang yang diri sendiri cintai.”

Penjaga Bai mengerti kepahitan dengan menyandang status sebagai raja, dirinya mengerti bahwa Raja Ular sama sekali tidak menyukai wanita ular cantik yang telah dipilih itu.

“Peraturan untuk memilih selir seperti ini, cepat atau lambat pasti akan ditentang.”

Ucap pria cantik itu sambil berjalan ke depan jendela, satu tangannya mengangkat cangkir arak yang cantik itu, dan tangan yang lainnya memegangi bingkai jendela itu, wajah tampan dan cantik itu seperti pemandangan malam saat itu, dingin, dia menatap langit malam, sepasang mata yang berkilau bagaikan bintang itu dalam dan tidak bisa ditebak.

“Tidak tahu ular cantik seperti apa yang akan dipilihkan oleh Bunda Mo untukku tahun ini, tiba saatnya, kamu pergi urus.”

Perintahnya kepada Penjaga Bai, kemudian berbalik menatap pria itu, sepasang matanya yang memancarkan tatapan tajam itu membuat Penjaga Bai merasa dingin.

“Raja tenang saja, hamba tahu harus bagaimana mengurusnya.”

Ucap Penjaga Bai dengan hormat, mengenai apa yang tidak disukai oleh Raja Ular, dia tidak akan membiarkan wanita seperti itu muncul.

Austin Ye mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian tangannya menepuk pundak pria yang berdiri di belakangnya itu, dia masih mengakui keahlihan Penjaga Bai untuk menangani masalah, sangat jarang membuatnya kecewa.

Penjaga Bai sedang memikirkan beberapa hal yang dirinya tidak tahu apakah harus mengatakannya kepada Raja Ular atau tidak.

“Katakan saja yang ada di pikiranmu itu.”

Perkataan Raja Ular yang tiba-tiba itu benar-benar membuat Penjaga Bai menjadi terkejut, pria itu berkeringat, tidak ada yang bisa disembunyikan dari Raja Ular.

“Maafkan hamba jika banyak berbicara, Raja tidak membunuh Nona Isabelle Yao itu dan bahkan masih membawanya pulang ke istana, apa mungkin Raja……”

Penjaga Bai dengan nyali yang besar mengatakan pemikirannya itu, pria itu tidak pernah melihat Raja Ular memperlakukan seorang wanita sebaik itu.

Mengungkit wanita itu, membuat seluruh tubuhnya kotor, matanya sebelumnya memancarkan cahaya jahat, memikirkan wanita yang dijebak oleh dirinya itu, sudut bibir pria tampan itu naik, menampakkan sebuah senyuman yang ambigu, tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.

Penjaga Bai berdiri dengan hormat dibelakangnya sambil meminum arak, tidak berani mengganggu pikiran Raja Ular, dirinya dari awal tidak pernah melihat Raja Ular melamun seperti itu untuk wanita manapun.

“Aku pergi istirahat dulu.”

Disaat Penjaga Bai sedang kehilangan fokusnya, tangannya sudah memegang lebih dari satu cangkir arak kosong, kemudian pria itu melihat Raja ular berjalan keluar dari istana itu dengan agung.

Penjaga Bai dengan cepat meletakkan dua cangkir arak itu di atas meja kristal itu, dan mengikuti Raja Ular berjalan keluar dari istana itu dan mengantarnya meninggalkan istana.

Bagunan Istana untuk Raja Ular berada disebelah kanan, tetapi arah pergi Raja Ular sekarang adalah ke arah kiri, apa mungkin Raja Ular berjalan ke arah yang salah setelah meminum beberapa cangkir arak? Tetapi dia, Andrew Bai, bukan tidak tahu takaran alkohol yang bisa diminum oleh Raja Ular.

“Raja……”

Baru saja Penjaga Bai meneriakkan kata-kata itu, dirinya langsung mengingat sesuatu.

“Ada masalah?”

Nada bicara orang yang berjalan pergi itu datar, tetapi langkah kakinya justru tidak melambat sama sekali.

“Tidak ada apa-apa……”

Penjaga Bai barusan teringat arah yang dituju oleh Raja Ular itu adalah arah kamar yang ditinggali oleh wanita yang siang hari tadi dibawanya pulang itu, dirinya tertawa kemudian menguap, sedikit mabuk.

Sebuah cahaya emas masuk secara diam-diam ke dalam sebuah kamar, kemudian melingkar-lingkar, melilir di atas tubuh seorang wanita yang sedang tertidur pulas dengan mengenakan pakaian tipis dan tembus pandang itu, seketika, sebuah hal menakutkan terjadi, cahaya emas itu berubah menjadi seekor ular piton berwarna kuning, melilit tubuh wanita itu, sepasang mata ular yang jernih berkilau itu dipenuhi dengan perasaan lembut, juga tidak tahu bagaimana caranya, dia tiba-tiba datang kesana, pertama kali bertemu dengan wanita itu, dia langsung masuk dalam hatinya, mungkin karena pengaruh dari alkohol, membuat dia tidak bisa menahan diri dan ingin pergi mencari wanita itu.

Satu kepala ular dan satu kepala manusia, kedua kepala itu bersandaran satu sama lain, tertidur dengan pulas.

Dalam tidurku, aku selalu merasa ada sesuatu yang melilit ditubuhku, dingin…… licin…… kenyal…… cukup nyaman untuk dipeluk ketika tidur……

Apa? Dingin licin dan kenyal! Aku terbangun dengan sangat terkejut, aku sangat tidak asing dengan perasaan semacam ini, hal pertama yang terlintas di benakku adalah ular!

Sama seperti dugaan, ketika aku membuka mataku, diriku langsung berhadapan dengan satu kepala ular yang besar, mata ular besar itu sedang tertutup, sepertinya sedang tertidur pulas.

Tuhan, candaan seperti apa ini, aku berbaring di dalam kamar dan tidur dengan baik, ketika membuka mata, sudah lebih satu ekor ular raksasa, apa bisa tidak mengagetkan orang seperti ini? Siapa yang akan tenang berada dalam situasi seperti ini? Secara naluriah, diriku langsung terlompat tinggi, mungkin karena suara yang terlalu besar, ular piton itu terbangun, aku hanya melihat ular piton itu membuka matanya dengan perlahan, dan ketika aku sedang menatapnya, sepasang mata ular yang jernih berkilau itu juga melihat ke arahku.

Bukankah ini adalah ular yang sama dengan yang aku temui dua kali sebelumnya? Bagaimana pun aku memikirkannya, diriku masih tidak bisa mengerti, bagaimana dia bisa datang ke dalam kamar ini dan tidur bersama denganku?

Tetapi sekarang bukanlah saat untuk memikirkan masalah itu, aku sudah hampir mati karena terkejut, tetapi suaraku justru tidak keluar ketika aku membuka mulutku.

“Tolong, tolong, ada siluman ular!”

Akhirnya, teriakkan yang tersangkut di dalam tenggorokkan itu memecah keheningan malam itu.

Menit dan detik itu juga, aku hanya memiliki satu pemikiran, yaitu, tidak menjadi santapan ular, tidak tahu bagaimana caraku melepaskan diri dari lilitan ular piton itu, aku kemudian menggelinding ke bawah tempat tidur, ditengah-tengah ketakutanku, aku masih ingat untuk meraih pakaianku dan membungkus tubuhku yang tembus pandang itu, lalu dengan tergopoh-gopoh berlari membuka pintu kamar itu dan keluar.

“Ular, cepat, ada seekor ular raksasa di dalam, dia ingin memakan orang, cepat masuk dan bunuh dia.”

Setelah mendengar suara teriakkanku, semua penjaga dan pendamping wanita langsung berkumpul di depan pintu dan ingin masuk ke dalam kamar itu, hanya saja aku sudah lebih dulu berlari keluar, begitu keluar, diriku langsung menghadap sekumpulan orang itu sambil menunjuk ke dalam kamar, menyuruh mereka untuk masuk dan memukuli ular itu.

Taman itu dipenuhi orang-orang yang berdiri dan berimpit-impitan, mendengar perkataanku, para penjaga dan pendamping wanita itu saling bertatap-tatapan satu sama lain, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, juga tidak memiliki maksud untuk masuk dan memukul ular itu.

Apa mereka tidak takut? Ada ular sebesar itu di dalam kamar, kalau tidak segera ditangani dengan baik, semua orang bisa-bisa dimakan oleh ular raksasa itu.

Darimana diriku tahu kalau disini, selain diriku, semuanya adalah ular, intinya, yang takut dengan ular juga hanya ada diriku.

“Andrew Bai.”

Ketika melihat Penjaga Bai, aku langsung berlari ke taman, pria itu pasti datang karena mendengar suara teriakkanku, orang-orang itu tidak ada yang bergerak ketika aku berkata bahwa ada ular besar di dalam kamar, tebakkanku, mereka pasti tidak percaya dengan ucapanku, Andrew Bai selalu percaya dengan ucapanku kan?

“Nona Isabelle Yao, ada masalah apa sampai-sampai panik seperti ini?”

Tanya Penjaga Bai dengan cepat ketika melihat diriku yang ketakutan.

“Ular, ada seekor ular raksasa di dalam kamar, kamu cepat suruh mereka untuk masuk dan membunuhnya.”

Ucapku dengan panik kepada Penjaga Bai, ular raksasa yang sudah aku temui berkali-kali itu sudah mengusir jiwaku pergi.

Ini……

Bahkan kalau dia, Andrew Bai, memiliki nyali sebesar gunung, dirinya juga tidak berani membunuh ular yang berada di dalam itu.

“Nona Isabelle Yao tidak perlu takut, sebenarnya……”

“Isabelle.”

Tepat disaat aku merasa aneh dengan Penjaga Bai yang sama dengan yang lainnya, yang masih bisa setenang itu setelah mendengar ada ular, sebuah suara cantik masuk ke dalam telingaku suara itu sama seperti mengulurkan sebuah tali penolong kepadaku, menumbuhkan sebuah harapan dalam hatiku.

Hanya saja, detik ketika aku membalikkan tubuhku, seluruh harapanku hangus.

Tidak tahu sejak kapan, ular itu sudah datang ke belakang tubuhku, dan yang lebih menakutkan lagi, suara barusan itu keluar dari dalam mulut ular raksasa itu.

Apa mungkin……

Austin Ye sudah ditelan oleh ular itu? Aku juga tidak tahu pikiran seperti apa yang ada di benakku itu, pertanyaanku, kalau seseorang sudah ditelan oleh ular, apa orang itu masih bisa berbicara dari dalam perut ular itu? Dengan rasa takut yang berlebih dan pikiran yang kacau, kemarahanku seketika memuncak.

Juga tidak tahu darimana keberanian itu datang, kemarahan itu mengalahkan ketakutanku, kemudian aku langsung melompat ke arah ular raksasa itu, karena kamu sudah memakan Austin Ye, aku tidak akan melepaskanmu.

Semua orang ternganga ketika melihat pemandangan diriku yang melompat ke arah ular raksasa itu, wanita ini benar-benar sudah tidak sayang nyawa, bahkan berani untuk menantang Raja Ular!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status