Benar saja, Lakshmi menjadi bebas untuk beberapa hari. Dimulai dengan dirinya yang mengikuti saran Si Mbok untuk kursus memasak secara gratis.“Non, ini ongkosnya.” Si Mbok terburu-buru memberikan beberapa uang lembaran merah dengan nominal tertinggi.Lakshmi terpekur, dia memandangi Si Mbok dengan bingung. “Ini apa Mbok?” tanyanya.“Loh, ini loh Non. Sebenarnya pas kemarin Mbok bilang sama Aden, kalau Non mau ikut kursus. Dia minta Mbok berikan uang saku Non. Katanya dia lupa buat kasih ATM sama Non karena buru-buru kerja,” tutur Si Mbok masih dengan tersenyum ramah.Lakshmi semakin terkejut mendengarnya. “Tapi Mbok … ongkosnya tidak sebanyak itu.”Dia bahkan terkejut karena Darius memberinya uang saku. Kenapa juga? Apa karena status mereka suami istri? Atau karena Darius kaya raya?“Loh, ini mah wajar. Aden bilang segitu, ya berarti itu untuk Non. Sudah, nih. Cepat ambil.” Bahkan Si Mbok memaksakan lembaran uang kertas itu ke dalam genggaman tangan Lakshmi.Lakshmi masih membeku beb
“Mbok, aku pergi ya?” pamit Lakshmi dengan terburu-buru memakai sepatunya.Si Mbok pun tergopoh-gopoh menyongsong gadis muda itu. “Non, tunggu, ini uang sakunya,” teriaknya dari dalam rumah.Lakshmi terperanjat mendengarnya. Dia mencoba menghitung sudah berapa kali dirinya mendapatkan uang saku?Wanita bertubuh gempal itu pun tersenyum sambil menyodorkan beberapa lembar uang ke tangan Lakshmi.“Ini Non.”Lakshmi tak segera menerimanya, “tapi Mbok, ini uang jajan aku masih banyak kok. Kenapa Mbok kasih setiap hari?” tanyanya merasa segan.“Loh? Ya memang sudah begitu. Aden sendiri kok yang bilang kamu dapat uang saku, kan dia belum sempat tanya rekening kamu jadinya belum bisa langsung transfer. Sudah sudah, cepat sana pergi. Ini uangnya.” Si Mbok pun segera meletakkan paksa uang itu ke dalam genggaman Lakshmi.Lakshmi yang tadinya ingin menjawab pun sudah dipanggil oleh Parjo untuk segera berangkat pun segera menyongsong ke mobil.Pikirannya semakin berlarian, memikirkan kemungkinan-k
Sontak Lakshmi terbangun dari duduknya, matanya terbelalak saat melihat wajah Darius yang garang. Bukankah pria itu memerintahkannya untuk masuk ke kamar?“Saya sudah masuk ke kamar,” jawab Lakshmi berusaha cuek dan berusaha agar tatapan tajam Darius tak mengintimidasi dirinya.Tapi tetap saja, aura kemarahan sampai menusuk ke sumsum tulangnya saat ini.Kakinya memaku tak bisa dia gerakkan dan matanya menatap waspada, firasatnya berkata kalau saat ini dia akan mendapatkan masalah besar.“Kamar kita, Lakshmi. Bukan di sini!” sentak Darius yang semakin kesal dengan respon sang istri.“Saya tidak merasa memiliki kamar, itu kamar anda.”Lihat bukan?Darius merasa semakin berang, benar-benar dia kehilangan kesabaran karena gadis itu.Dia yang baru saja tiba ke rumah harus dibuat terkejut dengan ketiadaan Lakshmi di rumah. Berharap melihat gadis itu berada di dapur dengan bercengkerama dengan Si Mbok seperti pagi itu. Tapi yang didapatinya, rumahnya kosong dan hanya ada Si Mbok seorang.“Ti
Lakshmi bahkan melangkah dengan enggan, sengaja memelankan tempo jalannya. Tapi begitu tiba di lantai dua, Darius sudah menunggunya dengan bersandar di tembok sambil melipat tangannya dan memandangi istrinya dengan intens.“Berapa lama lagi aku harus menunggu?” sindirnya.Lakshmi menghembuskan napasnya kasar, ingin sekali rasanya memaki pria itu. Tapi pada akhirnya dia hanya melirik tajam dan diam membisu.“Masuklah,” perintah Darius begitu pria itu membuka pintu ruang kerjanya.Lakshmi sangat enggan untuk berduaan bersama Darius. Entah kenapa dia malah benar-benar tak siap jika harus berbicara empat mata. Tak kan pernah ada hasil yang baik di antara pembicaraan mereka.Dia menyeret kakinya, melangkah dengan berat hati untuk masuk ke ruang kerja pria itu.Dadanya bergemuruh begitu Darius menutup pintu. Lakshmi semakin waspada saat dia sudah berada di ruangan itu.Darius sendiri masih belum mengucapkan apa-apa selain duduk di kursi sambil menyalakan PC personal yang sudah ditata di ata
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Darius begitu mereka memasuki salah satu mall mewah yang ada di ibu kota.Lakshmi bahkan sedari tadi menganga, sempat dia enggan untuk keluar dari mobil saat melihat bagaimana wallet parkir saja begitu mewah.Lakshmi masih diam saja, membeku sambil menatap kagum dinding kaca yang menampilkan banyak manekin dengan pakaian yang indah.Melihat Lakshmi yang tak bergerak sama sekali, Darius segera mengulurkan tangannya. Menjangkau pergelangan tangan gadis itu dan menariknya pelan.“Ayo masuk,” ucapnya lembut.“Eh?” Lakshmi tak bisa berkata apa pun selain kakinya yang mengikuti langkah Darius memasuki salah satu outlet pakaian dengan brand ternama dan khusus untuk pakaian wanita saja.“Pilih yang kamu mau,” perintah Darius.Pria itu membiarkan Lakshmi melihat-lihat, sementara dirinya malah duduk dan memperhatikan bagaimana Lakshmi akan memilih pakaiannya.Tapi Lakshmi lagi-lagi terbengong-bengong dengan banyaknya pakaian di sana. Matanya melotot saat melihat
Lagi-lagi Lakshmi dibuat ternganga begitu mereka tiba di depan restoran fine dining. Dimulai dengan bagaimana area luar yang nampak mewah dan berkelas, tentu dia tahu kalau tempat itu bukan untuk orang sembarangan.Spontan tangannya mencengkeram lengan Darius, merasa gugup ketika seorang staf restoran yang berdiri di depan mereka tersenyum dan menyambut hangat.“Halo, Mr and Mrs. Do you already have a reservation?” tanya pria dengan pakaian berjas hitam dan mengenakan sarung tangan putih itu.Lakshmi bisa melihat penampilannya yang rapi bak eksekutif dengan jas, dasi dan sepatu serba hitam.Astaga, tempat apa ini sebenarnya?Lidahnya kelu bukan main menyaksikan kemewahan di depan mata. Sementara Darius terlihat begitu biasa saja, memang pria itu sudah terlalu biasa berada di tempat para kalangan elit.“Belum, apa kami bisa memesan tanpa reservasi?” Darius sendiri menjawab jujur, karena ini adalah acara mendadak.Selagi Lakshmita tengah bersikap padanya dan menurut, dia harus menggunak
Wanita muda itu melihat makanan indah sebagai appetizer alias makanan pembuka. Bagaimana susunan potongan makanan yang ditata begitu rapi di piring putih.“Makanlah,” perintah Darius.Pria itu tak sabar untuk melihat reaksi Lakshmi tentu saja.Lakshmi bingung, dia tak pernah mengenakan peralatan makan lengkap seperti garpu dan pisau.“Gunakan tangan saja,” imbuh Darius yang memperhatikan bagaimana Lakshmi kebingungan sendiri.Darius mencontohkannya, dan Lakshmi menirunya.Kres!Sekali gigitan untuk satu potongan kecil makanan pembuka.“Bagaimana?” Rupanya Darius menantikan penilaian sang istri.Lakshmi menikmati paduan rasa yang belum pernah terjamah oleh lidahnya, dia sampai melahap potongan kedua. Kali ini matanya sesekali menutup lama sambil tersenyum. Rasa di mulutnya seakan menjadi sebuah kembang api yang meledak di dalamnya. Bercampur sempurna.Darius terkekeh, dia tak perlu lagi bertanya soal rasa karena Lakshmi sudah menikmatinya dengan begitu baik.Menunggu gadis itu menyeles
“Oke, ayo turun.” Mereka sudah tiba di rumah. Lakshmi segera meraih tangan Darius, mencoba untuk keluar mobil. Namun, lagi-lagi Darius malah tanpa izin telebih dahulu sudah menggendongnya. “Aaa! Apa yang Mas lakukan?!” pekiknya terkejut saat tubuhnya sudah melayang dengan begitu mudahnya. “Menggendongmu tentu saja.” “A aku masih bisa berjalan,” cicit Lakshmi, merasa malu sekaligus gugup karena Darius benar-benar tak keberatan untuk menggendongnya. “Ada masalah jika aku menggendong istriku sendiri?” Lakshmi menggelengkan kepalanya tanpa suara. Ia tak bisa menjawab kalau Darius sudah menggunakna jurus andalannya. Lakshmi hanya pasrah, dia tak bisa kabur dan bersembunyi di kamar yang lain lagi jika begini. Rupanya Si Mbok menyambut kepulangan mereka dengan semringah. “Loh? Kok Non Lakshmi digendong?” tanyanya bingung. “Mbok tolong ambilkan barang-barang di mobil ya? Tadi ada juga makanan untuk Mbok dan Parjo,” seloroh Darius begitu masuk ke dalam rumah. Si Mbok mengangguk saja