Share

(Bukan) SUAMI PENGGANTI
(Bukan) SUAMI PENGGANTI
Author: Yushinta Devi

Bab 1. Pernikahan

'SAHHHH!!!'

Samar-samar suara dari ruangan akad memasuki kamar ganti pengantin. Bianca menghembuskan nafas lemas, status jomblo akutnya kini sudah berubah menjadi seorang istri.

Masih tak menyangka hanya dalam waktu dua bulan status yang dimilikinya selama 23 tahun bisa berubah begitu saja.

"Selamat ya, Bian!" Cantika tersenyum mengejek.

Sedangkan Bianca tersenyum kecut, "Awas ya, gue sumpahin lo nikah sama musuh lo, biar ngerasain gimana rasanya jadi gue!"

"Amit-amit jangan sampai." Cantika mengepalkan tangan, lalu memukul ringan dahi juga tembok yang kebetulan ada disebelahnya.

Bianca terkekeh sebentar, sebelum kembali memajukan bibirnya.

Sebenarnya pernikahan ini tidak diinginkannya. Bianca mencintai pria lain, pria yang selama ini mengisi hati dan pikirannya.

Kalau tidak karena terpaksa, pernikahan ini tidak akan terjadi. Seandainya Bianca mempunyai saudara perempuan, ia akan menolak mentah-mentah ide perjodohan ini. 

Dia akan lebih memilih mengejar pria idamannya. Pria dingin berwajah datar yang susah tersentuh. Pria berusia empat tahun di atasnya ini seolah mempunyai daya tarik yang besar. Tak sedikit wanita cantik menggodanya. 

"Bian… Bian.. Bi!" Panggil Cantika, membuyarkan pikiran Bianca.

Bianca terkesiap, ternyata tak hanya Cantika saja yang memanggilnya. Disini juga sudah ada Maminya.

"Bian.. ayo sayang, jangan melamun terus! Suamimu sudah menunggumu." Ajak Rianti, ia membantu putrinya berdiri. Rianti juga membenahi pakaian yang dikenakan Bianca.

"Mih! Bisa nggak, kalau Bianca batalin aja pernikahannya?" Bianca menahan tangan Rianti.

Rianti bukan marah, wanita paruh baya itu justru menertawakan putrinya. "Terlambat! Kamu sudah jadi nyonya Prayoga sekarang!"

Bianca mendengus. "Ayo.. Mamih yakin setelah ini kamu pasti menarik ucapanmu kembali."

"Nggak akan!" Ucap Bianca lantang.

Rianti memberi kode ke arah Cantika dengan sorot matanya. Untungnya Cantika peka, gadis tomboy itu segera mengangguk.

Cantika dan Rianti mengeluarkan cukup banyak tenaga untuk membuat Bianca berdiri dari tempat duduknya. Bianca tidak gemuk, hanya saja ia menahan berat tubuhnya agar tetap duduk. Ia enggan keluar kamar, karena mimpi buruknya sudah terasa begitu dekat.

Menikah dengan Langit adalah mimpi buruk bagi Bianca. Langit adalah pria yang susah diatur dan penuh dengan hal-hal negatif.

Selain menjadi pemilik agensi model, ia merangkap sebagai fotografer yang selalu membuat dirinya dikelilingi oleh wanita cantik. Bukan Bianca cemburu, Bianca tidak menyukai pria yang gampang sekali dekat dengan wanita. Sangat berbeda dengan pria idamannya.

Langit sendiri selalu menggodanya, siapa yang tidak tergoda dengan Bianca Putri Renaldy, pemilik restoran ternama yang sudah memiliki beberapa cabang di kota lain.

Bianca mempunyai tinggi badan yang cukup tinggi dibanding dengan wanita pada umumnya. Tubuhnya juga tidak kurus dan tidak gemuk, sangat ideal. Meski menjadi seorang owner merangkap sebagai chef, Bianca selalu menjaga berat badan tubuhnya. 

Bianca juga suka sekali mencicipi makanan, bahkan porsinya juga cukup banyak. Jika soal makanan Bianca bisa lupa kalau dia seorang perempuan. Tapi, itu semua diimbanginya dengan olahraga yang teratur. 

Bianca tak hanya diam saja begitu mengetahui jika dirinya dijodohkan. Ia berusaha membujuk Langit agar mau membatalkan pernikahan kerjasama ini.

Sayangnya Langit langsung menolak permintaannya. Langit dengan senang hati menerima perjodohan ini, apalagi dirinya diuntungkan dengan mendapatkan sebagian besar warisan dari sang Kakek.

Selama dua bulan ini mereka sering berinteraksi untuk menyiapkan pernikahan mereka. Bianca yang sudah tidak punya pilihan lain akhirnya memaksa Langit untuk membuat perjanjian pra nikah. Bianca sangat yakin jika Langit hanya memanfaatkan dirinya untuk mendapatkan harta dan juga kepuasaan batin yang akan didapat dari pernikahan ini.

Isi perjanjian itu menyebutkan jika pernikahan ini akan berakhir setelah satu tahun. Selain itu mereka juga tidak akan tidur di kamar yang sama. Bianca sebisa mungkin menghindari bersentuhan fisik dengan Langit. Ia harus tetap menjaga kesucian dirinya untuk pria yang nantinya akan ia perjuangkan.

 

Langit tak langsung menerima, karena bagaimanapun Langit tetap tertarik dengan wajah ayu Bianca. Langit juga intens menawari Bianca untuk menjadi model saja di agensinya. Tak masalah jika Bianca sesekali menggunakan kostum chef untuk pemotretannya.

Bianca sendiri tidak bodoh, jika Langit tidak mau menandatangani surat itu, Bianca mengancam jika dirinya akan menolak dan pernikahan ini tidak akan terjadi.

Mau tidak mau Langit harus menerima, karena tujuan utamanya adalah mengambil alih harta warisan sang Kakek. Dengan uang itu Langit bisa hidup bebas dengan banyak wanita yang akan mengelilinginya. 

Saat ini Bianca sudah berjalan menuju meja akad nikah. Sisi kanannya ada Rianti, dan sisi kirinya ada Cantika. 

Bianca kesulitan berjalan, ia tak terbiasa menggunakan bawah rok span, sehingga saat menggunakan kain sewek membuat jalannya melambat.

Bianca merasakan debaran jantungnya meningkat, ini yang selalu ia rasakan jika berada satu ruangan dengan pria yang dicintainya.

Pandangan matanya mengedar mengelilingi ruangan. Dari banyaknya orang yang dilihatnya, Bianca tidak menemukan pria pujaannya. Hal ini sangat aneh bagi Bianca. Tidak mungkin jika jantungnya berdebar lebih kuat karena seorang Langit. Bianca sangat yakin jika debaran ini hanya untuk orang tercintanya.

"Bian, lo cari apaan?" Bisik Cantika, ia melihat Bianca berjalan dengan pandangan yang mengedar ke sekeliling.

Bianca menatap sahabatnya, "Kok gue nggak lihat Mas Dewa, ya?"

Cantika mendengus, ia mengingatkan kembali jika dirinya sudah menjadi istri orang lain saat ini. "Bian, sekarang lo udah jadi istrinya Langit, masih aja cari-cari Mas Dewa lo itu!"

Bianca melengos, ia kembali mencari keberadaan sang pujaan hati. Semakin dirinya dekat dengan meja akad, semakin kuat juga debaran jantungnya. 

Sampai di meja akad, Cantika mundur menuju kursi yang sudah disediakan untuk kedua keluarga.

Bianca yang sudah berdiri di samping suaminya meremas kuat kain sewek yang membungkus kaki jenjangnya. Pandangannya masih mengitari para tamu undangan. Disana ia hanya bisa melihat keluarga besar dari dirinya dan juga Langit. 

Bianca kecewa, mungkin saat ini dirinya sudah sakit jantung beneran, bukan karena adanya Dewa di sekitarnya.

"Bian, cium tangan suamimu!" Bisik Rianti karena anaknya hanya menunduk dan meremas kain jarik yang dipakainya.

Bianca tak lantas mengangkat dagunya, pikiran melalang buana, sedang raganya berdiri kaku  disamping suaminya.

"Bian…" tegur Rianti, ia menyadarkan putrinya untuk kembali ke dunia nyata. 

Bianca menatap Rianti penuh harap, ia masih berharap ini semua hanya mimpi. Ia berjanji jika ini mimpi, setelah bangun nanti Bianca akan lebih serius mengejar cintanya.

"Mamih pastiin kamu akan bahagia, pegang ucapan Mamih!" Rianti menyakinkan anaknya. Rianti kembali menyuruh Bianca segera mencium punggung tangan suaminya.

Dengan perasaan campur aduk Bianca menoleh ke samping bersiap menuruti ucapan Rianti.

Tapi, Gerakannya terhenti, ketika tau jika yang berdiri di sampingnya bukanlah Langit Aditya Prayoga melainkan Dewangga Arka Prayoga, Pria yang ia cari, pria yang mampu membuat debaran jantungnya bekerja tiga kali lipat lebih cepat.

"Mas Dewa?" Tanya Bianca.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status