Share

(Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan
(Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan
Author: willia ds

Panik

Author: willia ds
last update Last Updated: 2023-08-11 13:07:11

"Setelah apa yang telah kau lakukan padaku, kau tidak akan bisa lari dariku, Elle! Kau harus menebus semuanya!"

Elle terkesiap. Sontak, ia membuka mata dan memandangi langit-langit kamar. Tubuhnya banjir dengan keringat dan degup jantungnya juga menggila.

Sudah dua bulan belakangan ini, perkataan mantan kekasihnya itu terus menghantuinya dalam mimpi.

"Kenapa…?" lirih Elle dalam hati yang merasa kesal dengan dirinya.

Sepuluh tahun telah berlalu sejak mereka menghabiskan malam yang panjang bersama.

Meski didesak keadaan, Elle-lah yang memutuskan untuk pergi meninggalkan Lucas –mantan kekasihnya– pada malam perpisahan mereka.

Pria itu mungkin sudah menemukan perempuan lain yang setara –sesuai dengan keinginan sang Ibu. Tidak seperti dirinya yang hanya seorang anak pembantu yang tak pernah mengenal ayah kandungnya sama sekali.

"Ibu…."

Elle sontak tersentak mendengar suara sang anak –Ares.

Bocah berusia 9 tahun itu datang menghampiri dirinya dan duduk di sisi ranjang. Elle pun terbangun dari posisinya.

Bibir Elle tersenyum melihat kedatangan putranya yang wajahnya semakin lama semakin mirip dengan Lucas. Seperti pinang dibelah dua.

"Ada apa, Sayang?" tanya Elle dengan lembut.

Namun, Ares tidak menjawab. Anak itu hanya menatapnya lemas dengan menyentuh dadanya. Setelahnya, napasnya berubah berat.

Raut wajah Elle seketika berubah. Ada yang tidak beres!

"Dadamu sesak?"

Tidak butuh jawaban, Elle dengan cepat menyambar inhaler yang sengaja ia letakkan di atas meja nakas dan memakaikannya pada hidung Ares.

Sial, tidak mempan!

Dengan tergesa–tanpa mempedulikan penampilannya–Elle segera membawa Ares ke rumah sakit dengan taksi yang ia pesan secara online.

Anaknya itu memiliki asma. Jika kambuh, akan parah. Satu lagi yang diturunkan Lucas pada putranya itu.

“Sabar, Sayang. Kita akan segera ke rumah sakit,” ucap Elle sambil memeluknya putranya erat–berharap agar dirinya saja yang sakit saja meski dia tahu itu percuma.

*****

Untung saja, rumah sakit tidak terlalu jauh dari apartemen mereka.

Setelah tiba dan membayar ongkos, Elle segera berlari untuk menggendong putranya. Perempuan itu ingin segera sampai ke ruang dokter.

Beberapa perawat yang melihat kepanikan Elle–membantu perempuan itu dan menenangkannya. Namun, Elle masih saja tetap memeluk putranya cemas.

Rasa tenang baru menyusup ke hatinya begitu Ares masuk ke dalam dan diperiksa.

“Dia demam tinggi. Mengingat riwayat kesehatan dan kondisi imun yang tidak stabil, sebaiknya Ares dirawat inap dalam beberapa hari untuk observasi,” terang sang dokter begitu selesai melakukan pemeriksaan.

“Ba–baik, dokter. Tapi, ini tidak berbahaya, kan?” gugup Elle dengan mata penuh harap.

Sang dokter pun mengangguk melihat keadaan Ibu muda yang berantakan itu.

“Tenang saja, Bu. Dengan perawatan dan pengobatan yang tepat, Ares bisa kembali beraktivitas.” Sang dokter kemudian tersenyum.

Elle sontak menghela napas lega.

Setelah berbincang sebentar mengenai detail kesehatan sang anak, Elle segera kembali menemui Ares yang masih terlelap di atas ranjang.

Ares memang sudah dipindahkan ke ruang rawat. Anaknya itu harus beristirahat segera.

Dipandangnya sang anak penuh kasih.

“Ares, cepat sembuh, Nak,” lirih Elle pelan–takut membangunkan sang putra. Tak lupa, ia menggenggam tangan Ares erat.

Elle tidak punya siapa pun lagi di dunia ini. Ibunya meninggal tak lama–di hari Elle meninggalkan Lucas. Hanya Ares sumber kekuatannya.

Jika sampai terjadi sesuatu pada anak itu, entah bagaimana hidup Elle.

Air mata menetes di pipi perempuan satu anak itu. Namun, dia segera menghapusnya begitu mendengar suara pintu terbuka.

Tak berselang lama, seorang perawat muda mendekati Elle.

"Maaf, Bu Elle. Mohon segera menuju bagian administrasi karena obat akan diberikan setelah melakukan pembayaran. Terima kasih."

Mendengar penjelasan sang perawat, Elle sontak mengangguk kecil dan tersenyum.

Diliriknya Ares kembali sebelum berjalan keluar–menyusul sang perawat yang sudah lebih dulu.

Namun, tubuh Elle mendadak membeku begitu melihat tagihan rumah sakit.

[US$12.000]

Meski sudah mendapat potongan dari layanan kesehatan, Elle tidak sanggup membayar itu. Bahkan setengahnya saja, Elle tidak punya. Padahal, Ares sangat membutuhkan obat sekarang.

Merasa ditatap oleh petugas administrasi, Elle lantas tersenyum pada mereka dan berjalan sedikit menjauh.

Segera, ia mengeluarkan teleponnya untuk meminta bantuan satu-satunya sahabat yang dia miliki.

Hanya saja, tanpa Elle sadari, di depan lobby, seorang pria dengan setelan kantor terus mengamati Elle.

Wajah pria itu keruh, seolah tak percaya dengan sosok yang dilihatnya saat ini.

Wanita yang selama ini dia cari dan menjadi mimpi buruk dalam hidupnya, ternyata berada tak jauh darinya.

"Pak Lucas? Ruangan Dokter Simon ada di sebelah sana, beliau sudah menunggu."

Namun, pria yang dipanggil Lucas itu tidak menyahut. Dia hanya mengangguk singkat lalu mengangkat tangannya–memerintahkan untuk orang di depannya agar menunggu.

Netra hitam Lucas terus tertuju pada perempuan di seberang sana yang sedang sibuk dengan teleponnya.

Tak lama, senyum tersungging di pria tersebut–membuat beberapa orang yang melihatnya bergidik ngeri meskipun Lucas masih terlihat luar biasa tampan.

"Elle. Akhirnya, aku menemukanmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Hangat

    Nyonya besar keluarga kecil Smith duduk manis di kursi yang berada di depan rumah, ia tengah memperhatikan Ares yang bermain dengan Henry. Tangan kanannya sibuk mengusap perutnya sendiri yang masih rata.Ares yang sudah lelah menghentikan aktivitasnya, ia lalu pamit pada Henry dan berlari menghampiri Elle, langsung mendudukkan diri di samping Elle. Ia menatap sang ibu yang menatapnya itu, lalu kedua matanya tertuju pada perut Elle. "Kapan.. perut ibu besar?" tanyanya.Elle tersenyum tipis. "Mungkin, dua bulan lagi.. sudah mulai terlihat." jawab Lucas, tangan kanannya itu mengusap kepala Ares, merapikan rambutnya yang memang berantakan.Anak kecil bermarga Smith itu mengangguk kecil, ia menghela napasnya panjang. "Ares lelah ibu.." ucapnya lagi dengan rengekan kecil. Tangannya dengan lihai memainkan jari jemari Elle yang menganggur."Itu karena Ares banyak bergerak." balas Elle, ia mengusap wajah Ares dan meniupnya secara perlahan. Banyak sekali keringat yang bercucuran.Ares lalu mend

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Pertemuan Terakhir

    Elle yang setengah sadar melajukan mobil ibu Smith dengan cepat untuk kembali ke rumah sakit. Begitu ia mendengar kalimat dari sekretaris Lucas yang mengatakan bahwa Lucas kecelakaan, Elle langsung bergegas pergi bahkan meninggalkan Ares dan ibu Smith.Air matanya sudah jatuh membasahi wajahnya, belum setengah jam ia merasakan kebahagiaan karena mendapatkan kabar gembira dengan kandungan keduanya, malah mendapat berita yang benar-benar membuat Elle seperti orang yang kehilangan nyawanya sendiri.Ia tak memikirkan dirinya yang tengah hamil muda, Elle terus melaju beberapa kali membunyikan klakson mobil, hingga akhirnya ia sampai di rumah sakit yang sama. ELG Hospital.Elle segera turun dari mobilnya dan berlari masuk, ia menuju meja resepsionis. "Lucas.. dimana Lucas?" tanyanya tanpa peduli sopan santun.Penjaga itu mengerjap. "Tuan Smith di lantai empat, di--" kalimatnya terhenti karena Elle bergegas meninggalkannya begitu saja.Elle segera menuju ke lift, ia memencet tombol berkali-k

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Adik Ares

    "unh--akhh Lucas it hurts!" Elle langsung protes begitu merasakan gigitan kuat kedua taring Lucas di perpotongan leher kirinya, air matanya mengalir begitu saja. Ia meremas punggung Lucas dengan kuat, Lucas kembali menandainya setelah sekian lama.Lucas tak menghiraukannya, ia melepas gigitannya dan langsung menjilati bekas gigitannya di leher Elle, menjilat habis darah yang keluar dari sana baru ia berhenti. Mendongak dan menatap Elle yang masih merintih karena kesakitan.Lucas mengecup bibir Elle, lalu mulai mengerakkan pinggulnya. "Ahh fuck!" rahangnya mengeras hingga urat lehernya terlihat begitu jelas.Elle menggigit bibir bawahnya, merasakan hentakan keras yang begitu tiba-tiba di lubang miliknya. Ia menatap Lucas yang berada di atasnya, Lucas sudah keluar-masuk dengan mudah di bawah sana. "ohhh! Lucas aah! aah ! ahh! ahh!" hanya bisa mendesah saat merasakan bagaimana kuatnya sentakan Lucas.Sang suami kembali merendah, ia mengecup bekas gigitan yang ia tinggalkan di perpotongan

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Liburan

    Mulut Elle menganga lebar begitu ia keluar dari vila dan melihat sebuah motor Harley terparkir di samping mobil yang ia biasa gunakan dengan Lucas untuk menuju ke kota. Kedua matanya mengerjap kecil, ia menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki Lucas.Melihat sang suami yang memakai celana jeans dengan jaket kulitnya, Elle menutup mulutnya sendiri dengan kedua matanya yang membulat. Menatap sang suami yang mendekat ke arahnya dan memberikan sebuah jaket kulit yang mereka beli kemarin, sebenarnya Lucas yang memaksa untuk membelinya.Ini hari keempat mereka di sana dan Elle tak menyangka bahwa Lucas akan memberikan sebuah kejutan yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Ia sudah cukup sebenarnya dengan kemarin, Lucas mengajaknya mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di pulau Hawaii.Ia menerima jaket tersebut. "Kau serius Lucas?" tanyanya dan sang suami mengangguk untuk menanggapi. Elle pernah bercerita pada Lucas bahwa ia dulu saat remaja ingin membeli motor Harley

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Surat Terakhir

    Elle memakai kembali bajunya saat dokter telah selesai mengecek luka di punggungnya, lalu sang dokter keluar dari ruang inap tersebut. Ia menatap Lucas yang memasangkan kancing baju yang ia gunakan, melihat wajah sendu sang suami. "Lucas, kenapa wajahmu murung seperti itu hm?" tanyanya."Aku sungguh menyesal karena kemarin aku datang terlambat." jawabnya tanpa mendongak, ia terus memasangkan kancing baju Elle hingga selesai dan dirinya baru mendongak. "Maafkan aku sayang.." ucapnya lirih.Elle menggeleng kecil. "Tidak, masih beruntung kau datang sebelum kapal itu berangkat." jawabnya."Tapi karena aku terlambat, kau mendapat luka itu dan--" "Kau juga.." Elle menyela, ia menunjuk lengan Lucas yang diperban karena goresan pisau yang cukup dalam di sana. "Kau juga punya bekas luka tembak di punggungmu, kita sama-sama punya Lucas."Lucas tersenyum tipis, meskipun terkesan sedih. "Maafkan aku hm?" "Tentu Lucas.." ia meraih tubuh Lucas dan memeluknya dengan erat."Aku memaafkanmu dan berh

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Hampir dipisahkan

    "Henry." Elle yang duduk di belakang memanggil, ia memangku Ares yang terlelap, karena memang sudah jamnya untuk tidur siang. Henry melirik Elle dari spion tengah tersebut. "Iya, Elle?" tanyanya."Apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Elle dan Henry mengangguk kecil untuk menanggapi."Apa kau tidak akan menikah?" tanyanya kemudian, ia memang sering berbincang dengan Henry, tapi ia terlalu ragu untuk bertanya mengenai kehidupan pribadi Henry.Pria itu tersenyum. "Tentu saja saya ingin menikah Elle, hanya saja belum menemukan pasangan yang pas untuk saya." jawabnya.Dahi Elle mengernyit bingung. "Lalu bagaimana dengan Olive, bukankah kau dekat dengannya?" tanya Elle penasaran.Wajah Henry langsung berubah bingung. "Bagaimana anda tahu?" tanyanya bingung.Wanita cantik itu terkekeh pelan. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu, hubungan kalian begitu jelas, kau juga terlihat begitu semangat ketika kita ke rumah sakit untuk memeriksa bulanan Ares." jawab Elle. Sungguh, Henry rasanya begitu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status