Beranda / Romansa / CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku / 7 | Dari Ranjang ke Saham

Share

7 | Dari Ranjang ke Saham

Penulis: Eliyen Author
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-12 14:42:36

Ada yang berbeda dengan Akash sejak kembali dari Megalitera. Dia berjalan tanpa menoleh sama sekali. Sesampainya dalam ruang kantornya yang sejuk, Akash berdiri kaku. Pintu ruangannya nyaris pecah kena hantaman tangannya. Akash menarik kasar dasi yang sedari pagi melingkar asal di lehernya dan melemparnya asal-asalan ke sofa.

Langkah kaki Akash lebar-lebar. Napasnya berat, nyaris menggedor lantai. Wajahnya menggelap. Dan sepasang mata tajam Akash menyimpan bara ….

… bara yang sejak pagi tak kunjung padam.

Kepalanya masih dipenuhi bayangan Gista. Tatapan dingin perempuan itu, bahkan lebih dingin daripada AC kantornya. Cara Gista meninggalkan kamar tanpa ragu, hanya meninggalkan selembar catatan dan dua lembar uang ratusan ribu di atas meja, bahkan sampai hari ini Ia membalikkan keadaan– meninggalkan Akash jadi pelajaran.

“Sialan.” Akash memaki pelan.

Leo mengangkat alis. Ia berdiri di pojokan ruang Akash. Ia tak menyangka kehadirannya tak disambut baik dengan pemilik ruangan.

“So… Gi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   108 | Making Out di Dapur?

    “Jadi, kemarin kamu bersenang-senang sama cowok lain?”Akash yang baru pulang setelah dua hari penuh pergi ke Surabaya langsung memprotes Gista. Suaranya dingin. Tak ada nada ramah di sana. Pancaran matanya juga tajam menusuk.Gista yang tengah mencoba membuat pasta langsung bengong. “Kamu pulang-pulang kenapa senewen gitu?”Akash menyodorkan tangkap layar status Whatsapp Gista. Bibirnya menipis. “Kamu menunggu siapa? Siapa yang fotoin? Kamu punya tripod? Nggak, kan?”Gista menghela napas panjang. “Akash, itu status buat kamu. Aku nunggu kamu di sana. Pengen kuajak kamu ke tempat jajanan favorit aku.” Gista berkata sabar.Ekspresi Akash berubah. Suaranya lebih lunak. “Lalu yang fotoin?”Gista tak kunjung menjawab. Mata Akash sontak menyipit. “Arvin?”Kepala Gista mengangguk perlahan. “Tugas kantor, Akash. Nggak ada acara spesial.”Dalam dua langkah panjang, Akash langsung mendekati Gista yang sedang berdiri di depan konter dapur. Dia mematikan kompor dan menarik Gista ke pelukannya.“

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   107 | Story WA Pembawa Curiga

    “Latihan kencan lagi?” Gista menatap Arvin.Pria itu mengangguk. Dia menunjuk ke deretan gerobak kaki lima di depan salah satu sekolah Kebayoran Lama. “Nasi uduknya mantap, Gis. Kamu belum sarapan, kan?” Gista menghela napas panjang. “Udah, Kak. Aku lebih suka udah sarapan sebelum berangkat kerja.”“Yah, gimana, dong? Kalau begitu, temani aku makan. Mau?”Gista terdiam.“Anggap saja ini adalah simulasi dari tokohmu yang mencoba lebih membumi, lebih low profile, lebih down to earth.” Arvin berkata.Gista seketika menggelengkan kepala. “Nggak. Kak Arvin salah. Karakter Gio susah buat low profile. Dia tipe yang “mahal”, Kak.”“Kamu bisa buat referensi makan di kaki lima sebagai dinamika karakter Gio.” Arvin membujuk.Namun, Gista menggeleng tegas. “Awal buat karakter Gio, aku butuh diskusi panjang dengan Mbak Lola. Gio adalah karakter yang udah hidup. Dia itu dominan dan chill banget. Pedagang kaki lima bukan ciri dia.” Gista menggeleng.“Kalau begitu, temani aku makan saja. Ini nggak

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   106 | Pendusta Kelas Wahid

    Pacaran adalah proses saling menjajaki, saling mengenal, dan harus diwarnai interaksi yang saling menghormati.Akash tahu konsep pacaran. Namun, jika semua harus berhenti menyentuh Gista secara intim, rasanya dia tak bisa.“Nggak bisa.” Akash menolak permintaan wanitanya yang baru semalam berubah status jadi pacarnya.Gista terkikik geli. Akash terperangah takjub.“Kenapa?” tanya Gista, bingung melihat ekspresi Akash.Pria itu berkata dengan nada takjub yang tidak coba disembunyikan. “Kamu bisa ketawa.”Gista mengangkat alis. “Tentu aja. Aku ini manusia, bukan robot.”“Biasanya kamu hanya punya satu ekspresi. Datar.”Wanita itu jengah. Dia mengalihkan pandangan ke arah lain. Namun, jari Akash meraih dagunya dan mengembalikan tatapan Gista kembali tertuju padanya.“Aku senang kamu bisa lebih berekspresi. Tapi ekspresi ini hanya boleh kamu perlihatkan di depanku.”“Dih, ngatur.” Pipi Gista bersemu merah.“Tentu saja. Aku pacarmu.” Akash mengecup bibir kekasihnya. “Aku bebas mengaturmu s

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   105 | Kontrak Hubungan

    “Kita pacaran yok, Gis?”Otak Gista mendadak kosong. Dari grade cerdas, dia mendadak merasa turun tingkat ke imbisil. Untuk mengolah satu jawaban saja susahnya setengah mati.“Aku nggak mau kamu mikir-mikir dulu.” Akash menambahkan.Gista mengerjap-ngerjap cepat. Seluruh teori meditasi yang dipelajarinya di internet untuk menenangkan diri lenyap sudah. Dia tak bisa tenang. Sama sekali tak bisa tenang.“Aku mau jawaban sekarang.” Akash menarik Gista masuk pelukannya lebih rapat lagi.“Tapi … tapi ….” Gista kehilangan kata-kata. Dia memaki dirinya sendiri. Ke mana bakatnya sebagai penulis yang selama ini mampu merangkai ribuan kata dalam sehari?“Nggak ada tapi-tapian.” Akash membawanya berjalan perlahan memutari apartemen. Pria itu bergerak sedemikian rupa, sangat lembut, sampai Gista tidak menyadari bila Akash tengah memainkan satu tarian bersamanya.“Kenapa kita harus pacaran?” tanya Gista kehilangan fokus.“Karena kita sudah tidur bersama.”“Tidur bersama nggak harus berarti pacaran

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   104 | Menghamili Gista?

    Gista menarik tangannya cepat-cepat. Ekspresinya sangat dingin. “Ini kantor, Kak. Bisa kita profesional? Kita omongin kerjaan sekarang.”Arvin tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Dia hanya mengangguk dan mulai membahas naskah dengan Gista.Saat akhirnya sesi diskusi itu berakhir, Gista bergegas kembali ke mejanya. Napasnya kembali teratur setelah hampir dua jam terasa sesak. Dia memasukkan laptop ke tas, berniat mengecek pesan di ponsel, saat satu notifikasi dari situs gaya hidup yang diikutinya muncul di layar.“Wanita Sering Meremehkan. Padahal Tolak Cinta Pria Bisa Berakibat Mengerikan.”Gista membeku di kursinya. Gumamannya sangat lirih. “Buset, kenapa artikel ini muncul sekarang, sih? Ada pertanda apa buat aku?”Dia menatap pintu ruang editor. Detik itu juga, Gista berharap Lola bisa segera masuk kantor dan mengambil alih proyek menulis ini.~~~“Bro, lo kesambet malaikat? Dari tadi senyum-senyum terus.”Akash memutar kursi kerjanya. Dari yang awalnya menatap pemandangan gedu

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   103 | Ditembak

    “Kamu sudah punya pacar, Gis?”Pertanyaan itu muncul karena Gista yang terlalu lama merespons permintaan Arvin. Tentu saja pria itu jadi curiga.Gista menggeleng pelan. Namun, bayangan Akash masih terus muncul di depan matanya. Dia menggeleng-geleng, meyakinkan diri kalau yang dilihatnya itu hanya halusinasi saja.“Jadi, aku bisa dekati kamu?” tanya Arvin lagi.Gista menghela napas panjang. Dia menggeleng perlahan. “Kak Arvin, aku–”“Pikirkan saja dulu, Gis. Jangan buru-buru kasih jawaban.” Arvin tersenyum lebar. Dia menepuk bahu Gista lembut. “Aku nggak antar kamu ke rumah temanmu. Nggak apa-apa, kan? Biar kita nggak canggung.”Gista mengangguk perlahan. Dia berjalan keluar halte tanpa sekalipun menoleh ke belakang. Baru setelah berada di luar, dia sadar jika dari tadi menahan napas.“Astaga, apaan itu tadi?” Gista menarik napas dalam-dalam. “Kenapa Kak Arvin tiba-tiba banget nembak aku?”Gista mengeluarkan ponsel. Ada pesan dari Akash. Pria itu memintanya segera pulang ke apartemen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status