Share

Bab 3

"Kamu ...."

Ternyata perempuan yang tadi menabraknya itu menemui Nara. Lalu membungkuk sambil dengan perasaan bersalah.

"Saya benar-benar minta maaf, Mbak," ucapnya.

Nara membalas dengan sopan. "Tidak perlu minta maaf, Mbak. Saya mengerti. Namanya juga gak sengaja."

"Terima kasih, Mbak."

~~~

Sebulan kemudian, saat Nara baru saja menerima gaji pertamanya. Dia membelikan kue kesukaan dari sahabatnya, Lia. 

Kue Matcha yang menjadi favorit Lia, Nara beli spesial untuk berterima kasih. Karena sebelumnya Lia telah membantunya mendapatkan pekerjaan Nara sekarang ini.

Mereka janjian bertemu di Kafe Star, tempat biasa mereka nongkrong.

Nara telah tiba sekitar setengah jam yang lalu. Namun Lia masih belum tiba juga. Meski begitu Nara masih bersedia menunggu lebih lama karena dia juga tahu jalanan Jakarta macetnya minta ampun.

Sayangnya pesan masuk membuat penantian Nara menjadi sia-sia karena isi dari pesan itu menjelaskan kalau Lia tidak bisa datang karena ada pasien darurat.

Tapi apa boleh buat? Nara mengerti profesi Lia sebagai dokter membuatnya harus siap akan situasi seperti itu. 

Saat hendak beranjak dari kafe, tanpa sengaja Nara melihat Agas masuk ke kafe bersama seorang perempuan.

"Siapa ya?" Dalam hati Nara bertanya-tanya.

Niat Nara yang tadinya hendak pulang, diurungkan karena dia terlalu kepo dengan perempuan yang bersama Agas.

Bukan tanpa alasan Nara seperti itu. Ini pertama kalinya Nara melihat Agas berjalan bersama perempuan, sebelumnya Agas itu tidak pernah mau dekat-dekat dengan perempuan.

Sewaktu SMP dulu, bukan satu atau dua perempuan yang menyatakan cinta pada Agas tetapi hanya untuk mendapatkan penolakan dari pria itu.

Kadang kala Agas tampak risih jika ada perempuan yang terang-terangan mendekatinya dan kemudian memberi kata-kata pedas pada perempuan itu. Jadi jangan heran jika sekarang Nara merasa penasaran.

Mereka duduk di dekat Nara hanya saja sepertinya Agas tidak menyadari keberadaannya.

"Kamu kenapa sih bawa aku ke tempat yang murahan seperti ini."

Terdengar ucapan perempuan itu yang terang-terangan merendahkan kafe yang dia datangi.

Nara sedikit mengernyit tidak suka dengan perkataan perempuan itu. Kesannya sombong sekali.

Namun Agas sendiri tampak hanya diam dan tidak memperdulikan keberatan dari perempuan yang dibawanya.

Nara melihat perempuan itu masih mengomel-omel karena tidak suka Agas membawanya ke sini dan mengundang ketidaksukaan dari pengunjung lain.

Akhirnya salah satu dari pengunjung merasa jengkel dan berkomentar, "Eh, elo kalau gak suka datang ke sini, gak usah ke sini. Sana aja pergi ke restoran mewah. Habisin tuh uang lo di sana. Mentang-mentang orang kaya, sombong banget sih!"

Perempuan yang bersama Agas itu tidak terima dan langsung membalas dengan sengit.

Nara yang menyaksikan perdebatan itu merasa takjub. Bukan takjub pada dua orang yang sedang berdebat melainkan takjub pada Agas yang diam saja seakan-akan dia hanya orang asing yang menonton perdebatan tersebut.

"Tuh orang, " gumam Nara tak habis pikir dengan kecuekan Agas.

Nara jadi menduga kalau Agas ini sedang kencan buta yang diatur oleh keluarganya. Biasanya kan keluarga konglomerat identik dengan hal seperti itu.

Tak lama kemudian, perempuan itu tidak tahan dan pergi meninggalkan kafe lebih dulu tanpa mengatakan apa-apa pada Agas.

Nara tidak bisa menahan tidak tertawa. Tapi dia masih agak segan juga kalau tertawa kencang jadi dia hanya tertawa dengan suara pelan sekali.

Namun Nara langsung dibungkam dengan tatapan Agas yang tiba-tiba tertuju ke arahnya.

"Aduh, ketahuan." Nara mengalihkan pandangannya ke arah lain, sambil pura-pura seakan tidak melihat Agas.

Namun tatapan Agas masih saja tertuju padanya sampai membuat Nara tidak tahan lagi.

Dia memutuskan beranjak dari sana untuk kabur. Nara berjalan dengan terburu-buru tanpa menengok ke belakang lagi.

Nasib sial kembali datang. Hujan tiba-tiba turun dengan cepat dan langsung deras. Nara buru-buru mencari tempat berteduh. Kebetulan halte bus dekat dari sana sehingga Nara berteduh di sana.

Dia terjebak hujan cukup lama. Namun tetap sabar menunggu hujan reda.

Tetapi yang tidak disangka-sangka, tiba-tiba saja mobil melintas di depan Nara dengan kencang sampai membuat air di jalan terciprat ke wajah Nara.

"Arggghhhh ...." Nara berteriak kesal sambil mengusap wajahnya yang tersiram air. "Dasar orang gila."

Sepertinya Nara terkena karma karena menertawakan Agas. 

"Emang bener kata orang, jangan ketawain orang lain siapa tahu berbalik ke diri sendiri," keluh Nara serasa ingin menangis.

Nara sedang sibuk mengomel-omel sendiri sampai tidak menyadari ada sebuah mobil yang berhenti di depannya.

"Nara, ayo masuk biar saya antarkan ...."

Nara memandang terkejut orang yang ada di dalam mobil tersebut. 

°•• Bersambung ••°

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status