Share

7. Berjiwa Malaikat

Author: Ardian R
last update Last Updated: 2021-04-09 09:45:01

Ayana sudah pasrah jika hari ini adalah akhir dari perjalanan kisahnya yang penuh lika-liku ala sinetron yang sering ia tonton. Niat ingin kabur dari kuasa Daniel Hamilton seketika kandas begitu saja saat dua Bodyguard  bertubuh kekar menangkapnya ketika ia berhasil menyetop taksi.

Layaknya karung yang dipanggul, begitulah tubuh gadis mungil itu dibawa dengan entengnya oleh Sang Bodyguard. Meski mencoba melawan dan meronta-ronta, nyatanya tenaga Ayana tidak cukup kuat untuk meloloskan diri dari kungkungan pria bertubuh besar itu.

Berkat ketidakberdayaannya itulah membuat Ayana kini tengah duduk di kursi kebesaran Daniel dengan tangan dan kaki terikat layaknya tawanan. Keringat dingin mulai menguasai tubuh Ayana, gadis itu bergerak gelisah dengan kepala yang celingak-celinguk mencari keberadaan Tuannya.

Sejak ia tiba di kamar mewah itu, ia sama sekali tidak melihat keberadaan Daniel. Seolah-olah lelaki itu tengah bersembunyi karena sedang menyiapkan kejutan besar pada Ayana. Tentu, Ayana tidak berpikir kejutannya adalah sebuah hadiah mewah yang akan membuatnya tersenyum kegirangan. Kejutannya adalah sebuah hukuman sadis yang akan membuat gadis itu merana berkepanjangan.

Ya Tuhan, turunkan pertolonganmu hari ini!

Ayana tidak berhenti berdoa dalam hati, ia percaya orang susah sepertinya jika berdoa pasti akan dikabulkan. Setidaknya gadis itu memiliki sedikit usaha agar terhindar dari kekejaman majikannya.

“Ay....”

Jantung Ayana seakan berhenti berdetak saat namanya disebut oleh pria yang dikenalinya. Ia meneguk ludahnya kasar saat mendapati Daniel menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Ay, tangan dan kakimu terikat,” tutur Daniel seraya mendekati Ayana.

Saat jarak lelaki itu dengan Ayana hanya sekitar 1 cm, gadis itu dapat melihat perubahan raut muka Daniel. Ayana ketakutan saat dilihatnya urat-urat wajah majikannya itu seakan ingin keluar. Ia tahu bahwa kini Daniel sedang menahan amarahnya.

Bodyguard!” Daniel berteriak keras.

Dua lelaki berjas hitam langsung masuk dan menghampiri keduanya. Ayana gugup bukan main saat ia melihat Daniel berbalik. Gadis itu memejamkan matanya, bulir air matanya kini dengan bebas membasahi pipinya.

Ia sudah siap jika Daniel menghukumnya sekarang. Mungkin ia memang salah karena telah berusaha kabur dari sang majikan.

Plak...

Suara tamparan membuat Ayana meringis kesakitan, air mata gadis itu semakin mengucur meski matanya masih tertutup.

“Siapa yang menyuruh kalian mengikat Calon Istriku!” hardik Daniel.

Tunggu! Apa yang terjadi? Ayana membuka mata perlahan dan mendapati punggung Daniel yang membelakanginya. Jadi, tamparan itu bukan untuknya. Benar, karena ia sama sekali tidak merasakan sakit di pipinya.

“M-maaf Tuan. Kami mengikatnya karena ia terus meronta,” ucap salah satu Bodyguard itu.

“KELUAR SEKARANG!” perintah Daniel tegas.

Setelah kedua Bodyguard itu keluar, Daniel kembali berbalik menghadap pada Ayana. Lelaki itu langsung berjongkok melepas ikatan tangan sang asisten lalu dilanjutkan membuka ikatan kakinya.

“Kau menangis, Ay?” tanya Daniel saat melihat pipi Ayana basah.

Tangan lelaki itu kemudian terulur menyentuh pipi Ayana, perlahan ia mengelap air mata gadis itu. “Jangan menangis, Ay. Aku tidak akan menyakitimu. Percayalah,” katanya dengan senyum hangat.

“T-tuan—“

Ayana tidak mampu melanjutkan perkataannya, ia tidak paham dengan sikap Daniel sekarang. Bukannya lelaki itu seharusnya marah besar padanya? Bukan malah mendapatkan perlakuan lemah lembut seperti ini.

“Ay.” Daniel menangkup kedua pipi Ayana hingga ia dapat melihat mata coklat yang jernih gadis itu.

Perasaan Daniel tiba-tiba menghangat, wajah lelah dan polos Ayana membuat ia merasa iba dan tidak ingin menyakiti asistennya itu. Daniel tahu, Ayana bersalah karena telah kabur darinya. Tapi, ia tidak akan sejahat pemeran sinetron yang gadis itu sering tonton setiap malam. Di mana, ia akan memukul ataupun menghardik Ayana. Tidak, ia tidak akan melakukan itu. Ayana itu miskin, dan Daniel tidak ingin menambah kemalangan sang gadis dengan hal-hal yang tidak berperikemanusiaan.

Kasihan sekali Ayana si jelek!

“Jika kau tidak ingin menikah, kau bisa berbicara baik-baik padaku. Bukan malah kabur seperti ini,” ucap Daniel dengan suara pelan.

“Maaf Tuan!” Ayana menunduk sedih.

“Ay, kau tahu, kan, selama ini tak sedetikpun hariku terlewati tanpamu. Kau harus tahu, Ay. Uangku tidak ada apa-apanya dibanding keberadaan dirimu. Aku bisa kehilangan uangku, tapi kehilangan dirimu aku tidak akan sanggup,” sedih Daniel.

Mendengar perkataan menyayat hati oleh Daniel, membuat Ayana dilanda rasa kecewa berat pada dirinya. Ia memang bodoh karena tidak bisa mengartikan keberadaannya di sisi Daniel. Ia tidak tahu bahwa dirinya seberharga itu di mata Daniel.

“Tuan, aku janji tidak akan kabur lagi. Aku akan merawatmu sepenuh hati seperti Bayi Malika,” kata Ayana tulus.

Senyum bahagia seketika terbit dari bibir Daniel, ia berdiri dan mengusap puncak kepala Ayana penuh kasih sayang. “Kalau begitu, bisakah kau membantuku ke kasur. Aku ingin tidur, tubuhku sangat lelah berjalan seharian.”

Ya Lord! Aku kira ia akan berubah untuk tidak mager lagi. Ternyata, kebiasaannya itu sudah mendarah daging.

***

“Tuan, ayo bangun Tuan. Kau harus mandi sore sekarang.”

Ayana mencoba membangunkan Daniel, mungkin sudah empat jam lelaki itu tertidur tanpa mempedulikan asistennya yang berjuang dengan peloh membereskan kekacauan di ruang bawah tanah.

“Tuan, aku sangat lelah hari ini. Jadi, bisakah kau bangun sekarang untuk mandi?” pinta Ayana.

Daniel sontak membuka matanya, ia menampilkan gigi putihnya pada Ayana. “Ayo kita mandi.”

Untuk saat ini, Daniel tidak ingin membuat Ayana mengalami kesulitan karena dirinya. Ia harus bersikap baik dan tampak seperti majikan yang berjiwa seperti malaikat. Melindungi dan memberikan kasih sayang pada Ayana.

“Baik Tuan Besarku, ayo kita ke kamar mandi.” Ayana membantu Daniel terbangun dari posisi tidurnya hingga terduduk. Lalu perlahan kaki lelaki itu bergeser menginjak lantai.

“Ay, aku haus,” pinta Daniel.

“Baik Tuan Besarku. Tunggu sebentar.” Ayana cepat-cepat ke dapur untuk mengambil air.

Sepertinya Ayana sudah mulai jinak dan tidak mencoba kabur lagi.

Tidak butuh waktu yang lama, Ayana sudah terlihat kembali dengan segelas air di tangannya. Saat sudah berada di depan Daniel, gadis itu lalu mengasongkan segelas air putih pada sang majikan.

“Terima kasih, Ay. Kau memang Pesuruh terbaikku,” ucapnya.

Bisakah ia tidak perlu menegaskan bahwa aku hanyalah Pesuruhnya?! Menyebalkan sekali.

Ayana tersenyum paksa. “Masih haus, Tuan?” tanyanya saat Daniel memberikan kembali gelas yang isinya sudah kosong pada Ayana.

Daniel menggeleng. “Aku ingin mandi sekarang.”

Ayana menyimpan terlebih dulu gelas yang dipegangnya di atas nakas. Lalu tubuhnya bergerak untuk meraih tangan Daniel yang terentang. Pelan-pelan ia memapah majikannya itu menuju kamar mandi.

“Ay, hari ini aku ingin mandi dengan bunga melati,” beritahu Daniel.

“Aku tidak tahu Tuan Besarku, apakah masih ada persediaan bunga melati? Akan kucek nanti.”

Majikan Ayana memang sangat aneh, setiap mandi harus ada bunga-bunga yang memenuhi bathtub-nya. Seolah-olah Daniel itu adalah titisan Dewi-Dewi Langit. Bunga mawar dan melati adalah favorit dan wajib tersedia jika ia ingin melakukan ritual menghilangkan kuman-kuman di tubuhnya.

“Ay, aku pikir kau harus mandi juga dengan bunga melati. Aku merasakan roh jahat mengikutimu,” ucap Daniel santai.

Kaulah yang diikuti roh jahat, lihat saja kemageranmu itu yang tiada habisnya. Jadi, kau saja yang mandi.

“Baik Tuanku!” Ia memilih untuk mengiyakan perkataan Daniel. Pahamilah, berdebat dengan  CEO itu tidak akan pernah ada ujungnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   50. Akhir Sebuah Kisah

    "Yang, paku!"Aku mengulurkan tangan ke belakang dengan posisi sedikit menyamping, sementara pandanganku tetap lurus pada dinding. Entah penglihatanku yang miring, atau memang pigura ini yang ingin kupasang sengaja ingin membuat tandukku naik.Astaga, malah lupa aku. Sebenarnya sudah seminggu aku dan Daniel menempati rumah baru kami. Mungkin kalian masih ingat, setahun lalu Daniel memutuskan untuk membangun rumah tidak jauh dari rumah ibuku.Awalnya aku bersikeras menolak, untuk apa coba ia membangun rumah mewah lagi. Sementara ada rumah ayahnya yang kelak akan menjadi miliknya. Bukankah Daniel terlalu membuang-buang uang? Aku menyetujui ia membangun rumah dan pindah ke rumah ibu karena aku kasihan melihatnya memasang tenda di depan rumah demi membujukku. Mungkin jika hanya Daniel yang ada di tenda itu, aku tidak masalah. Biarkan saja suamiku itu merasakan penderitaan. Tapi aku khawatir pada Mark.Dasar memang

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   49. Pindah Rumah

    Mark benar-benar geram, diturunkannya Ardila yang digendong layaknya karung besar di kursi kayu. Tepatnya di bawah pohon yang ada di depan rumah gadis itu. Matanya menyorot tajam, membuat Ardila yang dihempas seperti barang menjadi ciut nyalinya.Sakit tapi tidak berdarah. "Kenapa? Mas kok ngeliatin aku kayak gitu?" Meski takut, namanya juga Ardila gadis barbar tak berakhlak. Mulutnya tetap akan terus mengoceh tanpa henti.Mark menyunggingkan bibirnya, ia tidak menyangka wajah sepolos bayi, kulit seputih susu dan senyum manis yang bikin diabetes bisa berubah menjadi zombie ganas. Ardila memang bukan gadis remahan biasa. Ia harus waspada, perawakan gadis itu saja yang kalem. Tapi di dalamnya, sungguh terlala kata Bang Haji Rhoma."Kamu tau nggak yang kamu jambakin tadi siapa?"Ardila bingung. "Teteh Ayana!"Lagi, bibir Mark tersungging diikuti matanya yang memutar malas

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   48. Daniel Minta Cerai?

    Waktu cepat sekali berlalu, sudah sebulan lebih ia menjalani hari-harinya tanpa Daniel. Oh iya, apa kabar dengan lelaki itu? Pertemuan terakhirnya hanya saat di rumah sakit itu saja. Setelahnya, sang suami tidak pernah lagi mengunjunginya. Sekedar telpon, atau bahkan mengirim pesan pun tidak ada sama sekali.Apa suaminya itu sudah melupakannya? Atau mungkin kini Daniel telah menemukan penggantinya.Ayana merasa rindu pada Daniel, terlihat jelas air matanya mengenang di pelupuk. Ketika ia sendiri, perasaannya benar-benar kacau. Jujur, Ayana ingin kehidupannya seperti dulu. Setiap pagi terbangun untuk membereskan kamar mewah sang suami. Memasak makanan favorit Daniel, dan mengurus lelaki itu dengan baik.Dulu saat masih menjadi pesuruh Daniel, ia sangat ingin bebas, tidak terikat oleh lelaki itu. Tapi sekarang saat semua sudah ia capai, ia jadi ingin kembali menjadi pesuruh. Manusia memang tidak pernah ada puasnya. Dikasih A, m

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   47. Hilang Semua Mimpi

    "Maaf Pak, Bu Ayana tidak hamil. Ia hanya kelelahan dan masuk angin."Terngiang-ngiang, terbayang-bayang, berputar-putar bagaikan kaset rusak. Perih, hati seakan tersayat-sayat. Bagaimana bisa derita ini menimpa Daniel? Ia sudah mengerahkan segala tenaga, waktu dan pikiran.Terus Dokter seenak jidat mengatakan Ayananya tidak hamil. Dimana hati nurani dokter itu?"Huaa...." Daniel menangis pilu, meraung-raung di lantai kamarnya.Haruskah ia bunuh diri? Loncat dari lantai 15 kantornya? Atau minum racun tikus? Hancur sekali perasaannya. Lesu, kepala Daniel menoleh pelan. Napasnya terasa berat. Kereta bayi, pakaian bayi, buket bunga mawar putih untuk Ayana tertata rapi di meja.Mark, bawahannya tetap setia menemaninya. Tidak sedikitpun lelaki itu beranjak dari samping Daniel yang selonjoran di lantai.Mark pernah membaca sebuah buku, dalam buku itu mengatakan; bahagia b

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   46. Calon Ayah

    Kuping Margaret hampir saja pecah jika Daniel tidak menghentikan teriakannya. Bagaimana tidak? Ia baru saja masuk ke kamar tuannya itu dengan niat mengantarkan makanan, namun baru saja selesai meletakkan makanan.Entah kerasukan apa? Tuannya itu loncat kegirangan dengan lengkingan suara seperti tikus kejepit."Tuan!" Terpaksa Margaret bernada tinggi memanggil Daniel. Lagian ada apa dengan lelaki itu yang tersenyum semringah sembari mencium ponselnya bertubi-tubi. Sakit jiwa!"Margaret, Margaretku." Daniel menyimpan ponselnya di meja, lalu menghampiri Margaret. Meraih kedua tangan wanita itu kemudian mengayunkannya ke kiri dan ke kanan.Belum sampai disitu keterkejutan Margaret akan tingkah Daniel yang seperti teletubies. Tubuhnya diputar-putar, mirip film India. Rani Mukherjee mungkin tahan jika diputar seperti itu, tapi Margaret tentu saja tidak. Kepalanya sungguh pusing.Beberapa menit setela

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   45. Hamil?!

    Pagi yang buruk untuk Ayana hari ini. Mual-mual, kepala pusing, tubuh meriang dan pegal-pegal. Ia seperti sangat kelelahan, padahal seingatnya yang ia lakukan hanya pergi ke kampus dan membantu ibunya memasak. Itu saja ia hanya mencuci sayuran.Matanya masih sangat mengantuk, tapi subuh-subuh sudah harus terbangun karena perutnya yang kesakitan. Tenggorokannya sangat kering akibat terlalu banyak memuntahkan isi perut. Ayana benar-benar sakit.Di saat ia sedang meringkuk di kasurnya seperti bayi, Ayana mendengar pintu kamarnya diketuk. Dengan suara berat, perempuan itu menyuruh sang pengetuk masuk."Masuk saja, tidak dikunci."Pintu dibuka, Ario sudah berdiri dengan gagahnya lengkap seragam sekolah—putih abu-abu.Melihat sang kakak yang tak menyambutnya dengan baik, Ario langsung saja menghampiri Ayana."Loh Teteh kenapa?" Ia khawatir dengan kakaknya yang tengah memegangi perutny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status