Share

7. Berjiwa Malaikat

Ayana sudah pasrah jika hari ini adalah akhir dari perjalanan kisahnya yang penuh lika-liku ala sinetron yang sering ia tonton. Niat ingin kabur dari kuasa Daniel Hamilton seketika kandas begitu saja saat dua Bodyguard  bertubuh kekar menangkapnya ketika ia berhasil menyetop taksi.

Layaknya karung yang dipanggul, begitulah tubuh gadis mungil itu dibawa dengan entengnya oleh Sang Bodyguard. Meski mencoba melawan dan meronta-ronta, nyatanya tenaga Ayana tidak cukup kuat untuk meloloskan diri dari kungkungan pria bertubuh besar itu.

Berkat ketidakberdayaannya itulah membuat Ayana kini tengah duduk di kursi kebesaran Daniel dengan tangan dan kaki terikat layaknya tawanan. Keringat dingin mulai menguasai tubuh Ayana, gadis itu bergerak gelisah dengan kepala yang celingak-celinguk mencari keberadaan Tuannya.

Sejak ia tiba di kamar mewah itu, ia sama sekali tidak melihat keberadaan Daniel. Seolah-olah lelaki itu tengah bersembunyi karena sedang menyiapkan kejutan besar pada Ayana. Tentu, Ayana tidak berpikir kejutannya adalah sebuah hadiah mewah yang akan membuatnya tersenyum kegirangan. Kejutannya adalah sebuah hukuman sadis yang akan membuat gadis itu merana berkepanjangan.

Ya Tuhan, turunkan pertolonganmu hari ini!

Ayana tidak berhenti berdoa dalam hati, ia percaya orang susah sepertinya jika berdoa pasti akan dikabulkan. Setidaknya gadis itu memiliki sedikit usaha agar terhindar dari kekejaman majikannya.

“Ay....”

Jantung Ayana seakan berhenti berdetak saat namanya disebut oleh pria yang dikenalinya. Ia meneguk ludahnya kasar saat mendapati Daniel menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Ay, tangan dan kakimu terikat,” tutur Daniel seraya mendekati Ayana.

Saat jarak lelaki itu dengan Ayana hanya sekitar 1 cm, gadis itu dapat melihat perubahan raut muka Daniel. Ayana ketakutan saat dilihatnya urat-urat wajah majikannya itu seakan ingin keluar. Ia tahu bahwa kini Daniel sedang menahan amarahnya.

Bodyguard!” Daniel berteriak keras.

Dua lelaki berjas hitam langsung masuk dan menghampiri keduanya. Ayana gugup bukan main saat ia melihat Daniel berbalik. Gadis itu memejamkan matanya, bulir air matanya kini dengan bebas membasahi pipinya.

Ia sudah siap jika Daniel menghukumnya sekarang. Mungkin ia memang salah karena telah berusaha kabur dari sang majikan.

Plak...

Suara tamparan membuat Ayana meringis kesakitan, air mata gadis itu semakin mengucur meski matanya masih tertutup.

“Siapa yang menyuruh kalian mengikat Calon Istriku!” hardik Daniel.

Tunggu! Apa yang terjadi? Ayana membuka mata perlahan dan mendapati punggung Daniel yang membelakanginya. Jadi, tamparan itu bukan untuknya. Benar, karena ia sama sekali tidak merasakan sakit di pipinya.

“M-maaf Tuan. Kami mengikatnya karena ia terus meronta,” ucap salah satu Bodyguard itu.

“KELUAR SEKARANG!” perintah Daniel tegas.

Setelah kedua Bodyguard itu keluar, Daniel kembali berbalik menghadap pada Ayana. Lelaki itu langsung berjongkok melepas ikatan tangan sang asisten lalu dilanjutkan membuka ikatan kakinya.

“Kau menangis, Ay?” tanya Daniel saat melihat pipi Ayana basah.

Tangan lelaki itu kemudian terulur menyentuh pipi Ayana, perlahan ia mengelap air mata gadis itu. “Jangan menangis, Ay. Aku tidak akan menyakitimu. Percayalah,” katanya dengan senyum hangat.

“T-tuan—“

Ayana tidak mampu melanjutkan perkataannya, ia tidak paham dengan sikap Daniel sekarang. Bukannya lelaki itu seharusnya marah besar padanya? Bukan malah mendapatkan perlakuan lemah lembut seperti ini.

“Ay.” Daniel menangkup kedua pipi Ayana hingga ia dapat melihat mata coklat yang jernih gadis itu.

Perasaan Daniel tiba-tiba menghangat, wajah lelah dan polos Ayana membuat ia merasa iba dan tidak ingin menyakiti asistennya itu. Daniel tahu, Ayana bersalah karena telah kabur darinya. Tapi, ia tidak akan sejahat pemeran sinetron yang gadis itu sering tonton setiap malam. Di mana, ia akan memukul ataupun menghardik Ayana. Tidak, ia tidak akan melakukan itu. Ayana itu miskin, dan Daniel tidak ingin menambah kemalangan sang gadis dengan hal-hal yang tidak berperikemanusiaan.

Kasihan sekali Ayana si jelek!

“Jika kau tidak ingin menikah, kau bisa berbicara baik-baik padaku. Bukan malah kabur seperti ini,” ucap Daniel dengan suara pelan.

“Maaf Tuan!” Ayana menunduk sedih.

“Ay, kau tahu, kan, selama ini tak sedetikpun hariku terlewati tanpamu. Kau harus tahu, Ay. Uangku tidak ada apa-apanya dibanding keberadaan dirimu. Aku bisa kehilangan uangku, tapi kehilangan dirimu aku tidak akan sanggup,” sedih Daniel.

Mendengar perkataan menyayat hati oleh Daniel, membuat Ayana dilanda rasa kecewa berat pada dirinya. Ia memang bodoh karena tidak bisa mengartikan keberadaannya di sisi Daniel. Ia tidak tahu bahwa dirinya seberharga itu di mata Daniel.

“Tuan, aku janji tidak akan kabur lagi. Aku akan merawatmu sepenuh hati seperti Bayi Malika,” kata Ayana tulus.

Senyum bahagia seketika terbit dari bibir Daniel, ia berdiri dan mengusap puncak kepala Ayana penuh kasih sayang. “Kalau begitu, bisakah kau membantuku ke kasur. Aku ingin tidur, tubuhku sangat lelah berjalan seharian.”

Ya Lord! Aku kira ia akan berubah untuk tidak mager lagi. Ternyata, kebiasaannya itu sudah mendarah daging.

***

“Tuan, ayo bangun Tuan. Kau harus mandi sore sekarang.”

Ayana mencoba membangunkan Daniel, mungkin sudah empat jam lelaki itu tertidur tanpa mempedulikan asistennya yang berjuang dengan peloh membereskan kekacauan di ruang bawah tanah.

“Tuan, aku sangat lelah hari ini. Jadi, bisakah kau bangun sekarang untuk mandi?” pinta Ayana.

Daniel sontak membuka matanya, ia menampilkan gigi putihnya pada Ayana. “Ayo kita mandi.”

Untuk saat ini, Daniel tidak ingin membuat Ayana mengalami kesulitan karena dirinya. Ia harus bersikap baik dan tampak seperti majikan yang berjiwa seperti malaikat. Melindungi dan memberikan kasih sayang pada Ayana.

“Baik Tuan Besarku, ayo kita ke kamar mandi.” Ayana membantu Daniel terbangun dari posisi tidurnya hingga terduduk. Lalu perlahan kaki lelaki itu bergeser menginjak lantai.

“Ay, aku haus,” pinta Daniel.

“Baik Tuan Besarku. Tunggu sebentar.” Ayana cepat-cepat ke dapur untuk mengambil air.

Sepertinya Ayana sudah mulai jinak dan tidak mencoba kabur lagi.

Tidak butuh waktu yang lama, Ayana sudah terlihat kembali dengan segelas air di tangannya. Saat sudah berada di depan Daniel, gadis itu lalu mengasongkan segelas air putih pada sang majikan.

“Terima kasih, Ay. Kau memang Pesuruh terbaikku,” ucapnya.

Bisakah ia tidak perlu menegaskan bahwa aku hanyalah Pesuruhnya?! Menyebalkan sekali.

Ayana tersenyum paksa. “Masih haus, Tuan?” tanyanya saat Daniel memberikan kembali gelas yang isinya sudah kosong pada Ayana.

Daniel menggeleng. “Aku ingin mandi sekarang.”

Ayana menyimpan terlebih dulu gelas yang dipegangnya di atas nakas. Lalu tubuhnya bergerak untuk meraih tangan Daniel yang terentang. Pelan-pelan ia memapah majikannya itu menuju kamar mandi.

“Ay, hari ini aku ingin mandi dengan bunga melati,” beritahu Daniel.

“Aku tidak tahu Tuan Besarku, apakah masih ada persediaan bunga melati? Akan kucek nanti.”

Majikan Ayana memang sangat aneh, setiap mandi harus ada bunga-bunga yang memenuhi bathtub-nya. Seolah-olah Daniel itu adalah titisan Dewi-Dewi Langit. Bunga mawar dan melati adalah favorit dan wajib tersedia jika ia ingin melakukan ritual menghilangkan kuman-kuman di tubuhnya.

“Ay, aku pikir kau harus mandi juga dengan bunga melati. Aku merasakan roh jahat mengikutimu,” ucap Daniel santai.

Kaulah yang diikuti roh jahat, lihat saja kemageranmu itu yang tiada habisnya. Jadi, kau saja yang mandi.

“Baik Tuanku!” Ia memilih untuk mengiyakan perkataan Daniel. Pahamilah, berdebat dengan  CEO itu tidak akan pernah ada ujungnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status