Azahra membuka pintu ruang ICU, Ia melangkah kan kaki nya ke dalam ruangan tersebut dengan sangat pelan. Suara alat- alat yang berbunyi di dalam ruangan tersebut membuat Azahra merasa sangat takut. Ia tidak ingin calon suaminya meninggalkannya. Membayangkan nya saja sudah membuat dirinya merasa lemas.
Azahra menarik kursi yang ada di ruang tersebut. "bang, abang baik-baik saja kan? Rara tau, Abang sangat kuat. Sampai sekarang Rara masih gak ngerti dengan apa yang terjadi. Semua ini seperti mimpi. Gak ada yang mau cerita ke Rara."Azahra mengusap air matanya.
“Rara mohon, Abang jangan tinggalkan Rara. Rara cinta abang, Rara sayang abang." Azhara sambil memegang telapak tangan lebar milik Ferdi dan menempelkannya di pipinya.
"Abang sudah janji, akan bawa Rara jalan-jalan. Abang bilang bakal bawa Rara dan Akbar Main seharian. Sampai sekarang Akbar masih nungguin abang bawa dia jalan. Akbar nanyain Abang setiap hari. Akbar juga selalu menghitung ber
Ferdi terbangun ketika dirinya merasakan sesuatu yang lembut menyentuh telapak tangannya. Ia mencoba untuk merubah posisi tidurnya. Namun dadanya terasa begitu amat sakit sehingga dirinya membatalkan niatnya. Ferdi memandang ke sekelilingnya, dirinya baru mengingat apa yang terjadi tadi malam. Dipandanginya sosok wanita yang saat ini tertidur dengan memegang tangannya. Wanita itu menempelkan telapak tangannya di pipi wanita tersebut.Ferdi memandang wanita itu dengan mengerutkan keningnya. Saat ini dirinya tidak bisa melihat wajah wanita tersebut. Ferdi menggelengkan kepalanya ketika dirinya menyadari bahwa wanita itu bukan mamanya. Wangi aroma parfum yang dipakai oleh wanita itu begitu sangat memanjakan Indra penciumannya. Aroma parfum yang begitu sangat dikenalnya dan juga sangat dirindukannya. Dengan cepat Ferdi memejamkan matanya dan berpura-pura tertidur ketika tubuh wanita itu bergerak.Azahra terbangun dan memandang wajah pria yang saat ini masih memejamka
Melihat kondisi pria yang sangat dicintainya sudah sadar seperti ini Azahra merasa begitu sangat bersyukur. Berulang kali Azahra mengusap air matanya yang mengalir dengan sendirinya."Jangan menangis lagi, abang nggak apa-apa." Ferdi sedikit mengangkat tangannya dan mengusap air mata gadis tersebut."Rara beneran takut Bang," ucapnya."Abang nggak apa-apa kok, lagi pula kondisi seperti ini sudah biasa menurut Abang." Ferdi sedikit tersenyum."Apa sebelumnya Abang pernah mengalami hal seperti ini?" tanya Azahra."Pernah, hanya saja waktu itu cuman kena lengan, jadi nggak apa-apa." Ferdi tersenyum. "Ini masih ada bekasnya." Ferdi melihatkan lengannya yang bekas jahitan."Kapan itu?" Azahra bertanya dengan bibir yang maju ke depan. Ia mengusap air matanya."Sewaktu melakukan penyelamatan kapal yang dari sekelompok orang. Pada waktu itu kami sedang menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam kapal.""Kapan? Kenapa Rara tidak pernah
Attar dan juga Alisa memandang putrinya."Apa nggak mau nunggu sampai bang Ferdi sehat dulu baru nikah?" tanya Attar.Azahra menggelengkan kepalanya. "Rara mau nikah sekarang aja Dad," pintanya. Azahra hanya menundukkan kepalanya. Dirinya begitu sangat malu Ketika semua mata memandang ke arahnya. Azahra juga tidak berani untuk menatap pria yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Tatapan mata pria itu membuat jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya."Dia sama seperti Daddy nya." Alisa berbisik di telinga suaminya.Attar memandang istrinya dan kemudian sedikit tersenyum. "Kami itu konsisten," ucapnya."Iya konsisten, yang mau dinikahi masih kaget tuh." Alisa memandang Ferdi."Dia itu bukannya kaget, tapi senang," Jawab Attar."Kalau mau ngegosipin orangnya, jangan di depan dong," ucap Ferdi yang terbaring di atas tempat tidur.Andi dan juga Indah hanya tersenyum ketika mendengar obrolan Alisa dan juga Attar. Meskipun
Alisa masuk kedalam kamar di mana saat ini putrinya berada. "Anak gadis Mommy sudah sangat cantik sekarang," pujinya."Terima kasih mommy." Azahra memeluk mommynya dan mencium pipi mommynya tersebut."Sayang mommy, sebentar lagi akan menjadi seorang istri." Alisa tersenyum. Dipegangnya tangan putrinya yang saat ini duduk di tepi tempat tidur."Iya mom," jawab Azahra."Mommy masih ingat sewaktu akan menikah sama Daddy. Pada waktu itu umur mommy baru masuk 19 tahun. Mommy baru kuliah." Alisa berbicara dengan tersenyum. Ia Kembali mengingat masa lalu di awal akan menikah dengan suaminya. Kamar ini menjadi tempat dirinya dirias. Sama seperti putrinya saat ini."Di kamar ini mommy di Risa, sama seperti Rara sekarang. Mommy hanya bertemu dengan Daddy 1 kali. Waktu itu mommy bertemu di kantor Daddy. Mommy bekerja mengambil jasa cleaning service sementara di perusahaan yang Daddy miliki." Alisa menceritakan kepada putrinya bagaimana peris
Azahra masuk ke dalam kamar perawatan Ferdi. Ia tersenyum memandang pria yang saat ini menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.Jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya ketika tatapan mereka saling beradu. Dengan cepat Azahra menundukkan kepalanya."Rara kirain tadi nggak pakai jas." Azhara berkata di dalam hatinya. Azahra tidak bisa membayangkan bila calon suaminya membaca ijab kabul dengan memakai baju pasien. Saat ini tampilan calon suaminya sudah terlihat begitu sangat tampan dengan memakai jas berwarna putih, dasi dan juga peci yang senada dengan warna jas yang dipakai pria tersebut. Wajah pria itu sudah terlihat sangat segar meskipun bibirnya masih pucat.Azahra duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur bersama dengan Mommy dan juga calon mama Mertuanya. Azahra menundukkan kepalanya ketika menyadari bahwa tatapan pria itu hanya tertuju padanya.Ferdi tersenyum ketika melihat calon istrinya begitu sangat cantik. Gadis itu
Ferdi menempelkan bibirnya dengan bibir istrinya. Ia mencium bibir istrinya dengan sangat lembut dan penuh cinta.Ia menikmati bibir lembut nan Indah itu seperti sedang menikmati sebuah es krim. Setelah puas menikmati bibir istrinya pria itu melepaskannya. Rasa sakit di dadanya hilang seketika ketika ia mencium bibir lembut istrinya.Azahra hanya diam dan menundukkan wajahnya. Dirinya begitu sangat malu menatap wajah suaminya. Saat ini dirinya membutuhkan oksigen yang sangat banyak dan menetralkan degup di dadanya.Ferdi tersenyum ketika melihat wajah istrinya yang merona merah. Dipegangnya tangan Azahra dan diciumnya punggung tangan wanita yang baru saja menjadi istrinya beberapa menit yang lalu."Adek kesucian bibir Abang udah adek ambil." Ferdi tersenyum.Azahra mengangkat wajahnya dan menatap wajah suaminya dengan debaran di dadanya. "Abang udah ambil ciuman pertama Rara," balasnya."Katanya memang untuk abang. Sekarang yang ini su
Azahra masuk ke dalam kamar mandi. Ia menyandarkan punggungnya di daun pintu yang sudah tertutup rapat. "Bagaimana ini, Rara malu." Azahra menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Jantung Rara serasa mau lepas." Azahra memegang dadanya berdegup dengan sangat hebatnya. Azahra mengusap keringat yang menempel di pelipis keningnya."Buka bagian baju aja sudah gemeteran gimana buka celana." Wajah Gadis itu begitu amat merah ketika membayangkan apa yang akan dilakukannya."Mungkin hanya Rara satu-satunya pengantin baru yang buka baju suami terlebih dahulu." Azahra begitu malu ketika membayangkan hal tersebut."Azahra bukankah niat awal kamu mau menikah dengan Ferdi itu karena kamu ingin melakukan semuanya untuknya mengganti pakaiannya, menyuapinya dan mengurus semua kebutuhan dia. Tapi mengapa sekarang kamu ketakutan seperti ini?” Hati kecilnya bertanya sendiri kepada dirinya.“Rara harus bisa.” Azahra kemudian mengambil air di
"Kenapa nggak jadi mandi,” Ferdi bertanya Ketika istrinya datang mendekatinya."Abang, tolong bukakan resleting baju Rara," Azahra duduk di tepi tempat tidur dengan memberikan punggungnya ke arah suaminya."Tadi ditawarin, tapi nggak mau." Ucap Ferdi tersenyum.Azahra hanya diam mendengar ucapan suaminya.Azahra merebahkan tubuhnya di samping suaminya, agar suaminya tidak kesulitan membuka resleting bajunya.Ferdi menurunkan resleting yang menempel di belakang punggung istrinya. Perlahan-lahan resleting itu semakin turun ke bawah hingga punggung putih milik istrinya menjadi pemandangan indah yang menyejukkan matanya. Ferdi menelan salivanya ketika melihat kulit putih milik istrinya. "Baru lihat punggung saja sudah seperti ini," ucapnya di dalam hati."Pria itu mengusap kulit punggung istrinya.Azahra begitu kaged ketika suaminya menyentuh kulitnya. Ia membuka matanya dengan sangat lebar dan dengan cepat beranjak dari tempat tidu