🌹🌹🌹
Utari yang melihat Marvel menarik tangan Riana, segera mengikutinya. Perasaan cemburu menguasai hati, ia harus berusaha merebut cinta dan perhatian dari Marvel.
Utari juga melihat bagaimana Riana begitu kasar pada Marvel membuat harapan baru di hatinya, untuk semakin besar memiliki pria itu.
Tak lama ia melihat Marvel pergi dan iapun segera menyusul kemana langkah pria itu.
"Marvel ... Tunggu!" panggilnya dengan berlari.
Marvel menggumam tak jelas melihat kehadiran Utari.
"Aku merindukanmu!" ucap Utari dengan cepat memeluk pria di hadapannya itu.
Marvel melepaskan diri dari pelukan Utari, pria itu merasa risih dengan kelakuan gadis itu.
"Jaga sikapmu, ini tempat umum! Jangan sampai orang mengira, kamu adalah wanita murahan!" cetus Marvel dengan tangan bersidekap di dada.
"Marvel ...." sembur Utari merasa tak terima dengan ucapan kekasihnya itu.
"Aku kekasihmu, wajar saja aku memelukm
🌹🌹🌹Marvel dan Riana semakin salah tingkah dengan semua pertanyaan dari nenek."Aku ingin bulan depan kalian bertunangan!" cetus Nenek dan itu membuat kedua insan itu terkejut dan tak mampu menjawab apa-apa."Aku tak ingin ada penolakan lagi!" tambah Nenek lagi lalu meminta Riana mengikutinya ke dapur."Aku tak ingin Marvel semakin semena-mena padamu, Na!" lirih Nenek sambil mengusap lembut tangan Raina."Aku baik-baik saja, Nek! Bahkan Marvel begitu sayang padaku!" sahut Riana dengan penuh kelembutan.Nenek tertawa manis, ia tahu Riana berbohong padanya. Marvel tak mungkin secepat itu berubah. Dan semalam Diah sudah menghubunginya dan mengatakan semua Ia sangat yakin bila sudah bertunangan Marvel tak akan berani macam-macam lagi."Pasti nenek menghasut lagi Riana!" Marvel mengacak rambut, saat Nenek dan kekasihnya tak muncul-muncul juga.Tanpa sadar akhirnya Marvel terlelap juga di sofa empuk i
🌹🌹🌹Teramat pagi Riana telah tiba di kampus, setelah semalam harus menginap di rumah Neneknya Marvel."Siapa menghubungiku sepagi ini!" kening Riana bertautan melihat nomor baru menghubunginya.Gadis itu enggan untuk menjawab panggilan itu. Ia membiarkan meski berkali-kali dering panggilan itu masuk."Woy, kupingmu budek ya, Na!" tegur Jeni saat melihat Riana hanya diam mengabaikan panggilan masuk itu."Ribut, Ah!" jawab Riana malas.Jeni segera merampas gawai Riana dan mengecek nomor yang telah memanggilnya berkali-kali. Namun ia juga tak mengenalinya."Kira-kira siapa yang menghubungiku sepagi ini, Jen!" tanya Riana pada sahabatnya itu."Mungkin calon pacar barumu, Na!"Mata Riana segera membulat dan memberi kepalan tangan pada sahabatnya itu."Gimana hubunganmu dengan lelaki brengsek itu, Na! Semoga tidak berlanjut, aku selalu berdoa untuk itu!""Doamu jelek amat sih! Harusnya
🌹🌹🌹Jeni tak sanggup lagi melihat sahabatnya terus-menerus disakiti. Ia harus melakukan sesuatu untuk membuka mata Riana agar gadis itu bisa melihat keburukan kekasihnya itu."Sebenarnya kamu mencintai Marvel itu karena apa sih, Na! Mengapa cintamu begitu bodoh?" celetuk Jeni dengan penuh kekesalan."Aku mencintainya karena Allah, Jen! Aku percaya dia akan sadar dengan perlakuannya itu!""Kapan? Sampai kamu mati!" ketus Jeni.Riana hanya mampu diam, ia menyadari semuanya tapi entahlah rasa cinta pada Marvel dapat mengalahkan segalanya."Kamu itu wanita bodoh yang aku kenal selama ini, disakiti, diduakan tetap diam saja! Kemana sebenarnya hatimu, Na!""Aku saja tak sanggup melihatnya!" imbuh Jeni lagi seraya ikut duduk di samping Riana."Marvel seperti itu hanya ingin mencari yang terbaik, Jen! Wajarlah laki-laki mempunyai banyak cinta!" ucap Riana dengan ketenangan hati yang besar."Wajar kamu bilang
1🌹🌹🌹Marvel semakin gelisah dengan semua pertanyaan ayah Utari bahkan laki-laki paruh baya itu meminta untuk segera meresmikan hubungannya dengan Utari. "Bagaimana, Nak Marvel! Kapan kamu akan membawa orang tuamu kemari?""Itu pak ... Itu, ayah saya masih ada urusan di luar negeri bila sudah selesai saya akan bawa mereka kemari!" Jawab Marvel asal saja."Kemana sih, Utari! Kenapa dia lama sekali di dalam!" gerutu Marvel dalam hati."Wah asyik ya ngobrolnya, yuuk kita makan. Semua menu hidangan sudah tersedia!" celetuk Utari dengan senyum manis dan segera mengajak Marvel untuk mengikuti langkah ayahnya."Aku mau pulang, Tar! Ada yang harus aku lakukan. Nanti lain kali aku ke sini lagi deh!" Marvel menarik tangan Utari untuk mendengarkannya lebih dulu."Ayah akan tersinggung kalau kamu menolaknya, Vel! Tolong hargai perasaan ayah dan ibuku!" Utari merasa tidak suka mendengar penolakan Marvel unt
🌹🌹🌹Marvel terdiam mendengar ucapan Riana. Andai saja gadis di hadapannya ini tahu kalau dirinya telah menodai cinta suci, mungkin Riana tak akan bertahan hingga saat ini."Kenapa diam, Vel? Apakah kau sudah melakukan sesuatu pada Utari!" tanya Riana dengan tatapan menyelidik saat melihat Marvel terbuai dengan lamunannya."Apa ...." sentak Marvel sedikit terkejut."Wajahmu memerah, apakah kamu sudah melakukannya pada Utari!" Riana menyipitkan mata melihat kegugupan Marvel. Ia semakin yakin dengan ucapan Kayla."Aduh, Na! Kamu ngomong apa sih? Mana mungkin aku sekurang ajar itu pada perempuan!" kilah Marvel dengan gaya angkuhnya.Riana hanya mengangkat kedua bahunya. Lalu segera masuk ke dalam mobil Marvel."Aku akan mencari tahu sendiri, apakah kamu memang masih menjaga kesucian cintamu!" batin Riana dan larut dalam diamnya."Percayalah, Na! Aku masih menjaga cinta kita, aku tak akan macam-macam pada
🌹🌹🌹Riana ikut bersama Marvel ke rumah Utari, pandangan heran dari orang tua Utari melihat kehadirannya."Ini siapa, Nak?" tanya ibunda Utari pada Marvel dan membuat pria itu kebingungan untuk menjawabnya. Riana tersenyum dan menundukkan kepalanya santun."Dia Riana, Bu! Sepupunya Marvel!" seru Utari dari dalam rumah."Iya, Bu! Dia sepupuku!" ucap Marvel sambil menarik tangan Riana agar lekas memperkenalkan diri."Riana!" ucap Riana dengan pelan.Utari tersenyum penuh kemenangan. Iapun segera membawa Marvel masuk ke dalam tanpa memperdulikan Riana.Ibunda Utari segera mengajak Riana, namun gadis itu menolak memilih untuk menunggu di kursi luar saja."Terima kasih, Nak! Kalau bukan kamu yang mengantar Utari siapa lagi! Apotek sangat jauh dari sini!" Ayah Utari segera membenarkan duduknya agar bisa leluasa bercerita pada Marvel."Bapak sakit apa, kok tiba-tiba! Bukannya tadi baik-baik saja!" tanya Marvel pel
🌹🌹🌹Marvel bahagia melihat senyum mekar di wajah Riana. Ia tahu gadis itu pasti memendam kecemburuan yang sangat."Terima kasih, sudah membawaku ke tempat ini!" seru Riana dari kejauhan.Marvel hanya melambaikan tangan dan tersenyum."Maaf selalu membuatmu kecewa, Na! Aku belum bisa untuk mencintai satu gadis saja!" desis Marvel, iapun segera mendekati Riana yang lagi asyik menikmati keindahan taman."Ayo kita pulang!" ajak Riana"Kenapa buru-buru! Nikmati dulu, jarang loh aku membawamu ke tempat seperti ini!" cetus Marvel dengan gaya angkuhnya.Riana mencibir"Apa, Utari juga sudah pernah ke tempat ini!""Tidak semua orang harus aku bahagiakan, Ya!" kilah Marvel dengan santai."Aku tak percaya!" gumam Riana lalu melangkah menuju ke mobil."Na, tunggu!" kejar Marvel saat melihat Riana sudah menjauh."Kamu kenapa sih, Na!" Marvel menarik tangan Riana
🌹🌹🌹Beberapa hari ini Riana sengaja menghindari kekasihnya, ia hanya ingin membuat pria itu sadar. Bahwa Riana juga seorang wanita yang mempunyai rasa. Berkali-kali Marvel menghubunginya namun Riana masih enggan untuk menjawab panggilan itu."Na, aku perhatikan dari kemarin wajahmu kusut amat, ya!" celetuk Jeni saat melihat Riana hanya duduk termenung tanpa melakukan sesuatu."Na ...." ulang Jeni lagi, dengan tergagap Riana menoleh ke arah sahabatnya."Ada apa sih, Jen!" sungut Riana dan memberikan tatapan sendunya."Kamu lagi ada masalah, atau kamu lagi galau karena play boy itu!" Jeni mencoba mencari tahu dari raut wajah Riana.Riana hanya diam. Pikirannya memang selalu tak bisa diajak damai, hanya Marvel dan Marvel yang selalu membayangi. Berulang kali ia mencoba untuk menepis namun Riana semakin rindu pada pria itu."Pasti dia membuatmu kesal lagi kan, Na!" tebak Jeni semakin yakin melihat pe