Home / Romansa / CINTA PALSU SUAMIKU / BAB 8 - Rencana Riki

Share

BAB 8 - Rencana Riki

Author: Chau Navriena
last update Last Updated: 2025-06-26 03:32:19

Pintu kamar ditutup kencang.

Tangan yang tadi Evan genggam, ia hempas cukup keras, membuat gadis itu tersentak.

Na mendongak, menatap pria yang jauh lebih tinggi darinya itu dengan perasaan takut dan bingung, karena Evan terlihat begitu marah sekarang.

“Lo sengaja kan, godain temen gue?"

Kata-kata itu dilontarkan begitu cepat. Seolah Evan telah menahan untuk mengatakannya selama ini. Membuat gadis yang berdiri dihadapannya itu mengeryitkan dahi.

“Aku nggak ngerti maksud kamu...”

“Lucu juga,” potong Evan, tersenyum remeh. “Baru sehari dua hari tinggal bareng, udah dapet target baru?"

"Aku gak kayak gitu.. maksud kamu apa?"

Seperti mengerti kemana arah pembicaraan suaminya itu, Na mengelak, raut wajahnya menyiratkan kebingungan.

Tanpa disadari Na, tatapan Evan turun kebawah. Celana pendek yang dikenakan gadis itu sedari tadi mengganggu atensinya, menampilkan jelas luka di lututnya masih terlihat memerah.

Darahnya mendidih saat mengingat bahwa celana itu sedikit tersingkap karena posisi duduknya tadi, ketika disamping Riki. Membuat kulit mulus istrinya itu terekspos lebih banyak. Dimatanya, Na mungkin saja sengaja melakukannya dan sekarang ia terlihat tak lebih dari seorang gadis murahan.

"Buah memang jatuh nggak jauh dari pohonnya..." Gumam Evan pelan, sangat pelan sampai-sampai Na tak mendengarnya. Pria itu melangkah mendekat, lalu menunduk, menyamai tinggi badan mereka.

"Tingkah lo yang kayak gini, makin bikin gue muak sama lo. Tolong tahu malu sedikit."

Na mengerjapkan matanya, seperti tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

“Aku gak ngerti... kenapa kamu ngomong kayak gitu? Salah aku di mana? Riki cuma nolongin aku, karena kamu tadi nolongin Raina. Kamu juga bahkan nggak perduli sama sekali...”

Sekilas, Evan tampak terdiam, memandangi wajah Na yang jelas menyiratkan kekecewaan saat mengatakannya. Namun seolah belum puas dengan tatapan luka itu, Evan kembali berucap.

“Jangan bawa-bawa Raina. Lo sama dia beda. Dia nggak cari perhatian. Sedangkan lo? Lo bahkan nggak sadar gimana lo bikin gue malu. Lo keliatan kayak… cewek gampangan."

Kata-kata itu membuat Na terperajat ditempatnya. Evan meloloskan ucapannya dengan sangat mudah, tanpa beban, tanpa rasa bersalah. Air mata yang sudah menggenang dipelupuk mata Na, akhirnya jatuh juga.

Ucapan itu terngiang seperti gema yang tak mau hilang. Dan yang paling menyakitkan, adalah, karena itu keluar dari mulut suaminya sendiri. Orang yang dulu ia pikir akan menjadi tempatnya pulang.

Tangisannya pecah. Ia memberanikan diri untuk menatap Evan, menunjukkan betapa terlukanya ia dihadapan laki-laki itu.

"Aku berusaha bertahan, meskipun kamu perlakukan aku dengan cara yang nggak pantas… tapi tolong, jangan anggap aku serendah itu.” Lirihnya, diakhiri dengan isakan setelahnya.

Evan tertegun sejenak, menatap istrinya dalam-dalam. Air mata terus jatuh membasahi pipinya, tanpa berusaha diseka oleh pemiliknya.

Hal ini sama sekali tak direncanakan oleh Evan. Tadinya, ia sudah berbaik hati ingin mengobati Na, namun gadis itu malah secepat kilat menerima bantuan dari laki-laki lain. Membuat Evan menyesali niat baiknya yang sekarang sudah ia buang jauh-jauh.

Namun bagaimanapun, seharusnya ini pemandangan sempurna bagi Evan. Na yang hancur karenanya, Na yang menangis dihadapannya. Sampai ia menyadari, bahwa ia tak sepenuhnya senang dengan pemandangan itu.

Gadis itu terlihat berantakan, dengan luka di kaki dan pergelangan tangannya yang membiru, rambut panjangnya terurai acak, menutupi sebagian wajahnya yang sembab.

Bahunya naik turun pelan, terisak dihadapannya.

Evan tak mengerti dengan apa yang ia pikirkan sekarang. Satu sisi ia senang dan puas. Namun disisi lain, ada sesuatu tak kasat mata seperti mencubit dirinya. Gadis itu begitu lemah, begitu mudah ia hancurkan, membuat ia merasakan hal yang tak seharusnya.

Perasaan bersalah.

"Nggak usah nangis. Itu nggak akan ngerubah cara pandang gue ke lo..."

Sebelum pikiran tak wajar ini mempengaruhi dirinya lebih jauh, Evan memilih untuk meninggalkan gadis itu.

Hening kembali menyelimuti ruangan itu, menyisakan Na yang masih menangis dalam diam. Kenapa sulit sekali menerima kenyataan bahwa Evan yang dulu mencintainya ini telah berubah menjadi pria tak berhati?

Ia mengangkat jemarinya dan menatap cincin di jari manisnya. Benda kecil itu berkilau samar dalam cahaya lampu, cincin itu sederhana, tidak belebihan.

Tapi dulu, saat pertama kali disematkan, Na percaya itu cukup untuk membuatnya merasa dicintai. Perkataan dan senyum lembut yang dulu ia dambakan, sudah tak pernah ia dapatkan lagi.

Jika sudah seperti ini, lantas ia harus apa? Dari pada kehilangan perasaan, Evan lebih terlihat seperti membencinya. Keberadaan gadis itu tak pernah dilihat, dan selalu dianggap menyusahkan.

Na mengusap permukaan cincin itu dengan ibu jarinya, seolah berharap bisa menghapus luka yang tersembunyi di balik logam itu.

Apakah ia harus menyerah?

---

Angin malam bertiup pelan. Lampu gantung di teras belakang villa menyala temaram. Suara jangkrik terdengar samar, bercampur dengan desahan ombak dari kejauhan.

Niki berjalan santai, menghampiri Kael dan Juan yang sedang berdiri di balkon.

“Gue udah gak tahan liat ini semua,” ujar Kael pelan. Yang mana, Riki dan Jayden sudah tahu apa yang menjadi topik pembahasan Kael.

Jayden menoleh. Matanya juga penuh beban. “Dari awal udah salah, El. Tapi sekarang, makin gak bisa dibiarin.”

“Dia bener-bener gak punya hati. Istrinya jatoh, terus luka, yang dia tolong malah Raina? Gila... itu bukan cuma sakit. Itu penghinaan.” Ucap Kael, terlihat frustasi dengan masalah rumah tangga orang.

“Gue punya rencana,” Riki berkata pelan, membuat Jayden dan Kael langsung menoleh kearahnya.

"Rencana apaan?" Tanya Jayden.

“Gue ngerasa, Evan nggak suka kalau gue terlalu deket sama Na. Dia bahkan mau ngobrol sama gue malam ini, karena ngeliat gue ngasih obat ke bininya. Pasti buat memperingati gue supaya jauh-jauh dari Na."

“Dan?” tanya Kael menuntut.

“Dan itu artinya, dia peduli. Dia nggak sadar kalo dia udah cinta sama Na."

Riki mencondongkan tubuhnya kearah mereka, kedua tangannya bertaut.

“Dia boleh ngomong dia benci Na, bilang ini semua cuma buat dendam… tapi dari cara dia ngejaga jarak Na dari gue, dia jelas cemburu. Dan kayaknya... itu bisa gue manfaatin. Gue nggak mau nyakitin siapa-siapa. Gue cuma mau Evan sadar secepatnya, kalo sebenernya dia itu cuma denial selama ini. Jangan sampe dia nyesel nantinya." Jelas Riki.

"Sebenarnya, akhir-akhir ini gue merhatiin Evan. Dia memang sering kelihatan nggak seneng kalo lo lagi deket Na. Tapi... Lo yakin pake cara ini, Rik? Lo tahu Evan bukan tipe orang yang bisa diajak main main. Tempramennya jelek." Setelah mengatakannya, Kael bergidik membayangkan Evan saat marah.

"Tenang, gue bakal main cantik. Tujuan gue bukan rebutan, bukan drama. Gue nggak akan bersikap seolah mau ngerebut Na dari dia, tapi gue bakal muncul setiap Evan nyakitin Na. Seenggaknya sampe kita balik ke Jakarta."

"Jadi.. Lo mau mancing reaksi dia? Dengan bikin dia cemburu?" Tanya Jayden.

Riki menatap lurus ke depan.

"Iya, lebih tepatnya mancing kewarasan dia balik."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 18 - Pelukan Hangat

    Di halaman belakang, aroma sisa barbeque masih tercium. Beberapa masih duduk santai. Jay dan Ara di pojokan dengan selimut, Riki tertawa keras bersama Kael dan Ian, Diendra dan Agnes mengobrol kecil di meja panjang.Dan di antara mereka semua, ada Evan yang duduk di ujung dengan hoodie terpasang sempurna. Wajahnya tampak datar, tak ikut berbaur ataupun mengobrol dengan mereka. Ia hanya sibuk memandangi api kecil di grill.Na mendekat pelan, langkahnya ragu-ragu.“Evan…” bisiknya pelan.Beberapa orang menoleh, tapi cepat mengalihkan perhatian. Seolah tahu ada sesuatu di antara pasangan itu, tapi memilih tak mencampuri. Meskipun Kael dan Riki tetap diam-diam memperhatikan gerak-gerik pasangan itu.Evan menoleh sebentar, lalu melengos, menyadari istrinya menyusulnya. Wajahnya tampak murung dan tidak dalam mood yang bagus. Tangannya sibuk membuka bungkus marshmallow dengan gerakan cepat. Plastik itu ia robek dengan kasar, menghasilkan suara ‘krek’ yang cukup mencolok, meski ia tak terliha

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 17 - Evan Ngambek

    Udara Lembang masih menyisakan embun ketika Na terbangun lebih dulu. Sinar matahari yang menyelinap dari balik tirai jendela villa tak cukup mengusir dingin yang menggigit kulitnya.Ia menggeser selimut perlahan, menahan nafas saat tubuh Evan yang masih tertidur menggeliat di sebelahnya. Wajah Evan saat tidur begitu tenang, namun Na masih menyimpan bekas bayang amarah semalam. Kata-kata Evan yang menusuk terus terngiang di kepalanya."Pinter dikit. Gak semuanya harus lo jawab."Na menghela napas pelan. Ia bangun, berjalan menuju kamar mandi, berusaha menenangkan pikirannya dengan membasuh wajah. Matanya sembab, sedikit memerah, tapi ia sudah terlalu terbiasa menelan tangis dalam diam, menjaga agar emosinya tidak memancing emosi lelaki yang kini terbangun.Saat ia kembali ke kamar, Evan sudah duduk di tepi ranjang, menatapnya dalam diam. Evan lalu berdiri, berjalan menuju jendela, membuka tirainya lebar-lebar. Cahaya langsung menerangi ruangan. “Mandi sana. Kita bakal keluar bentar.

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 16 - Games Time!

    Tawa terdengar dari ruang tengah villa. Lampu temaram dan suara musik pelan dari speaker mengiringi suasana malam itu. Uno Stacko, camilan, dan kopi panas berseliweran di atas meja. Semua terlihat santai dan tertawa, termasuk Evan. Tawa dan teriakan memenuhi ruang tengah villa malam itu.Na, perempuan itu duduk di antara Evan dan Kael. Wajahnya tampak lebih hidup dari biasanya, senyumnya mengembang tipis setiap kali Riki atau Sean melontarkan lelucon bodoh, atau saat Kael pura-pura curang saat mengambil balok uno.Seolah ia melupakan semua hal menyesakkan didada. Malam itu, Na hanya ingin merasa... normal.“Gue ulang ya peraturannya. Satu orang harus jawab cepat dalam tiga detik. Kalau enggak bisa jawab, hukumannya… minum sirup bawang putih ini!” Ara menunjuk gelas kecil berisi cairan aneh yang disiapkan Jayden.“Woy, apa-apaan hukumannya!” keluh Sean, membuat yang lain ketawa.“Makanya, cepet mikir!” timpal Agnes yang duduk bersila di samping Kael.“Gue duluan ya,” kata Riki sambil d

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 15 - Lembang

    Juan:Ajak pasangan masing-masing ya? Ga seru kalo ga rame.Jayden:Bebas. Villa nya di Lembang. Udaranya dingin, tapi kolamnya anget. Bawa baju tipis, Van😏Evan membalas singkat,'Gak usah pake baju sekalian.'Jayden:Gue pegang bookingan. Jangan lupa stok kopi ya.Sean:Dan cemilan. Jangan kayak liburan kemaren, ngandelin gorengan depan villa sampe rebutan tahu isi 😤Riki:Gue bawa Uno Stacko. Yang kalah harus bikin mie buat semua orang 😏Juan:Boleh, asal jangan nyetel lagu galau jam 2 pagi lagi. Gue pengen tidur damai kali ini 🙄Ian:Wkwkwk yang nyetel tuh si Kael kemarin. Tau-tau volume maksimal, isinya Fiersa Besari.Kael:Biar kalian merenung, bro. Hidup gak cuma tawa dan tahu isi.Ian:Nyetel lagu galau gak masalah. Asal jangan ngajak berenang jam 3 pagi lagi, please. Gue pengen hidup panjang🙂‍↕️Evan:Wkwkwk itu siapa sih yang pertama nyemplung? Tau-tau semua nyusul.Kael:Gue cuma bilang airnya anget. Gak maksa kalian ikut juga.Sean:Kael lagi Kael lagi.Jayden:Anget

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 14 - Liburan Part 2?

    Sudah tiga hari sejak Evan berubah. Bukan berubah menjadi lebih lembut—bukan itu. Tapi berubah menjadi lebih melekat, lebih menuntut. Lebih sering muncul di segala sisi hidup Na. Hari-hari Na berubah sejak malam itu. Karena Evan yang kini menempel di setiap langkahnya.Dulu, pria itu bahkan tak peduli kalau Na menghabiskan waktu seharian di kamar. Sekarang, bahkan saat Na berdiri sedikit lebih lama di dapur dengan Bi Nani, suara Evan bisa terdengar dari ruang tengah."Lo masak sampe lupa waktu? atau sengaja bikin gue kelaperan?" Nada bicaranya bukan marah. Tapi menuntut. Persis seperti anak kecil yang merasa diabaikan.Na menghela nafas. “Sabar ya, nanti aku bawa ke meja kalau udah mateng."Evan tak menjawab, ia duduk diruang tengah sambil memengang remot TV. dari sana, ia bisa melihat punggung gadis itu yang tampak sibuk menata makanan dimeja, sesekali Na mengobrol dengan Bi Nani. Evan bisa melihat tawa kecil istrinya saat ada pembahasan yang lucu. Kalau dingat-ingat, sudah lama Eva

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 13 - Bi Nani

    Cahaya lampu kamar meredup perlahan, digantikan dengan cahaya matahari yang masuk melalui sela tirai jendela. Udara dingin menempel di kulit. Na membuka mata pelan, tubuhnya terasa remuk. Lengan Evan melingkari pinggangnya dari belakang. Nafas pria itu tenang, tidur nyenyak, seolah malam tadi tak terjadi apa pun. Seolah semuanya biasa saja.Semalam, saat ia mengucapkan kata cerai, ia mengira segalanya akan berakhir. Ia pikir, Evan akan menyambutnya dengan senyuman sinis dan ejekan dingin—seperti biasa. Atau mungkin pria itu akan berterimakasih padanya karena membebaskannya dari pernikahan yang tidak bahagia. Namun yang terjadi justru sebaliknya.Evan marah. Bukan marah seperti biasanya. Bukan sekadar kata-kata tajam atau sikap dingin yang menjatuhkan harga dirinya. Tapi kemarahan yang meledak-ledak dan berhasrat.Hasrat yang menyentuh tubuh Na, meninggalkan jejak-jejak yang tak hanya terasa di permukaan—tapi jauh di dalam.Gadis itu menahan napas. Sejak pernikahannya, baru kali ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status