Share

Bab 2

Langkah Rama terhenti ketika ada seseorang yang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang. Feri sedang berlarian menghampirinya. "Gimana Rama, jadi dengan rencana kita?" tanyanya. Napasnya sedikit ngos-ngosan. 

"Rancana yang mana?" tanya Rama balik tanya. 

Rama dan teman-temannya memang mempunyai rencana untuk melakukan camping di gunung Semeru. Rencana itu memang sudah lama. Namun selalu gagal karena banyak kegiatan di kampusnya. "Apa tidak berbahaya kita memilih tempat itu," kata Feri. 

Bukit Tanjakan Cinta memang cukup menantang. Namun tempat itu sudah disepakati bersama. Mereka tidak bisa merubah dengan menggantikan lokasi lainnya tanpa melalui kesepakatan bersama. 

Ya, Bukit Tanjakan Cinta, sebuah bukit yang berada di dekat Ranu Kumbolo dan Oro-Oro Ombo. Konon, untuk menuju bukit itu, mereka harus melalui sebuah jalan setapak. Saat mendaki bukit itu, mereka dilarang menoleh ke belakang. Jika mereka melakukannya hubungan percintaan mereka akan putus. Anehnya, kepercayaan itu sampai sekarang masih melekat di masyarakat. 

"Justru banyak tantangan semakin seru, Fer," seloroh Rama. 

Rama sendiri belum tahu seperti apa bukit itu. Dia ingin membuktikan sendiri apakah benar keyakinan masyarakat selama ini. 

"Aku jadi ngeri mendengarnya," kata Feri kemudian. Bulu kuduknya seperti merinding. 

Keesokan paginya, mereka berangkat ke gunung Semeru. Dua mobil itu membawa rombongan mereka. Sekitar delapan jam lamanya mereka sudah sampai di puncak. Semilir angin pegunungan mulai terasa. Apalagi senja mulai memerah di ufuk barat. 

Delapan mahasiswa itu kemudian mendirikan dua buah tenda. Mereka tidak menyangka langit tiba-tiba mendung. Awan hitam bergulung-gulung di atas puncak. Hujan pun tak bisa dibendung. 

"Kita tidak bisa naik ke bukit di tengah cuaca seperti ini," ujar Rama. Di luar tenda, hujan sangat deras sekali. Mereka mulai menyalakan api karena cuaca sudah mulai gelap. 

"Mana yang lainnya? Kalau bisa kita ngumpul semua di satu tenda," kata Bando. Cowok itu memilih duduk di pojok tenda. 

"Jangan. Kita tidak mungkin tidur dalam satu tenda dengan cewek-cewek itu. Bisa bahaya," ujar mahasiswa lainnya, Tedy. 

"Tapi demi keamanan mereka, aku kira tidak masalah. Dari pada kita kedinginan seperti ini," seloroh Bando. 

Mendengar sahutan Bando, mahasiswa lainnya tertawa. Mereka tahu isi otak Bando yang selalu ngeres. "Benar tidak, Ram?" kata Bando lagi. 

Rama hanya tersenyum. Ia merasakan hawa dingin yang mulai menusuk. "Sebaiknya kita tidur bergantian. Sekedar berjaga-jaga saja," kata Rama setelah beberapa saat terdiam. 

"Usul," suara Bando menyela sambil mengacungkan tangan. "Bagaimana kalau aku saja yang berjaga-jaga ditenda sebelah?" 

Mendengar usulan Bando, mereka serentak menolaknya. Lalu melempar cowok itu dengan benda apa saja. "Huuuuuu....."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status