Home / Romansa / CINTA UNTUK GADIS TERNODA / 1. Perlu Diselamatkan

Share

CINTA UNTUK GADIS TERNODA
CINTA UNTUK GADIS TERNODA
Author: Sayap Ikarus

1. Perlu Diselamatkan

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2025-01-31 07:53:50

Mewarisi perusahaan yang dikelola oleh keluarga besar Dhanapati, Ryu Raiden Dhananjaya harus berakhir di dalam perkebunan sawit rimbun Kalimantan Tengah yang jauh dari keramaian dua bulan belakangan ini. Bagaimanapun, ia sulung dari pasangan Gentala Rainer Dhanapati, pengusaha perkebunan kelapa sawit tersohor dan Mika Hayu Lyana Indrajaya—pewaris perusahaan rokok terbesar di Jawa. Jadi, mau tidak mau, Ryu harus rela melanjutkan bisnis keluarga demi membuktikan kualitas dan kemampuannya dan hidup menepi dari hiruk-pikuk perkotaan.

"AZURA!!"

Satu detik. Dua detik. Tiga detik.

"AZURA!!"

"Inggih Bapak (Banjar: Iya, Bapak), maaf Pak, saya baru kembali dari kantin," ucap Rara, begitu Lembayung Azura Arunika akrab dipanggil. Ia menyembulkan kepalanya di pintu ruangan sang bos, tersenyum cantik.

"Ngapain di kantin?" tanya Ryu, lelaki berparas rupawan dengan perangai 'buta hejo' kata para karyawannya ini.

"Maaf, ini jam makan siang kan Pak?" Rara meringis polos.

"Sejak kapan kamu ikut jam makan siang karyawan?" Ryu tetap memandang layar laptopnya meski ia berbicara pada Rara di pintu.

"Maaf Pak, kebetulan pagi ini saya nggak bawa bekal, jadi saya beli camilan di kantin," kata Azura polos. "Bapak perlu saya pesankan makan siang juga di kantin?" tawarnya.

Ryu menoleh Rara seketika, ia berdecak sebal, "Nggak perlu. Saya mau pergi keluar, makan siang di warung," ujarnya.

"Saya panggil Mas Jaka kalau gitu ya Pak."

"Jangan! Saya nyetir sendiri!" cegah Ryu.

"Baik Pak," Rara mengangguk, mana mungkin ia membantah.

"Kamu ikut saya!" pinta Ryu otoriter.

"Hah? Saya sudah makan cemilan lho Pak," desis Rara melongo.

"Posisi kamu di kantor ini sebagai apa?" tanya Ryu nyolot.

Rara menggaruk lehernya yang tidak gatal, Personal Assistant, Pak," ujarnya.

"Tugas kamu yang melekat sama posisi itu apa?" Ryu mengejar jawaban sambil berdiri dari kursi kebanggaannya.

"Memenuhi semua yang General Manager Agrorai butuhkan."

"Terus? Itu artinya kalau saya pergi keluar seharusnya kamu ikut juga nggak?"

"Ikut selama masih dalam jam kerja, Pak."

"Terus? Kenapa kamu bersikap seolah sekarang sudah bukan jam kerja?" tanya Ryu memojokkan.

"Eh, maksud saya, tadi kan Pak Ryu bilang mau makan siang, jadi saya pikir itu ranah pribadi Bapak, bukan urusan kerjaan," ucap Rara ada benarnya.

"Kamu bosan kerja sama saya?" tembak Ryu langsung, ia lewati Rara yang berdiri di pintu ruangannya.

"Hah? Bukan begitu Pak. Mana mungkin saya bosan," elak Rara cepat. Sedikit banyak, ia mulai bisa membaca apa yang Ryu coba utarakan padanya.

"Selama jam kerja belom selesai di jam 4 sore, kamu milik saya, Azura. Entah apapun kegiatannya, posisi kamu melekat pada posisi saya di perusahaan ini!" desis Ryu sejenak menghentikan langkahnya. "Nunggu apa lagi? Masih mau berdiri di situ, atau pulang dan jangan pernah kembali bekerja di sini lagi? Sudah siap ngasih saya surat pengunduran diri?" tantangnya.

"Ya?" Rara tercekat sesaat. "Ah, iya, mari Pak, silakan, saya dampingi Bapak ke manapun," ujarnya tersadar.

"Saya nggak ngerti kenapa Mama rekomendasiin kamu buat jadi PA saya," dumal Ryu sambil melangkah menuju parkir mobilnya.

"Pak Rain juga merekomendasikan saya ke Bapak kan Pak," sahut Rara benar-benar lugu. 'Kalau nggak karena diminta Pak Rain dan Bu Mika, mana bisa aku tahan sama Buta Hejo kayak kamu!'

"Terserahmu," gumam Ryu tak terlalu peduli, ia buka pintu kemudi mobilnya sambil melambai pada dua satpam di depan gerbang pabrik. "Azura!" desisnya gemas begitu menyadari sesuatu.

"Ya Pak?" Rara tersenyum manis tanpa beban.

"Duduk depan! Kamu pikir saya sopir pribadi kamu?" tegur Ryu kesal. Pasalnya, Rara justru duduk di kursi penumpang di belakang bak nyonya besar.

"Ah, maaf," cepat-cepat Rara berganti posisi dan masuk di kursi penumpang depan. "Maaf saya kebiasa duduk di belakang mendampingi Bu Mika kalau ada sopir, Pak," cengirnya.

"Pantes Mama bilang kalau kamu butuh diselamatkan," cecar Ryu sambil melajukan mobilnya. "Sekarang, saya sadar kalau sebenarnya saya yang perlu diselamatkan!" dengusnya.

Rara hanya membasahi bibirnya untuk memberi tanggapan. Ia tahu, semakin ia bicara, Ryu semakin mencercanya. Bos tampannya ini memang sudah terkenal galak, cenderung ke tegas dan tega, mulutnya tajam setajam alat panen sawit yang mirit celurit itu. Belum lagi sindirannya, Ryu adalah juara se-perkebunan Agrorai, perkebunan sawit yang dipimpinnya.

Sebaliknya, Ryu memilih untuk diam dan fokus pada kemudinya. Tak ada yang tahu bagaimana isi hati Ryu saat ini. Ryu yang didaulat oleh sang mama untuk turut menjaga sang PA tentu memikul banyak tanggung jawab. Bukan hanya kehendak mamanya, rasa tanggung jawab Ryu atas Rara juga berasal dari hatinya, tentang kenangan di masa muda. Semua kenangan itu terkunci rapat di gelang lusuh yang setia Ryu kenakan, tapi terlupakan oleh Rara seorang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   124. Tercantik Di Hati

    "Ya udah, maaf ya. Harusnya aku pura-pura nggak kenal aja ya tadi?" sebut Ryu. "Iya." Ryu tersenyum. Rara ketika cemburu jauh lebih menggemaskan dan imut. Begini saja sudah sangat menghibur Ryu yang jika ditanya, ia tak akan bisa berpindah ke lain hati, hanya ada Rara di hatinya. "Mau ke ruangan Papa lagi?" tawar Ryu, bermaksud merubah mood istrinya yang sedang kesal. Rara menggeleng, "Mau pulang. Aku minder di sini," tukasnya mengamati tubuhnya sendiri. "Kamu cantik, luar biasa, nggak ada yang bisa nandingin cantikmu," puji Ryu tulus. "Serius? Pake sandal selop kampung begini? Mas bandingin coba sama si Helena yang pake highheels tadi. Timpang nggak kalau aku di sebelah dia?" "Timpang karena kamu istriku, calon nyonya CEO perusahaan sedangkan dia cuma karyawan. Kamu yang bakalan punya kuasa." "Mas! Ayolah!" desis Rara geregetan. "Gim

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   123. Perempuan Lain?

    "Kamu kerja di DC?" tanya Ryu tak percaya, ia amati lanyard yang tergantung di dada Helena. "Iya Kak, aku manajer purchasing yang baru," jawab Helena sumringah. "Oh," Ryu manggut-manggut. "Selamat datang di Dhanapati," sebutnya ramah. "Makasih Kak," ucap Helena. "Aku denger kamu di Kalimantan kan? Atau sekarang udah ke sini lagi?" tanyanya. "Iya, aku pegang kerjaan di sana, ini cuma lagi liburan aja. Ah, istriku," tunjuk Ryu pada Rara yang sejak tadi hanya diam, memperhatikan suaminya mengobrol asik dengan perempuan lain di depannya. "Ah, hai, Helena!" sapa Helena mengulur tangan untuk bersalaman. "Azura," sambut Rara tersenyum. Ia jabat tangan Helena sekejap. Sebenarnya, Rara tak perlu merasa cemburu, toh, Ryu sudah menjadi miliknya. Namun, tampilan Helena yang jauh lebih modis, cantik, ceria dan memikat itulah yang membuat Rara terbungkam. Helena juga tampak akrab dengan Ryu, membuat atmosfer di sekitar mereka tampak tak lagi terlihat. "Helena ini, adek kelasku pas SMP, Say

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   122. Seseorang dari Masa Lalu?

    "Kamu serius masih mau jadi PA di sini? Padahal sebagai Nyonya Ryu, kamu bisa duduk santai di rumah," kata Ryu sembari berdiri. Ia melambai pada petugas kantin untuk memasukkan pesanannya dan Rara ke dalam tagihan pribadi. "Aku kebiasa kerja Mas. Kalau cuma diem di rumah, pikiranku sering kosong, takut kesurupan masa lalu lagi," bahas Rara masuk akal. Ryu tertawa, ia menyulut lagi sebatang rokok baru, diselingi menyesap es kopi favoritnya. "Kenapa Mas? Kualifikasiku nggak pantes ya buat jadi PA CEO di DC?" gumam Rara tersadar. "Aku yang cuma lulusan SMA pun persamaan paket C ini?" tanyanya rendah diri. "Hei, kok mikir gitu, aku sama sekali nggak mempermasalahkan soal kualifikasi pendidikan kamu, Azura." "Tapi aku sadar diri," sambar Rara. "Aku kuliah dulu aja di sini, boleh?" Mata Ryu membulat tak percaya, "Kamu serius?" tanyanya meyakinkan sang istri. "Aku nggak mau orang-orang mandang jelek Mas Ryu. Masa istri CEO cuma lulusan SMA persamaan. Maksa banget jadi PA juga.

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   121. Mengimbanginya

    "Ayah nggak bisa ceraiin Bu Endah karena adek kamu. Menurutku masuk akal sih," ucap Ryu setelah menerima telepon dari Pak Darwis yang tak mau diterima oleh Rara. "Kasian Hera," sebutnya. "Salah nggak ya Mas kalau aku nggak bisa maafin Bu Endah? Atau aku masih marah sama Ayah?" tanya Rara gusar. "Wajar kok, aku nggak nyalahin perasaan kamu," jawab Ryu sambil menyesap rokoknya dalam-dalam. "Sebenernya aku kasian sama Ayah. Udah tua, tapi musti nyukupin kebutuhan Hera dan Ibuk. Kadang aku pengin ngirim uang, tapi aku takut uangku disalahgunain lagi sama Bu Endah," desis Rara. "Menurutku, kamu nggak perlu lagi ngerasa harus bertanggungjawab. Ya oke, soal Pak Darwis, itu kuambil alih, biar aku yang cukupi kebutuhannya," ucap Ryu baik hati. "Enggak gitu Mas, Mas kan malah yang jadi repot. Aku sayang sama Hera, ada darah Ayah yang ngalir di tubuh kami berdua. Tapi kalau Ibuk, aku nggak bisa maafin dia," ucap Rara parau, serasa air mata hampir lolos jatuh ke pipinya. "Kamu mau B

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   120. Menikmati Kehidupan Setelah Menikah

    "Kamu denger sendiri kan Ra? Kalau kamu nggak minta, Ryu nggak akan mau ke sini," ucap Rain. "Seminggu ini, nikmati liburan kalian ya," katanya bijak."Mereka mau ke Swiss setelah dari sini, bulan madu," ujar Mika. "Iya kan Bang?" tanyanya menoleh sulungnya."Masih proses ngobrol sama Opa Kemal, Ma, aku belom tanya Rara juga. Dia mau ke Jerman atau ke Swiss," jawab Ryu."Gue ikut Bang," sergah Reiga iri."Nggak ada! Mana ada gue suruh ngasuh lo, lagian lo sekolah," tolak Ryu mentah-mentah."Ini juga, Abangnya mau bulan madu segala mau ikut," tegur Mika gemas. "Rara capek ya? Istirahat gih, pasti masih nggak enak badannya abis perjalanan jauh," ujarnya mengamati Rara yang hanya diam bahkan setelah ia menuntaskan hidangan makan malamnya."Ke kamar yok," ajak Ryu yang langsung ditanggapi anggukan oleh Rara."Maaf semuanya, aku ke kamar dulu," pamit Rara sopan.Tak lagi malu-malu menunjukkan perhatian, Ryu meng

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   119. Pembagian Warisan

    "Jadi, mau tinggal di Jakarta aja?" tawar Opa Julian sambil melirik cucu menantunya."Ya?" hampir Rara tersedak. "Kami masih aktif bekerja di kebun, Opa," balasnya tertegun. Ia melirik suaminya yang masih asik menikmati hidangan makan malam, santai sekali."Ryu bakalan menggantikan Papanya di DC, paling dua tahun dari sekarang, dia harus sudah bisa pegang DC," ucap Opa Julian. "Ryu cuma tiga bersaudara, kamu tau dia sulung dan DC adalah tanggung jawabnya.""Pa," Rain angkat bicara. "Anak-anak masih muda, Ryu baru aja nikah, biarin aja lah mereka menikmati suasana kebun dulu," katanya."Kecuali," sela Mika, "kalau emang Rara nyaman dan betah di Jakarta, ya udah, biar Rara aja di sini sama Ryu. Kebun biar Mas Rain lagi yang tangani," usulnya."Ini nggak ada yang mau bantuin aku di pabrik?" celetuk Raya. "Aku cewek lho, suruh ngurusin rokok, tolong deh!" protesnya."Mama juga cewek, dan Mama juga sukses ngurus Indrajaya sendirian," sergah Rain."Ada Uncle Kev support system-nya betewe!"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status