Berniat menjadi aktris, Raya justru harus mengalami pelecehan seksual. Kehormatannya dirobek dan dicabik tanpa ampun. Demi secuil harga diri yang tersisa, Raya mengorbankan segalanya dan pergi menjauh. Sayangnya Raya masih harus menerima fakta bahwa dia mengandung benih orang yang menyakitinya. Hingga seorang pria datang memberinya cinta dan kehangatan. Raya pikir hidup mereka akan indah. Namun, pada akhirnya pria yang melecehkannya juga kembali hadir dan menyatakan ketertarikannya pada Raya. Seketika, Raya merasakan hidupnya seperti jatuh ke neraka lagi. Seolah rasa sakitnya tidak cukup. Fakta pria yang dicintainya adalah keluarga pria yang melecehkannya membuat Raya frustrasi. Raya hanya bisa bertanya-tanya, kapan bahagia akan datang dan bertahan dihidupnya?
View More“Kau mengatakan untuk bersikap sopan? Betapa lucunya!” Gin dengan ceria mengangkat dagu Raya menggunakan ujung jarinya.
Gadis ini baru ditandatangani oleh perusahaan hiburan kelas dua yang biasa memberi Gin semacam 'upeti' demi mendapatkan keuntungan.Terlihat kecil, murni, polos dan rapuh. Sangat cantik dan menarik.Inilah mengapa Gin menyukai calon bintang ataupun bintang kecil. Mereka kebanyakan masih murni dan menyegarkan. Sangat enak dilihat.Raya cepat-cepat mundur. Menjauh dari sentuhan Gin yang membuat nalurinya diserbu oleh rasa takut. Dia ingin berlari, cepat pergi menjauh dari tempat ini.“Tolong jangan sentuh aku.” Bisik Raya. Gugup, kesal dan sedikit gemetar.“Aku sudah membelimu. Bagaimana mungkin aku tidak menyentuhmu?” gumam Gin penuh godaan.Raya ingin mundur, tapi punggungnya sudah menempel dengan pintu. Tubuhnya gemetaran. Bagaimanapun dia mengepalkan tangannya ingin meredakan getaran tubuhnya, itu tak berhasil. Raya takut. Sangat takut dengan apa yang didengarnya.Kebahagiaannya akan menjadi aktris muda mulai retak. Didalam hatinya dia masih memiliki harapan jika kebahagiaannya tidak boleh hancur.Dia tidak rela. Dia baru saja menandatangi kontrak. Dia seharusnya datang kesini untuk mendapatkan satu peran dalam sebuah drama. Bukannya pelecehan!“Tuan muda, kau tak bisa memaksaku! Ini adalah kriminal!” Jerit Raya. Matanya nyalang penuh amarah karena ketidakrelaannya.Tapi seharusnya dia tahu ini sejak awal. Prilaku Soni sangat gamblang. Pria itu membawanya menemui sponsor yang bisa memberinya dukungan sumber daya. Tidak ada pertemuan sponsor dan artis yang murni.Soni menjualnya!fakta ini seolah menghancurkan harapan dalam ilusi Raya, menamparnya dengan kenyataan yang menyakitkan.Gin memiringkan kepalanya. Matanya berkilat-kilat penuh lelucon saat menggosok bibirnya yang berdarah karena digigit Raya saat dia mencium gadis itu. Dia tersenyum menggoda dan berkata, “Kriminal itu jika ketahuan. Jika tidak, ini hanya disebut bersenang-senang.”Raya menggelengkan kepalanya samar. Dia pikir jenis orang kebal hukum seperti Gin hanya akan ditemuinya di novel atau film. Ternyata dia langsung menemuinya dihari pertama menandatangani kontrak!Seberapa besar rasa beruntung Raya bertemu Soni di awal, sebesar itu juga penyesalan Raya telah jatuh ke dalam bujuk rayu kata-kata manis Soni.Pria itu jelas berjanji memberinya pekerjaan dengan cepat. Tapi kecepatan jenis ini sama sekali bukan yang diinginkan Raya. Dia ingin bekerja dengan bersih. Bukannya menjual tubuhnya demi peran dalam sebuah drama.Raya tidak bisa menerima ini!“Aku tidak menginginkan peran itu. Tuan muda, aku tidak akan mengambil peran itu. Tolong biarkan aku pergi.” Ucap Raya sengit, penuh amarah tapi juga bercampur rasa takut.“Apa kau pikir aku membelimu hanya dengan peran itu?” Gin tertawa jenaka. Dia menggeleng tak berdaya melihat ketidaktahuan Raya, “peran itu hanya tambahan. Harga utama tentu saja dimiliki oleh bosmu. Omong-omong aku membelimu dengan harga mahal, jadi kau tidak perlu merasa rendah diri.”Raya tercengang. Mulutnya terbuka tapi tak tahu harus berkata apa. Dia marah. Sangat marah. Terlalu marah hingga sulit menemukan kalimat untuk diucapkan yang bisa mewakili kemarahannya.Pada akhirnya dia hanya ingin pergi dari tempat busuk yang didiami oleh bajingan menakutkan yang sekarang berdiri dan tersenyum didepannya.“Tuan muda, biarkan aku....”Sebelum Raya selesai bicara, tubuhnya sudah ditarik dan jatuh ke pelukan Gin Lagi. Kali ini, pria itu memegangnya dengan kuat.“Lepaskan! Lepaskan aku!!” jerit Raya memberontak saat Gin mencium lehernya dan berusaha melucuti pakaiannya.“Sistem kedap suara kamar ini sangat bagus. Jangan membuang tenaga,” ucap Gin dengan nada tak sabar.“Aku mohon! Tuan, jangan perlakukan aku seperti ini! Aku mohon hentikan!” tangis histeris Raya memenuhi ruangan saat gadis itu berusaha mempertahankan pakaiannya yang akan dirobek Gin.Raya merasa akan gila karena terlalu marah dan takut. Tubuhnya sudah gemetaran hebat. Membuatnya kesulitan mempertahankan cengkeramannya pada pakaiannya yang ditarik paksa oleh Gin.Plak!Suara tamparan bergema dipendengaran Raya. Tubuhnya membeku merasakan sakit yang menjalar dari pipi ke seluruh tubuhnya. Terutama hatinya.Sudut bibir Raya berdarah karena kuatnya tamparan yang dilayangkan Gin. Raya merasa pikirannya kosong dan pandangannya menjadi gelap sesaat.Entah bagaimana dalam keheningan beberapa detik itu, Raya tiba-tiba teringat ucapan Linda Mei saat mereka bertemu didepan perusahaan beberapa waktu lalu. Wanita itu berharap kebahagiaannya saat menandatangani kontrak bertahan selama beberapa hari.Sayangnya, ini bahkan belum lewat sehari dan dia kehilangan rasa bahagianya.Kebahagiaannya yang semula retak kini telah hancur berkeping-keping.Disaat Raya mematung, suara Gin terdengar.“Bukankah manajermu mengatakan agar kau patuh melayaniku? Konsekuensi menjadi tidak patuh benar-benar tidak baik,” ucap Gin dengan nada mencemooh. Tak lupa tangannya merobek pakaian Raya hingga memamerkan tubuh gadis itu.“Lepaskan! Kau bajingan! Kau penjahat! Lepaskan!” Raung Raya saat pikirannya kembali bekerja. Amarahnya menyerbu kepalanya hingga terasa akan meledak.Sayangnya, semakin Raya memberontak, semakin banyak luka yang didapat. Bahkan jika dia berhasil melayangkan satu atau dua pukulan dan gigitan, tenaganya sama sekali tidak sebanding dengan Gin. Tubuhnya masih berhasil dilemparkan ke kasur dan ditindih oleh Gin.Disisi lain, kekeraskepalaan Raya dan pemberontakannya justru memancing amarah Gin. Dia ingin membuat gadis dibawahnya menangis hingga pingsan. Menikmati kesenangan dari jeritan pilu dan air matanya.“Aaaaaaarrrgghhh!!!” Raya menjerit panjang kesakitan ketika Gin merampas paksa kehormatannya tanpa pemanasan apapun. Tubuhnya seperti terbelah dan menyemburkan darah. Kukunya melesak masuk ke lengan Gin akibat dari menahan rasa sakit tubuh dan hatinya.Selanjutnya Gin menyiksanya sepanjang hari dan malam tanpa pengaman. Sama sekali tidak memikirkan akibat yang akan ditanggung Raya dimasa depan. Yah, bagi Gin selama dia senang, hal-hal lain berada diluar pertimbangannya. Bahkan pria itu masih melakukannya saat Raya jatuh pingsan.Ketika dirinya diambang sadar dan tak sadar, Raya tiba-tiba ingat senyum meyakinkan dan percaya diri Soni ketika pria itu mengatakan akan membuatnya terkenal dalam satu tahun.Raya merasa dirinya sangat konyol saat memuji Soni yang bersiap membawanya ke sponsor yang akan memberinya sebuah peran.Semua mimpinya dihancurkan menjadi debu bahkan ketika itu masih sebatas mimpi dan angan-angan.Raya sangat marah, ingin mencekik Soni sampai mati. Ingin menendang tuan muda yang saat ini berada diatasnya sampai mati. Dia bahkan merasa ingin mati. Berharap kematian bisa membuatnya berpikir bahwa ini hanyalah mimpi buruk.Sayangnya mimpi buruk ini terlalu nyata.Hari berikutnya Raya terbangun dengan tubuh babak belur. Dia menatap langit-langit kamar hotel. Diam-diam bulir air mata bergulir disudut matanya dan jatuh ke bantal.Tidak ada Gin di ruangan itu. Mungkin pria itu sudah merasa puas dan pergi. Raya tak bisa peduli. Dia hanya merasa dunianya runtuh saat ini. Seolah tanpa harapan._Suara lembut Kal yang membacakan dongeng untuk Noval menjadi lebih pelan. Kemudian, saat pria itu melirik si kecil yang meringkuk dipelukan Raya dengan mata terpejam dan nafas teratur, dia berhenti membaca.“Dia tertidur.” Gumam Kal lembut. Pria itu menundukkan kepalanya dan mencium puncak kepala Noval.“Ya. Karena kau pintar membacakan cerita dengan berbagai suara dan emosi.” Puji Raya sambil menggaruk lembut rambut Noval.Setelah mencium kepala Noval, Kal mendongak. Sehingga posisinya kini satu garis lurus dan ambigu dengan wajah Raya. Senyumnya mengembang main-main terutama saat melihat rona malu-malu Raya.“Karena kau ada disini sehingga membuatnya merasa aman. Raya, kau ibu yang baik.” Ucap Kal.Dia ingin memberi segala jenis pujian untuk wanitanya ini, sehingga Raya bisa penuh percaya diri dalam mengasuh putranya. Melepaskan apapun yang membelenggunya dan menghalangi kasih sayangnya untuk secara utuh diberikan kepada Noval.Mendengar ucapan Kal, senyum Raya menegang. Dia yang pa
Raya menggandeng Noval keluar dari bandara. Dia menghela nafas. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya dia kembali ke sini. Tempat yang pernah dia tinggalkan dengan membawa luka.Dalam lima tahun, ada banyak tempat baru yang tidak Raya kenali. Namun tentu saja banyak tempat lama yang familiar bagi Raya.Setelah ragu-ragu sesaat, pada akhirnya Raya berkata pada teman Doni yang menyetir, “bisakah kita berputar melewati jalan S?”Meski Raya tidak begitu yakin tentang tujuan mereka, karena Kal telah meyakinkannya bahwa semua hal sudah diurus, maka dia tidak perlu memikirkan apapun lagi. Dengan begitu, pikirannya yang tidak sibuk memiliki waktu luang memikirkan masa lalu.Tentu saja masa lalu ini dia pilah. Hanya kenangan bahagianya saja yang dia pikirkan.“Oke.” Sahut Hari, supir yang dikirim Kal menjemput Raya yang juga merangkap sebagai salah satu bodyguard Raya kedepannya.Sebenarnya Raya agak tidak nyaman dengan pria-pria baru yang Kal tempatkan disekitarnya. Bersama Doni, dia sedang be
“Aku menyarankan untuk memberikan buket anyelir. Itu melambangkan penghormatan. Bagaimana menurutmu?” Ucap Raya berusaha ramah meski kesannya pada Hans sudah jatuh ke titik terendah sejak Hani mengakan pria ini mungkin menyukainya.“Itu bagus. Buat saja sesuai rekomendasimu.” Ucap Hans dengan senyum ramah. “Kudengar, karyawan disini memiliki libur sesuai tanggal. Apakah benar?”“Itu benar.” Raya mengangguk sambil memilih bunga anyelir.“Lalu tanggal berapa biasanya hari liburmu?” Tanya Hans.Gerakan Raya terhenti saat mendengar pertanyaan Hans. Matanya menyipit tajam. Seolah dia akan meremas bunga cantik ditangannya karena marah. Ya, Raya tidak suka jika ada pria yang tidak dia kehendaki memberikan perhatian ekstra padanya. Dia tidak ingin disukai oleh orang yang tidak dia sukai. “Raya?” panggil Hans dengan ragu.Mengingat saat ini dia sedang bekerja, Raya menahan semua ketidaksenangannya dan menatap Hans dengan senyum kaku.“Tunggu sebentar, aku akan memberikan pita dan buketnya se
Raya melambaikan tangannya pada Noval dan Yasnuar yang pergi ke sekolah. Setelah keduanya tidak terlihat lagi, dia masuk dan mulai berganti pakaian, siap-siap pergi bekerja.Juleha yang baru menghabiskan sarapannya menoleh saat melihat Raya masuk. “Mereka sudah berangkat?” tanyanya.“Ya. Apa kegiatanmu hari ini?” Raya balik bertanya sambil masuk ke dalam kamarnya.Berbicara agak keras, Juleha menyahut, “Aku akan menyelesaikan pembayaran tempat calon cafenya.”“Berapa sewanya setahun?” “Raffa bilang lebih hemat membelinya saja. Jadi aku membelinya.” Ucap Juleha sambil beranjak ke dapur untuk mencuci piring bekas sarapannya.Raya terdiam. Baiklah, otaknya masih berpikir sesuai standarnya sendiri yang sama sekali tidak berlaku untuk Juleha. Selesai bersiap, Raya keluar dan mendapati Juleha sudah duduk manis disofa, menggeser-geser layar ponselnya.“Jam berapa kau pergi?” “Masih jam sepuluh nanti. Raya, suamimu mendepak Niana dari kru film.” Ucap Juleha tiba-tiba.“Berhenti bicara sem
“Dikeluarkan dari kru?!” Tanya Zaki dengan suara yang semakin suram. “Ya, hari ini baru saja aku bersiap untuk syuting namun asisten sutradara menyampaikan pemutusan kontrak dan penggantian kerugian. Jika aku tidak mau meninggalkan kru secara sukarela, mereka mengatakan bahwa aku pada akhirnya akan pergi tanpa uang ganti rugi sepeserpun! Mereka mengancamku! Beraninya mereka mengancamku! Kakak lakukan sesuatu untukku!” Niana berkata dengan marah. Dia sangat marah sampai-sampai merasa kepalanya akan meledak karena terlalu mendidih.Zaki terdiam. Dengan apa yang terjadi pada Niana, sudah dipastikan bahwa semua skandal yang meledak adalah ulah Kal. Pria itu marah padanya karena sesuatu yang berhubungan dengan Niana.“Aaggh! Kal bajingan!” raung Zaki sambil melemparkan ponsel ditangannya sebagai luapan dari kekesalannya yang seolah banjir bandang. Meluluh lantakkan pikiran dan moodnya.Dia membuka laci lainnya dan meraih ponsel cadangan. Setelah mengutak-atik sebentar, dia menghubungi ora
“Apa yang kau inginkan dengan menjemputku secara pribadi?” tanya Kal dingin pada Seno.“Bos, biarkan aku yang menangani Zaki? Aku sudah gatal karena terlalu lama tidak membuat masalah.” Gerutu Seno sembari menginjak pedal gas meninggalkan bandara dan menuju lokasi syuting.Tiwi yang duduk dengan tenang dikursi paling belakang hanya bisa membatin, berapa banyak didunia ini orang yang ingin hidup tenang? Tapi Seno justru pusing karena hidup tenang. Sangat diluar kebiasaan.“Tidak diperlukan. Kali ini bukan untuk membuatnya tidak bisa bangkit. Hanya sedikit mencederainya saja.” Gumam Kal tanpa fluktuasi sembari sibuk dengan ponselnya. Omong-omong dia perlu melapor pada pacar tercintanya.[Aku sudah keluar bandara dan hampir sampai ke lokasi syuting. Apa yang sedang kau lakukan?]Tidak terlalu lama balasan Raya datang.[Membereskan mainan Nono yang hampir tidak memiliki tempat untuk meletakkannya. Tadi, aku sedikit berdiskusi dengan Juleha tentang calon cafenya.]“Lalu kapan kau akan menj
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments