Share

2. Awas Kamu, Nayra!

Author: Glory Bella
last update Last Updated: 2023-10-05 15:06:39

Ida mulai tersulut emosi, lantas berpaling ke arah Nayra yang terlihat tersiksa karena cengkeraman tangan Guna pada lengannya.

"Nggak, Bu. Jangan percaya sama Guna! Guna justru berselingkuh di kamar kami! Aku serius, Bu!" Nayra berusaha membela diri. Kedua pipinya masih basah.

"Nayra, kamu itu sudah umur 23 tahun, harus bisa lebih dewasa sedikit! Jangan apa-apa dibilang selingkuh!" gertak Ida.

"Bu, aku punya bukti! Sungguh." Nayra tergugu.

"Nayra, kamu jangan fitnah aku di depan Ibu! Cepat, mana ponselmu, jangan sampai aku melakukan tindakan yang lebih jauh!" Guna menggoyangkan tubuh Nayra dengan keras akibat amarahnya yang semakin tak terbendung.

Menyadari usahanya sia-sia, Guna lantas mendorong tubuh Nayra hingga membentur dinding. Ia langsung berhambur menuju ke dalam kamar Nayra demi menemukan ponsel wanita tersebut dan menghapus rekam jejaknya di sana.

Nayra tak tinggal diam. Ia segera berlari demi menghadang Guna. Ida pun tak mau berdiam diri. Wanita paruh baya itu melangkahkan kaki cepat menyusul ke dalam kamar.

Sementara Budi yang hanya membeku di tempat mulai menitikkan bulir bening dari pelupuk mata yang telah menua. Rasanya ingin sekali Budi menghentikan sikap Ida yang selalu ikut campur dengan urusan rumah tangga anaknya.

Guna berhasil menemukan ponsel Nayra yang tergeletak di atas kasur. Ia segera memungut benda persegi panjang tersebut lantas menyalakannya.

Begitu melihat layar ponsel Nayra, Guna semakin meradang. Bagaimana tidak, video yang tadi Nayra rekam sudah menyebar dimana-mana.

Nasi telah menjadi bubur. Hujatan yang diterima Guna dan si wanita selingkuhannya meluap. Begitu juga simpati masyarakat mengalir deras tertuju kepada Nayra.

Guna mencengkeram kepala dengan kedua tangannya. Raut mukanya memerah. Ini seperti akhir dari hidupnya. Bahkan teman-teman kerjanya sudah menghubunginya untuk menemui pimpinan langsung siang ini juga. Si bos marah besar dan memanggil dirinya sekarang.

Ida yang mengetahui video tersebut terperanjat. Seketika ia menutup bibirnya dengan rasa tidak percaya.

"Guna, tega-teganya kamu berbuat seperti ini!" murka Ida saat itu juga.

Ida hanya tahu perselingkuhan Guna yang ini, sebelumnya Nayra memilih bisu dan membiarkan dirinya mengatasi masalah rumah tangganya sendiri.

"Bu, Guna khilaf. Guna tidak bermaksud mengecewakan Nayra maupun Ibu." Guna bersimpuh di kaki Ida sekarang.

Ida pun tak kuasa menahan tangisnya. Ia tidak sanggup melihat Guna lagi.

"Tolong, beri Guna kesempatan satu kali lagi," suara Guna serak karena menangis.

Ida diam, tidak tahu lagi harus bagaimana. Hatinya kian teriris menyaksikan perselingkuhan yang dimainkan oleh menantunya sendiri.

"Pergi dari sini, Gun! Aku sudah nggak mau melihatmu lagi!" pekik Nayra dari belakang.

Guna tidak peduli, ia terus memohon pengampunan kepada ibu mertuanya.

"Aku mau kita cerai!"

Sontak ada keterkejutan di wajah Guna maupun ibunya. Guna langsung bangkit berdiri, lalu memandang Nayra dengan tatapan skeptis.

"Apa? Apa maksudnya, Nay?!" Guna melebarkan kedua matanya.

"Kita cerai saja, Gun. Percuma kalau dilanjutkan lagi. Toh, aku juga sudah malu dengan sikapmu itu," ungkap Nayra getir.

"Nay, kamu malu karena kamu sendiri yang menyebarkannya! Kalau kamu nggak begitu, orang lain nggak akan tahu." Guna mulai membela diri.

Nayra mengernyit. "Kamu mau bilang itu salahku, hah? Astaga, ngaca, Gun. Ngaca!"

Tangan Nayra terkepal erat di sisi tubuhnya. Rasanya semua uneg-unegnya ingin ia sampaikan di sini. Nayra sudah tidak sanggup lagi untuk hidup bersama Guna. Ia sadar, selama ini dirinya tidak bahagia.

Guna menggeram. Karena diberondong beberapa telepon sekaligus, ia meraih ponsel dan memeriksanya singkat. Ketika Guna tahu bahwa telepon-telepon itu berasal dari rekan kerjanya, maka ia segera memutuskan untuk melenggang pergi dan menuju kantor.

Selepas kepergian Guna, Ida menatap nanar ke arah Nayra yang berhambur dan memeluk ayahnya yang menangis. Ida mendekat, kemudian menyentuh pelan bahu Nayra.

"Nay, kamu yakin akan menceraikan Guna?"

Nayra mendongak, lantas mengangguk. "Iya, Ibu. Keputusan Nayra sudah bulat."

"Mungkin sekarang ini kamu lagi emosi, makanya kamu bisa bilang begitu. Coba pikirkan dulu baik-baik. Penyesalan selalu datang di akhir." Setelah mengucapkan itu, Ida menyeret kaki menuju kamarnya.

Sementara di tempat lain, Guna memarkir motornya, lalu melepas helm. Pandangannya menyapu area gedung perkantoran dengan gundah.

Guna melangkahkan kakinya berat menuju koridor kantor. Tampak beberapa orang yang berpapasan dengannya memandang dengan tatapan yang sulit diartikan.

Terdengar juga suara berbisik yang ada di sekitarnya. Ketika Guna melempar pandang ke arah mereka, orang-orang itu pun segera berpaling secara eksplisit.

Guna menekuk wajah, lantas menghela napas kasar sebelum menemui atasannya.

Tangannya meraih gagang pintu kemudian menariknya, hingga menampilkan sosok pria paruh baya dengan kepala hampir botak.

Guna meneguk ludah. Dari mimiknya terlihat pria yang tengah ia hadapi sedang marah.

"Guna Aditya," geram pria itu dengan suara berat nan tegas.

"Iya, Pak." Guna mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada dihadapannya. Keringat dingin mulai mengucur baik dari dahi maupun telapak tangannya.

"Aku langsung saja. Hari ini aku sudah melihatmu dimana-mana. Kamu juga sudah mempermalukan citra perusahaan yang telah kubangun dari nol! Aku tahu urusan pekerjaan dan pribadi itu beda. Tapi kalau kamu pintar, kamu pasti sudah tahu jika etika karyawan merupakan wajah perusahaan."

Guna menunduk, tahu benar apa yang dimaksud oleh atasannya.

"Aku sudah tidak mau lagi melihatmu di sini. Kelakuanmu sangat memalukan! Kamu kupecat!"

Guna tersentak. Ia mendongak dengan ekspresi tidak terima. Guna sempat membujuk pimpinannya tersebut, namun nihil. Ia tetap ditolak dan dipecat saat ini juga.

Dengan amarah yang membara, Guna keluar dari ruangan. Wajahnya sudah merah padam sambil mengepalkan tangannya erat.

"Shit! Semua ini gara-gara Nayra! Awas kamu!"

Bersambung..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   110. Susulan Harapan (TAMAT)

    Ida mengusap perlahan perutnya yang mulai membesar sembari menunggu bus yang tengah ia tumpangi menepi. Kedua matanya lebih sayu dari enam bulan yang lalu. Ida memutuskan kembali ke kampung halamannya dan mulai hidup baru di sana sejak peristiwa pengarakan yang membuatnya tak ingin ia ingat.Meski begitu, gosip di tengah masyarakat desa ternyata lebih kejam menggunjingnya. Apalagi berita mengenai perselingkuhannya viral dan menguar ke berbagai media sosial nasional. Ia sangat malu, tapi kehidupan di desa lebih menjamin dibanding di kota jika menyangkut masalah pekerjaan. Di kampungnya sendiri, asal ia gerak, maka ia dapat upah juga dengan membanting tulang di ladang milik tetangga kaya atau tuan tanah.“Pak, turun di sini, Pak!” Dari belakang, Ida mengingatkan sang sopir.Ia mulai melangkahkan kaki perlahan dengan mencangking sebuah kresek lumayan besar, lantas turun dari kendaraan besar beroda empat tersebut selagi orang-orang menatapnya. Tanpa menunggu waktu, Ida lekas melanjutkan p

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   109. Berada di Tempat Tertinggi

    Banyak orang tengah mengerumuni rumah kontrakan Guna pagi ini. Salah satu dari mereka ketua RT di wilayah tempat tinggal Guna, sementara sebagian besarnya merupakan warga yang kepo dengan penggerebekan kali ini.“Maaf, Bu. Saya selaku ketua RT di sini terpaksa harus mengamankan Ibu dan Mas Guna dulu. Hal ini dikarenakan banyak aduan dari warga bahwa di rumah ini sering disalahgunakan untuk kumpul kebo. Benar begitu, Mas Guna?” papar sopan seorang pria paruh baya secara lugas.Ida menegang. Kedua matanya menyapu orang-orang yang berada di belakang pria tadi sedang antusias memotret maupun merekamnya. Tampaknya mereka sangat penasaran dengan kondisi di rumah ini. Apalagi ternyata tersiar kabar bahwa wanita yang dibawa Guna ke kontrakannya memiliki selisih usia yang tak wajar.Guna mendengus keras. Hasil lab dari penyakitnya masih menghantui dirinya. Bagaimana tidak, di dokumen tersebut tertulis jelas bahwa Guna terjangkit virus HIV. Guna tiba-tiba menggelengkan kepala sambil menatap ke

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   108. Diagnosis Penyakit Guna

    Nayra terpaksa melakukan hal ini. Memasukkan semua barang Ida ke tas besar, lalu melemparnya ke luar rumah selagi ibunya itu memohon agar tidak diusir.Budi yang menyaksikan adegan ini sesenggukan. Perasaannya campur aduk antara kecewa karena merasa gagal menjadi sosok kepala rumah tangga, sedih, marah, menyesal dan tentu sejujurnya ia tak mau akhirnya jadi begini."Nay, maaf! Jangan usir Ibu!" Berkali-kali Ida memohon kepada Nayra, namun nyatanya Nayra sudah tak sudi mendengar semua penjelasan atau sekadar mengasihani ibunya.Nayra tidak keberatan menjadi anak durhaka sekarang. Ia amat kecewa, dan jijik dengan Ida. "Perceraian kalian biar nanti aku yang urus!" gertak Nayra sembari memasukkan barang Ida dan mendorongnya ke tubuh wanita dewasa tersebut.Ida menekuk wajahnya. Percuma. Sepertinya apa pun penjelasannya, Nayra tetap bersikukuh mengusir dirinya."Oke! Urus aja! Hidupmu bakal lebih buruk setelah ini! Lihat aja!" ancam Ida kemudian. Ia sudah tak sudi memohon.Tapi, setelahnya

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   107. Berburu Bukti

    Sontak keduanya memalingkan perhatiannya kepada satu titik. Nayra terperangah.“Marsella? Ada apa, Sel?”Aldo yang ada di samping Nayra kini mengacak rambutnya frustasi. Wanita di depannya sekarang datang pada waktu yang tidak tepat.“Mbak, aku mau bicara sebentar. Ini penting.” Raut wajah Marsella tampak terdesak. Tapi, Nayra tak dapat menebaknya sama sekali.Nayra akhirnya menoleh ke arah Aldo dengan segan, kemudian berkata, “Maaf, Ko. Kita bicara lagi nanti, ya.” Ekspresi Nayra sungkan.“Ya, Nay. Aku pulang dulu kalau begitu.” Aldo mau tak mau mengangguk, lalu melangkahkan kaki pergi meski sebenarnya enggan.Kedua netra Nayra mengikuti gerakan Aldo hingga pria itu hilang dari pandangannya. Nayra menghela napas, lantas kembali menaruh perhatian pada Marsella yang sudah tampak tak sabar.“Lanjut, Sel. Kamu mau ngomong apa?”Marsella bergerak meraih ponsel yang ada di dalam tasnya. Dengan gerakan cepat, ia memutarkan video berdurasi tak kurang dari satu menit tersebut. Tangannya terju

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   106. Setiap Wanita Berharga

    Kedua netra Marsella melebar tatkala taksi yang ia tumpangi meluncur perlahan dikarenakan efek macet sore ini. Secara kebetulan ia menangkap sosok menyebalkan Guna justru berjalan beriringan bersama wanita dewasa yang pernah mengolok-ngoloknya usai video perselingkuhannya viral ke mana-mana."Pak, bentar. Kita berhenti dulu, ya," ungkap Marsella cepat sementara dua manik hitamnya terus mengikuti jejak mereka.Marsella mula-mula meraih ponselnya, lalu memberanikan diri untuk menghubungi Guna lagi. Dari balik kaca mobil, ia memperhatikan gerak-gerik Guna yang mengerutkan kening sewaktu ponsel miliknya berdering.Guna terpaku menatap sebuah nama yang terpampang di layar selama sekian detik sebelum memutuskan untuk menjawab."Halo?" Guna akhirnya menempelkan benda persegi panjang tersebut ke telinga."Gun, kamu ada di mana?"Wajah Guna memerah. Selain masih terbawa emosi, ia agaknya kesal karena Marsella tak bisa dihubungi selama ini. Marsella juga tidak ada sewaktu dirinya berada di titi

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   105. Tunggu Karmamu Datang!

    Rianty menggertakkan gigi sewaktu menyaksikan sosok yang ia benci beberapa tahun lalu malah muncul kembali di hadapannya. Mukanya merah padam. Kini amarah Rianty berkembang menjadi dua kali lipat.Stefanny tersenyum simpul, berdiri, kemudian berderap mendekat demi menyambut kehadiran Rianty yang sengaja ia tunggu-tunggu.“Halo, Tante. Akhirnya kita bertemu, ya.” Sambil mempertahankan senyumnya, tangan Stefanny terulur untuk berjabat tangan dengan Rianty.Rianty mengatupkan rahang, sementara Nugroho yang ada di sisinya kebingungan menyaksikan situasi di depannya. Rianty mendengus, mengabaikan tangan yang terlihat menunggu di hadapannya.“Ternyata kamu anaknya Rachel. Tahu begitu aku tidak akan sudi menghubungi Rachel demi anak sepertimu,” ketus Rianty langsung menghunjam dada Stefanny.Stefanny tergelak. Ia memandang tangannya yang tak dianggap, lantas menariknya kembali. Ia tersenyum miring sembari mengibaskan rambut pendek hitamnya yang cemerlang.“Begini. Tante saya nggak salah sih,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status