Kaito tak percaya dengan apa yang dia lihat. King benar benar sudah ketularan Kavaya dari segi tingkah dan juga perkataannya. Dari tengah lapangan terdengar jeritan Moa yang kesakitan karena ikan ikan piranha itu terus menggerogoti semua badannya. Air yang awalnya bening itu berubah menjadi merah karena terkena darah segar dari badan Moa. "Ah, nggak seru... masak udah selesai. Harusnya kan dia bertahan lebih lama lagi. Bukannya dia paling semangat kalau bermain dengan nyawa orang?" sungut King kesal. Lagi lagi Kaito melongo mendengar itu. Sedangkan di tengah sana Moa sudah tak bernyawa dan King meninggalkannya begitu saja. "Lah, langsung di tinggal aja ini." King sudah masuk ke dalam markas mencari Kavaya yang tadi sedang memasak. Kaito memijat keningnya yang berdenyut akibat ulah King barusan. "Astaga, ada Kavaya aja aku sering di buat pusing. Ini malah satunya juga ikutan tengil juga!" keluh Kaito pelan. Anak buahnya menahan tawa saat ini tapi tak berani bersuara
Kavaya tertawa renyah mendengar Kung mengatakan jika dia semakin sexy. Dan ya, itu memang benar karena selama di Jepang selalu menjaga kesehatannya dan merawat dirinya. "Kenapa malah tertawa?" tanya King tak suka. "Apa kamu baru sadar kalau aku emang sexy Bee?" King menghela napas panjang, "Maafkan aku sweety, aku sudah banyak menyakitimu. Harusnya aku yang menjagamu. Bukan malah sebaliknya," Kavaya meraih wajah King yang kembali menunduk, rasanya tak elok bagi King yang seorang ketua mafia menjadi melempem seperti ini. Harusnya dia lebih tegas dan kuat lagi agar musuh musuhnya tak meremehkannya. "King, sudah waktunya kamu bangkit. Sudah waktunya kamu kembali ke dunia kamu." King menatap mata Kavaya yang selalu bisa menenangkannya. Dia tak ingin membuat Kavaya menderita lagi. Dan jika dia masih lembek seperti ini, jelas dia akan membuat Kavaya dalam bahaya. Sekalinya Kavaya kuat dan tangguh tapi dia tetap seorang perempuan. "Kamu aku aku kembali seperti dulu?" "Ya, d
King terus menyerang Kavaya dari segala posisi, dia tak membiarkan Kavaya bareng sedetik saja. Semua yang ada pada Kavaya di jelajahinya sampai dia puas. Terakhir karena dia sendiri sudah turn on, dia melepas sisa kain yang masih melekat padanya. Kavaya meneguk ludahnya kasar meskipun pernah merasakannya. "Sweety apa kamu udah siap?" tanya King dengan suara seraknya. Kavaya mengangguk ragu tapi King yang sudah di selimuti kabut gairah pun tetap melakukan apapun pada Kavaya. Kavaya sempat memekik kembali Karena ternyata rasanya kembali sakit seperti saat pertama kali mereka melakukannya dulu. King menghentikan apa yang dia lakukan karena melihat Kavaya kesakitan. Dia mulai panik tapi kepalang tanggung juniornya pun sudah masuk separo. "Sweety, apa ini menyakitimu? Aku akan berhenti kalau ini kembali sakit seperti dulu." Kavaya menahan lengan King karena dia baru ingin menyesuaikan dirinya. "Tidak King, hanya sedikit kaget karena ternyata rasanya kembali seperti dulu.
"Cih, enak banget dia bilang suruh aku serahin perhiasan mama yang sudah jadi milikku. Kenapa ayah nggak pernah tahu wajah asli siluman betina itu sebelum dia membawanya pulang ke rumah. Apa selama ini memang mereka sudah menjalin hubungan sampai sampai ayah lebih membelanya dari pada anaknya sendiri?"Seorang gadis remaja yang mulai beranjak dewasa berjalan sambil menggerutu di malam hari setelah dia bertengkar dengan ibu tirinya. Bahkan saudara tirinya juga ikut campur dengan masalah yang menimpanya seolah memang saudara tirinya itu senang jika dia tertimpa masalah dan akan di hukum lagi oleh sang ayah.Kavaya Athena Lavender, dia putri dari pengusaha kain di kota A yang lumayan sukses. Dia juga sangat di manja oleh kedua orang tuanya, terutama sang ayah. Tapi semenjak ibunya meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu semuanya berubah. Sang Ayah nampak selalu memarahinya, bahkan dia juga membawa pulang seorang perempuan dan anak perempuan yang Orlando sebut akan menjadi ib
Derap langkah yang semakin banyak nampak mendekat ke arah Kavaya yang masih saja kebingungan saat ini dengan apa yang akan dia lakukan."Arghhh... Kalau gini kan aku jadi yang susah." dumel Kavaya pelan.Dia melihat laki laki yang tergeletak dan terluka itu, karena dia sudah kebingungan akhirnya dia memutuskan untuk membawa laki laki itu dengan cara menyeretnya masuk lebih dalam ke gedung kosong itu dan menutupinya dengan berbagai kain lusuh yang ada di sana.Kavaya sendiri segera berdiam diri dan bersembunyi di balik barang barang yang tak terpakai itu."Dimana dia?" "Tapi ini mereka siapa yang menghabisi mereka semua?"Beberapa orang itu mulai menyebar di seluruh gudang dan hampir saja Kavaya juga ketahuan. Hampir setengah jam dia duduk berjongkok untuk menghindari orang orang berpakaian hitam itu dan itu membuat kakinya mulai kesemutan."Kita pergi dari sini, dia tak ada di sini. Mungkin dia sudah kabur ke tempat yang lain."Beberapa orang yang terlihat seperti bawahan itu mengang
Kavaya masih berdiam diri di depan pintu mendengarkan pembicaraan semua orang yang ada di dalam sambil berpikir siapa yang akan menikah karena tak mungkin Rebeca. Dia tahu sekali kehidupan Rebeca seperti apa.Ceklek..."Eh, astaga, nona Kava, dari mana saja nona... Kenapa semalam tak pulang ke rumah?" Sang pelayan yang baru saja membuka pintu itu terkejut saat melihat nona mudanya berdiri di depan pintu dengan pakaian yang lusuh dan kotor semua bekas tanah. Pelayan ini adalah pelayan setia mamanya dari dulu dan paling menyayangi Kavaya sejak kecil sampai sekarang.Kavaya sendiri masih diam dan tersenyum tipis ke arah pelayan yang selalu di panggilnya bibi Ami ini. Dia seperti ibu pengganti bagi Kavaya selama ini.Miranda dan Rebeca yang melihat Kavaya pulang tersenyum sinis. Begitu juga dengan beberapa tamu yang datang ke sana. "Nah, ini anak sialan yang aku bilang pada kalian. Benar kan apa kataku kalau dia nggak tahu diri. Dia pulang malah dalam keadaan nggak jelas begini. Juga se
Saat Kavaya berkedip sekali orang yang ada di bawah itu sudah hilang tak ada lagi di tempatnya tadi. Kavaya keluar dari kamarnya ke balkon dan celingukan mencari orang yang tengah mengawasinya tadi. Tapi meskipun Kavaya mencarinya tapi dia tak menemukan orang itu dimana mana."Dia pergi kemana?"Kavaya segera kembali masuk ke dalam kamarnya dan menutup jendela kamarnya. Dia juga langsung mengunci jendela kamarnya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi."Nggak mungkin kan dia ngikutin aku dari gudang tadi? Dia jahat apa ya? Apa ada hubungannya dengan orang yang aku temuin tadi di gudang itu?" batin Kavaya.Kavaya menggelengkan kepalanya berusaha mengusir semua pikiran buruk dari otaknya. Dia memutuskan untuk segera membersihkan dirinya karena bajunya sudah semakin bau. Berhubung dua siluman betina itu pergi Kavaya bisa mengambil makanan sepuasnya saat ini tanpa takut di maki dan di marahi.Kavaya bukan tak ingin melawan, hanya saja dia terkadang sudah tak ingin ada keributan di rumah i
King yang sedang dalam perjalanan pun merasa tak jenak karena info yang di berikan Leo tadi sangat mengganggunya. Dia amenggeram marah dan Leo pun yang ada di depan melirik King dari kaca spion yang ada di sana."Kamu benar benar jatuh cinta sama dia atau cuma ingin berterima kasih kepadanya karena udah nolongin dia?" King melirik ke arah Leo, dia yang awalnya bingung dengan apa yang akan di jawabnya akhirnya tersenyum tipis. King menatap keluar jendela dan melihat banyak pohon di luar sana yang berjajar dalam kegelapan."Awalnya aku nggak tahu dia siapa bahkan sampai aku terluka itu juga tak menyangka. Aku nggak tahu kenapa bisa sampai di gudang itu padahal tempat penyeranganku pun jauh dari sana. Yang lucunya malah tiba tiba aku kehabisan tenaga dan malah dia menolongku tanpa pikir panjang. Dia nggak tahu siapa aku dan juga nggak tahu siapa yang menyerangku tapi dia berani menolongku. Kalau sekarang aku belum cinta sama dia, bukannya dia layak buat di perjuangkan? Aku nggak butuh
King terus menyerang Kavaya dari segala posisi, dia tak membiarkan Kavaya bareng sedetik saja. Semua yang ada pada Kavaya di jelajahinya sampai dia puas. Terakhir karena dia sendiri sudah turn on, dia melepas sisa kain yang masih melekat padanya. Kavaya meneguk ludahnya kasar meskipun pernah merasakannya. "Sweety apa kamu udah siap?" tanya King dengan suara seraknya. Kavaya mengangguk ragu tapi King yang sudah di selimuti kabut gairah pun tetap melakukan apapun pada Kavaya. Kavaya sempat memekik kembali Karena ternyata rasanya kembali sakit seperti saat pertama kali mereka melakukannya dulu. King menghentikan apa yang dia lakukan karena melihat Kavaya kesakitan. Dia mulai panik tapi kepalang tanggung juniornya pun sudah masuk separo. "Sweety, apa ini menyakitimu? Aku akan berhenti kalau ini kembali sakit seperti dulu." Kavaya menahan lengan King karena dia baru ingin menyesuaikan dirinya. "Tidak King, hanya sedikit kaget karena ternyata rasanya kembali seperti dulu.
Kavaya tertawa renyah mendengar Kung mengatakan jika dia semakin sexy. Dan ya, itu memang benar karena selama di Jepang selalu menjaga kesehatannya dan merawat dirinya. "Kenapa malah tertawa?" tanya King tak suka. "Apa kamu baru sadar kalau aku emang sexy Bee?" King menghela napas panjang, "Maafkan aku sweety, aku sudah banyak menyakitimu. Harusnya aku yang menjagamu. Bukan malah sebaliknya," Kavaya meraih wajah King yang kembali menunduk, rasanya tak elok bagi King yang seorang ketua mafia menjadi melempem seperti ini. Harusnya dia lebih tegas dan kuat lagi agar musuh musuhnya tak meremehkannya. "King, sudah waktunya kamu bangkit. Sudah waktunya kamu kembali ke dunia kamu." King menatap mata Kavaya yang selalu bisa menenangkannya. Dia tak ingin membuat Kavaya menderita lagi. Dan jika dia masih lembek seperti ini, jelas dia akan membuat Kavaya dalam bahaya. Sekalinya Kavaya kuat dan tangguh tapi dia tetap seorang perempuan. "Kamu aku aku kembali seperti dulu?" "Ya, d
Kaito tak percaya dengan apa yang dia lihat. King benar benar sudah ketularan Kavaya dari segi tingkah dan juga perkataannya. Dari tengah lapangan terdengar jeritan Moa yang kesakitan karena ikan ikan piranha itu terus menggerogoti semua badannya. Air yang awalnya bening itu berubah menjadi merah karena terkena darah segar dari badan Moa. "Ah, nggak seru... masak udah selesai. Harusnya kan dia bertahan lebih lama lagi. Bukannya dia paling semangat kalau bermain dengan nyawa orang?" sungut King kesal. Lagi lagi Kaito melongo mendengar itu. Sedangkan di tengah sana Moa sudah tak bernyawa dan King meninggalkannya begitu saja. "Lah, langsung di tinggal aja ini." King sudah masuk ke dalam markas mencari Kavaya yang tadi sedang memasak. Kaito memijat keningnya yang berdenyut akibat ulah King barusan. "Astaga, ada Kavaya aja aku sering di buat pusing. Ini malah satunya juga ikutan tengil juga!" keluh Kaito pelan. Anak buahnya menahan tawa saat ini tapi tak berani bersuara
Kaito kembali ke markasnya setelah pemakaman Pedro selesai. Saat dia sampai disana terlihat mobil Kavaya sudah terparkir rapi di depan markas. "Cepet banget baliknya....." Kaito masuk ke dalam markas dan ingin mencari Kavaya ke kamarnya. Tapi ternyata saat dia melewati dapur dia mencium aroma bau masakan. Kaito berbelok ke dapur, dan benar saja ternyata Kavaya sedang ada disana berkutat dengan peralatan dapur dan juga beberapa masakan. Di meja makan sudah terhidang beberapa menu masakan Jepang yang Kaito suka. "Rajin banget masaknya? Ada acara apa?" Kavaya yang mendengar suara kakaknya dari balik badannya menghentikan aktivitasnya. "Gimana disana?" tanya Kavaya Kaito duduk dan mengambil beberapa camilan yang ada disana. "Leon masih disana, dan aku sedikit memberi tahunya agar dia tak berlarut dengan keadaanya saat ini. Berat jelas, tapi dia harus melanjutkan hidupnya kembali." Kavaya mengangguk mengerti dan kembali melanjutkan acara memasaknya. Kaito celingukan t
Kavaya melihat Naomi yang sedang berbaring dari depan dinding kaca yang ada disana. Saat ini dinding kaca itu di buka untuk keluarga bisa melihat Naomi. Richard yang sudah selesai mengganti baju dan mengisi tenaganya menghampiri Kavaya yang sedang terdiam. "Dulu, berapa lama kamu bisa sembuh dari semua rasa sakit itu?" tanya Richard tiba tiba. "Rasa sakit itu tak akan pernah bisa sembuh Rich, aku akan selalu mengingatnya. Tapi aku memutuskan untuk tetap hidup agar bisa membalas mereka semua." Ada nada getir tersirat dari perkataan Kavaya barusan. Dan Richard paham dengan itu. Richard melihat King menjadi pendiam dan hanya akan berbicara sesekali saja. Dan kali ini dia juga merasakannya tapi Richard lebih beruntung karena Naomi dan bayinya selamat. Dia bersyukur Naomi dan bayinya bisa bertahan. Dan dia tak bisa menyalahkan King atau Kavaya karena melibatkan Naomi dalam masalah mereka. Dari awal Naomi milik Kavaya dan keluarganya. Mereka tak mengambil Naomi dan memisahkan de
Kavaya yang saat ini menuju ke rumah sakit pun terus terdiam. Bajunya masih banyak bekas percikan darah dari sisa bertarung tadi. Dia tak risih bahkan terganggu dengan bau anyir dari darah itu. Tak lama dia sampai di rumah sakit tempat Naomi di rawat. Di lihat dari dalam mobil banyak pengawal dari kakaknya dan juga anak buah dari Kaito yang sedang berjaga. Tak terlalu banyak lalu lalang disana mengingat semua anak buah Kaito dan King berjaga dengan ketat disana. Tok tok.... Ketukan di kaca mobilnya membuyarkan lamunannya. Dari dalam mobil, Kavaya melihat salah orang kepercayaan kakaknya menghampirinya. "Ada apa?" tanya Kavaya datar. "Nona muda ini baju ganti untuk anda, tadi tuan Kaito sudah memberi tahu jika nona akan datang kemari. Dan kebetulan Nona Naomi juga sudah selesai dengan operasinya. Kondisinya semakin membaik, bayinya perlahan mulai kembali kuat. Hanya saja nona Naomi masih di rawat di ruangan khusus atas permintaan tuan Muda Kaito!" Kavaya mengangguk mengert
Ternyata Kavaya benar benar menyerang dengan brutal pada Moa. Dia tak menyangka jika Kavaya sengaja bermain dengannya tadi hanya untuk membuatnya kelelahan. "Nggak pantes banget Tante ini di sebut seorang ibu. Dan pantas jika sampai saat ini Tante hanya bingung mencari validasi agar di cintai oleh om Axel karena Tante sendiri doyan bermain di luar sana." Kavaya terus menyerang fisik dan juga mental Moa agar Moa semakin kalut dan itu memudahkan Kavaya untuk membuat Moa berhenti menyerangnya. Moa semakin mengamuk saat ini tanpa dia sadari dengan dia yang selalu mengamuk ini malah membuat celah untuk Kavaya segera melumpuhkannya. Dengan cepat Kavaya kembali menyerang dan mengayunkan pedangnya dengan cepat. Dan .... Ting .... Pedang yang di bawa Moa terlepas dan terlempar jauh dari tempat mereka. Moa menggeram marah karena dia merasa terpojok. "Wah, pedangnya hilang ya....." "Kalau gitu aku juga akan pakai tangan kosong, biar adil musuh orang tua kayak Tante..." Peda
King sudah di bawa pergi oleh Kaito. Kavaya pun sedikit tak mengerti dengan apa yang terjadi pada King sebelumnya. Tapi saat ini, urusan Kavaya dengan Moa. Wanita iblis berkedok manusia ini harus segera di habisi karena sudah mencelakakan banyak orang. "Jadi kamu ingin jadi pahlawan kesiangan untuk mereka?" ejek Moa pada Kavaya "Tak ada yang akan jadi pahlawan Tante, tapi aku sendiri memang sudah ingin menghabisi Tante karena dendam masa lalu!" Moa menyeringai mendengar itu, tentu dia paham kemana arah pembicaraan Kavaya saat ini. "Kamu sudah tahu ternyata, jadi aku tak perlu repot repot menjelaskannya lagi kepadamu atau yang lain. Jadi gimana rasanya kehilangan orang tua dan juga bayimu? Apa itu sudah membuatmu gila?" ejek Moa lagi. Kavaya menggelengkan kepalanya, entah kenapa saat ini dia merasa lebih santai meskipun dia sudah berhadapan dengan orang yang membuat neraka di hidupnya. Ya, Moa lah yang menyebabkan semua itu terjadi. Moa yang menyuruh Kavaya menerima perjod
King dan Kavaya sudah sampai di tempat dimana Kaito sudah menunggu mereka. Axel sudah di bawa pergi terlebih dahulu untuk segera di obati semua lukanya. Kaito juga sudah memanggil seluruh tim dokter terbaik yang akan di butuhkan untuk menangani Axel nanti. "Gimana keadaan Nomnom?" tanya Kaito setelah Kavaya ada didekatnya Kavaya menggeleng sebagai jawaban. Kaito sendiri menghembuskan napasnya panjang karena dia ikut prihatin dengan apa yang menimpa Naomi sahabat terdekat dan juga sekaligus tangan kanan Kavaya selama ini. "Tenang aja, dia bakal baik baik saja. Bukankah kakek selalu bilang jika Nomnom itu punya sembilan nyawa seperti kucing? Jadi dia pasti selamat. Mungkin sekarang memang di suruh untuk beristirahat dan kamu'lah yang bergerak!" Kavaya mengangguk pelan lalu beralih ke depan. "Apa ada orang lain lagi yang menjadi tawanannya?" Kaito menggelengkan kepalanya dan Kavaya mulai berjalan pelan tapi pasti. King juga Kaito mengikuti dari belakang untuk menjaga Kavaya. S