Share

PART 21: Rewards

Author: Titi Chu
last update Last Updated: 2025-04-18 17:54:03
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bahan-bahan yang sudah tidak layak digunakan bisa lolos quality control, dan itulah yang membuat Gun murka.

Semua orang yang bertanggung jawab dalam penyimpanan persediaan kemudian dipanggil, bahkan ahli gizi, rasanya tidak ada bagian dari kitchen yang tidak terkena bentakannya.

Kami beruntung karena makanan itu tidak jadi disajikan, meski pelanggan kecewa, tapi Gun langsung bertindak dengan meminta maaf secara face to face dan memberi kompensasi berupa menggantinya dengan menu lain yang lebih proper dan harga dua kali lipat.

Kehadirannya yang langsung turun tangan tentu membuat pelanggan merasa puas, di antara mereka bahkan ada yang menggunakan kesempatan itu untuk meminta tanda tangan dan foto. Aku hanya bisa berdecak takjub, bahkan para old money pun mengidolakannya.

Namun tidak cukup sampai di situ, jamur tersebut juga sudah digunakan pada masakan lain. Salah seorang customer mengeluh gatal-gatal, Gun bersedia untuk bertanggung jawa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 22: Cah Brokoli

    Aku bukannya tidak suka diajak pergi bersama, tapi Gun terlalu dadakan, terlebih acaranya malam ini. Karena aku bahkan belum mempersiapkan gaun untuk dikenakan.Buru-buru aku kembali ke Lumeno Ent, meminta bantuan Mba Niken, beruntung dia punya selusin pakaian, jadi di sinilah aku akhirnya. Sibuk mencari gaun yang sesuai dari koleksinya."Kenapa nggak ngabarin dulu sih?""Lo pikir gue bakalan di sini kalau tau mau pergi ke pestany Prily Mba?""Masalahnya Mit, lo harusnya udah sadar kalau Gun itu suka yang dadakan macam tahu bulat. Kayaknya dia memang suka bikin manajernya repot.""Nah, itu lo paham Mba.""By the way, dia nggak marah sama gue soal insiden yang terakhir kali?"Aku meringis. "Sejauh ini sih dia nggak ngomong apa-apa nggak tau besok."Dia ikut meringis kemudian mengoper one shoulder dress bernunsa pastel, ketika dikenakan gaun itu membalut ketat tubuhku."Makasih Mba, lo memang selalu bisa diandalkan."Mba Niken memberiku jempol sambil nyengir lebar setelah membantuku men

    Last Updated : 2025-04-19
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 23: Film Horor

    "Ada masalah?" Ed mengulang pertanyaan, tangannya dengan kuat menahan bahuku. Aku buru-buru berdiri tegak merasa berterima kasih. Berusaha tenang dan tidak gemetar. "Di mana Gun?" tanyaku, karena tidak menemukan sosoknya. "Dia sudah menunggu di hotel." "Kamu—" "Saya di sini disuruh menjemput kamu." Oke, aku segera menuruti keinganannya dan masuk ke limousine yang pintu penumpangnya sudah terbuka. Ed segera memutar dan duduk di sisi lain. Perjalanan kulalui dengan perasaan gelisah, aku tidak habis pikir bagaimana Mama bisa berkhianat, terlebih dia tahu keuanganku sedang tidak baik-baik saja. Namun yang membuatku lebih khawatir adalah anak-anak. Mereka pasti terkejut menyaksikan rumah berantakan, dan sekarang mereka sendirian di apartemen. "Ada apa?" Seolah bisa membaca ekspresiku yang gusar Ed kembali bertanya. Tapi pantang untukku membagi masalah pada orang lain, terlebih kami belum terlalu dekat, jadi aku hanya meringis. "Apa tempatnya jauh?" "Kita akan sampai dalam dua j

    Last Updated : 2025-04-19
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 24: Tikus-Tikus

    Jika bukan sedang gusar karena anak-anak, mungkin aku akan salut dengan bagaimana cara Gun berkendara, dia gesit seolah jalanan Ibu Kota kini menjadi lintasan balap tapi tetap taat aturan dan berada di kecepatan yang masih diperbolehkan. "Mama akan di sana sebentar lagi, Naga, kamu sama Mas Hiro ya?" Pesan suara itu kukirim pada mereka selama perjalanan agar anak-anakku lebih tenang, meski sebenarnya akulah yang lebih perlu ditenangkan. Setelah Naga melakukan panggilan, aku belum sempat menjawab atau bertanya, sambungan langsung terputus dan saat aku mencoba melakukan panggilan ulang, ponselnya sudah dinonaktifkan. Kini pesan suaraku pun hanya ceklis satu, aku meremas benda pipih itu dengan gelisah, begitu sampai di gedung apartemen aku segera melompat dari mobil dan berlari menuju unit kami, bisa kurasakan Gun mengekori di belakang, dia berhenti di meja resepsionis, berbicara ringkas, meminta petugas untuk menghubungi pihak berwajib dan bersiaga akan adanya sesuatu yang berbahay

    Last Updated : 2025-04-20
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 25: Superman

    Tidak ada makanan di kulkas karena tempat itu sudah diacak-acak oleh debt collector dan dua algojonya. Hal itu terjadi saat Hiro dan Naga sedang membuat sandwich, itulah sebabnya kenapa kaos mereka penuh saos. Dan tiba-tiba pintu dibuka paksa oleh debt collector hingga alat kombinasi password terlepas dari engselnya. Mereka mengobrak-abrik tempat tinggal kami mencari Mama, dan berpikir bahwa Mama sedang bersembunyi sehingga semua barang-barang menjadi sasaran. Aku benar-benar marah dengan cerita si kembar, tidak masalah jika Mama mau memanfaatkan aku untuk mendapatkan uang, tapi kenapa dia harus membahayakan Hiro dan Naga, bahkan berniat menjadikan jaminan dan dibawa oleh debt collector? "Petugas sudah mengkonfirmasi melalui CCTV tiga orang yang masuk ke apartemen kamu." Gun memberi informasi ketika para pihak berwajib datang lalu membantuku menghadapi mereka. Para pengawalnya bersama Ed pun datang dan kini berjaga mengelilingi unit kami hingga menjadi perhatian penghuni lain. "Se

    Last Updated : 2025-04-20
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 26: Rolls Royce Phantom

    "Gun, sebentar." Tapi Gun tidak membutuhkan penolakan, dengan keras kepala dia membawa Naga masuk ke mobilnya, dan yang lebih tidak bisa ditoleransi adalah Ed membawa Rolls Royce Phantom, sehingga Naga tampak antusias saat melompat masuk ke sana. Padahal bukan ini mobil yang tadi dia bawa saat mengantarku ke apartemen, berapa banyak sebenarnya mobil yang dia punya? "Kamu di belakang Naga." "Siap Chef." Dengan patuh anakku nurut dan berpindah ke jok belakang. Hiro melotot di sisiku, harga diri, gengsi dan penasaran sepertinya sedang bergelut menjadi satu dalam dada anak itu. "Mama..." Dia menatapku dengan alis bertaut seolah aku seharusnya menyeret Naga keluar. Anak itu memang lebih mudah untuk dibujuk. "Kita harus bicara." Akhirnya aku memutar dan berdiri di depan Gun, tepat sebelum dia melompat ke sisi pengemudi. "Apalagi yang harus dibicarakan Mita?" "Kami nggak mungkin tinggal di rumah kamu." "Jadi di mana kalian akan tinggal?" "Aku akan cari airnb di dekat sini, selama

    Last Updated : 2025-04-21
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 27: Water Heater

    "Aku rasa itu pertanyaan yang terlalu pribadi." Akhirnya susah payah aku menjawab di tengah hening yang tercipta. Gun tampak seperti mengembuskan napas berat. "Sorry," katanya kaku. "Saya nggak bermaksud untuk membuat kamu teringat kenangan buruk, tapi mereka masih sangat kecil." Gun juga tidak memiliki Papa, sudah meninggal saat dia masih berusia sepuluh tahun, mungkin Gun sedang berpikir bagaimana anak-anak kecil seperti si kembar sudah tidak mendapatkan kasih sayang seorang Papa. Gun mungkin berpikir dan mencoba melihat situasinya seperti dirinya dulu yang kehilangan. Tapi itu justru membuat dadaku sesak, perasaan bersalah karena tidak pernah membagi kabar bahwa mereka adalah anak-anaknya kembali menggelayuti bahuku seperti jubah. "Maaf..." Gun sontak menoleh, alisnya terangkat, aku buru-buru meralat. "Ya, itu udah lama terjadi." Perjalanan bersamanya entah kenapa terasa lama, atau mungkin karena aku gelisah dan bolak-balik mengecek arloji, saat mobil melaju di jalan

    Last Updated : 2025-04-21
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 28: Nutrisi Kentang

    Wangi, hangat, tenang. Aku menggeliat, meregangkan tangan, lalu perlahan membuka mata dan menatap langit-langit kamar berwarna biru terang dan seketika sadar bahwa aku tidak sedang berada di dalam kamar apartemen. Rasa pusing di kepala langsung menyerang saat aku duduk tegak, menyadari si kembar sudah tidak ada di sisiku. Dengan gusar aku segera beringsut bangkit, melotot pada jam digital di atas nakas yang menunjukkan angka setengah delapan pagi. Akibat overthinking memikirkan di mana nanti kami akan tinggal, hutang-hutang Mama dan yah ... Gun juga, aku tidur terlalu larut sehingga kini kesiangan! "Pagi." Aku meringis, sudah jelas bahwa itu adalah sindiran karena aku orang terakhir yang muncul di ruang sarapan. Sesuai pesan Gun semalam, seorang pelayan langsung mengarahkan aku untuk bergabung dengan si kembar yang sudah duduk manis di sana. "Mama!" Naga melompat di kursi makan, sudah berseragam rapi, aku melotot dan menyuruhnya duduk. "Mama mau cobain soup bikinan Chef Gun?"

    Last Updated : 2025-04-22
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 29: Perusakan Property

    Tentu saja tidak, aku segera menyusuri koridor ke ruangan Gun, mengetuk pintu dua kali, menunggu sahutan dari dalam sebelum perlahan membukanya. "Bapak manggil saya?" "Masuklah," katanya. "Mita ini pengacara saya, Jerikho, dia yang akan membantu kamu dalam kasus perusakan property semalam, para debt collector itu sudah diketahui berasal dari salah satu Bank, dan mereka punya hak untuk melakukan penggeledahan karena Mama kamu selama ini selalu menghindari pembayaran." Aku megap-megap di sofa setelah berjabat tangan singkat dengan Jerikho. "Te-terus gimana?" Mendadak blank. "Kita hanya bisa mengajukan keluhan." Jerikho yang menjawab. "Tapi kami perlu saksi untuk melakukannya ke pihak Bank." "Saksi?" "Hiro dan Naga," kata Gun. Dadaku langsung terasa panas. Mana mungkin aku akan membiarkan anak kecil berhadapan dengan orang dewasa. Kejadian semalam bahkan bisa meninggalkan trauma, meski si kembar tampak ceria tapi bukan berarti mereka baik-baik saja jika harus berulang kali mence

    Last Updated : 2025-04-22

Latest chapter

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 44: Kotak Pizza

    Siapapun yang melihat pasti akan langsung sadar bahwa benda itu terbuat dari berlian. Bentuknya kecil seperti kancing manset pada umumnya, namun berkilauan. Aku bisa mendengar semua karwayan menahan napas. Harganya pasti di atas 1M, pantas saja Pak Punjab tampak senewen, meskipun Gun sempat tidak peduli. Mba Niken megap-megap tidak paham. "Saya nggak tau itu ada di sana." Semua pasang mata langsung menatapnya. "Itu barang kamu?" tanya Pak Punjab. "Y-ya," gagap Mba Niken. "Tapi saya nggak mencuri, dan saya juga nggak tau kenapa benda itu ada di dalam sana Pak." "Ini benar milik kamu kan, Gun?" tanya Zara. Aku mengangkat alis, menyadari dia memanggil Gun tanpa embel-embel Pak atau Chef seperti karyawan yang lain, akrab sekali, bund. "Seharusnya ada sepasang kan? Di mana yang satunya lagi?" "Saya nggak tau!" Mba Niken memekik. "Sebaiknya Anda bicara yang sopan." Gerald memperingatkan dengan tajam. "Nggak apa-apa, dalam keadaan seperti ini semua pasti tegang, dia berhak untuk mem

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 43: Cufflink

    "Saya bukan mau menuduh kamu melakukan pencurian, tapi saya perlu melakukan konfirimasi apa yang kamu lakukan di dalam ruangan Gun." "Benar Pak, saya melihat dia keluar dari ruangan Chef Gun siang ini." Lusi tiba-tiba menyela, suaranya terdengar berapi-api. Pak punjab merentangkan tangan, meminta agar perempuan itu tidak memotong pembicaran. "Kita perlu memberikan Paramita waktu untuk menjelaskan." "Apanya yang perlu dijelaskan Pak? Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri kok. Ketika saya tanya apa yang dia lakukan di sana karena Chef Gun sedang nggak ada. Mita sendiri kelihatan ketakutan, seolah dia baru kepergok melakukan sesuatu." Ya Tuhan. Tidak menuduh aku melakukan pencurian? Tapi jelas sekali kata-kata beliau justru menunjukkan yang sebaliknya. Aku bahkan tidak diminta duduk tanpa basa-basi. Di antara empat pasang mata, kecuali Gun, mereka menatapku menunggu jawaban. Punggungku panas dingin. "Apa maksud Bapak pencurian?" tanyaku, lidah terasa pahit saat mengatakan itu

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 42: Keturunan Hindi

    Apartemen kami ternyata sudah rapi, tempat itu sudah tidak dipasang garis polisi. Dan ruang tamunya yang acak-acak dengan perabotan terbalik serta pecah belah sudah dibersihkan dan ditata seperti semula. Aku hanya perlu menyimpan barang-barang kami di kamar masing-masing, membujuk Hiro dan Naga untuk tidur kemudian istirahat. Walaupun aku sendiri insomnia. Bangun-bangun, kepalaku terasa berat, badanku sakit semua seperti habis digebuki. Aku mandi dengan menahan nyeri, kemudian menyadari aku melupakan jadwal pertemuan bersama Miss Clara. "Nggak pa-pa kok Mam, kalau memang masih sibuk, kami maklum. Silakan datang kalau Mama kembar nggak sibuk ya." Aku menggumamkan terima kasih untuk pengertiannya. Lalu meninggalkan anak-anak di kelas. Mengabaikan tatapan kepo dari trio Ibu Nuri, Yuli, dan Yuni. "Ibu-Ibu foto jalan-jalan kemarin sudah dikirim ke grup ya, silakan dicek. Ini saya juga punya bingkisan untuk Ibu-Ibu di rumah, tapi untuk yang ikut-ikut aja." Ibu Nuri mengumumkan di depa

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 41: OCD

    Aku segera melompat bangkit dari kursi, jantung berdebar penuh antisipasi. Mata mendelik nyalang menatapnya. "Apa maksud kamu?" Gun menyesap air putih di meja, gerakannya begitu tenang terkendali, sikap judes yang selalu diperlihatkannya mendadak hilang digantikan sikap dingin, tak tersentuh dan tak terbantah. Seolah dia telah sepenuhnya berubah dari Gun yang dulu pernah kukenal, menjadi seseorang yang sama sekali berbeda. "Kamu mengerti apa yang saya maksud," jawabnya lambat-lambat. Telingaku berdenging panjang, alarm tanda bahaya menyala. "Kamu bercanda kan, Gun?" "Do I look like I am joking?" Tapi ini sama sekali tidak masuk akal, bahuku merosot lemas, mundur selangkah. Gun bukan laki-laki pemaksa, aku tahu dia sangat galak, judes, dan sulit ditangani. Sebagai pengidap Obsessive Compulsive Disorder (OCD) Gun selalu menuntut kesempurnaan, dia tidak akan bisa bekerja sama dengan orang-orang lamban. Hanya saja, sepanjang kami berpacaran, tidak pernah sekalipun dia

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 40: Tomato Farcies

    Sesuai dugaan, aku memang tidak bisa begitu saja memutus kontrak menjadi manajer Gun, apalagi pindah dengan entengnya menjadi asisten chef. Stres. Aku merasa seolah baru saja dioper dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Tapi apa daya, aku cuma cungpret (kacung kampret) yang bisa disuruh-suruh. Gun bahkan tidak ambil pusing meskipun dia sepertinya kesal, namun raut wajahnya tetap santai tanpa minta maaf. "Sama saja kan, mau kamu jadi manajer ataupun asisten chef saya. Kalau nggak ada syuting kamu bisa balik menjadi asisten. Kalau ada syuting kamu bisa menemani saya. Fleksibel, semua aman." Gila, kenapa sejak awal dia tidak mengatakan ini? Dan justru membuatku terperosok dalam jurang? "Masalah libur gimana?" "Kita akan tetap pada kesepakatan awal Mita." Aku menahan diri untuk tidak mengumpat. Lemas sebadan-badan. Merasa baru saja dipermainkan. Apakah Gun sengaja melakukannya? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Tapi masalah lain yang lebih memdesak adalah posisiku pun terancam.

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 39: Blazer Rapi

    "Apa maksudnya ditolak Pak, bukannya Bapak sendiri yang menawarkan saya buat jadi asisten chef dan bisa pindah?" Aku merasa seperti terombang-ambing. Kemarin kami ke Lumeno tapi tidak ada hasil apapun. Hari ini, pagi-pagi sekali kami kembali lagi ke agensi itu. Tapi aku merasa seolah sedang dikerjai habis-habisan. Belum ada 2x24 jam aku menjadi asistennya, mendadak sekarang aku harus kembali menjadi manajer Gun. "Ini masalah birokrasi agensi. Kamu harus bayar pinalti kalau tiba-tiba mau pindah." Begitulah penjelasan Gun, karena secara teknis aku masih terikat kontrak bersama Lumeno Ent, dan kontrak itu berlaku sampai setahun ke depan, jika aku mengundurkan diri, maka akan ada konsekuensinya Demi Tuhan. Aku sadar masalah ini sejak awal, itulah kenapa aku sempat skeptis dengan tawaran tiba-tiba Gun. Namun dia membujuk dengan iming-iming gaji tinggi, libur, dan kelebihan lain, itu sebabnya aku menyerah. Tapi sekarang aku harus mendapati kenyataan kalau semua ini salah? "K

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 38: Remaja Puber

    "Kamu bilang, mereka nggak bisa didakwa dengan tuntutan pengerusakan?" "Saya sudah bilang, kalau untuk menyerahkan semuanya pada Jerikho, dia sudah terbiasa mengurus kasus seperti ini." Jujur, aku merasa lega sekaligus bertanya-tanya. Sayangnya pertanyaan itu tidak bisa terjawab karena Gun tidak mengizinkan aku untuk menemui pelaku. "Setidaknya aku harus tau gimana orang-orang yang udah nyaris mencelakakan aku," kataku beralasan setelah kami beradu argumen. "Untuk apa Mita? Yang penting mereka sudah ditangkap, terbukti melakukan pengrusakan dan penyalahgunaan wewenang dengan bertindak semena-mena. Itu sudah lebih dari cukup." Gun membalas tegas. "Untuk apa kamu harus menemui mereka lagi? Hanya menghabiskan waktu." Gun benar, dan tidak benar di saat yang bersamaan. Aku kesal, ingin melihat bagaimana tampang seseorang yang sudah membuat si kembar ketakutan. Tapi pendapat Gun juga tidak salah. "Itu berarti, apa aku dan anak-anak udah bisa pulang ke apartemen sekarang?" Hiro dan Na

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 37: Panna Cotta

    "Aku janji akan ajarin Dimas lagi, kalau dia udah bisa, aku akan suruh dia ngerjain tugas-tugas di buku cetak Chef Gun." Aku hanya bisa meringis ketika dengan semangat Naga membawa buku-buku milik Gun, lalu melompat turun dan berlari ke gerbang TK, sementara Hiro dengan santai mengekori adiknya. Di sisi lain aku senang mereka nurut, tapi perasaan was-was karena mereka berada di sekitar Gun semakin menggebu-gebu. Kuputuskan untuk cepat-cepat ke De Luca. Setelah semalam menolak Gun dengan terang-terangan, aku yakin mood laki-laki itu kini dalam keadaan berantakan. Maksudku, hei... dia kan punya Prily, bagaimana dia bersikap kurang ajar padaku sementara memiliki hubungan dengan perempuan lain? Mohon maaf, aku belum mau dicap sebagai pelakor. Dapur sangat hethic, baru masuk, aku langsung dilempar berbagai pekerjaan. Mulai dari membuat risotto, sampai harus gesit berada di sisi Gun ketika dibutuhkan. "Kurang seasoning," komentarnya ketika aku mengambil alih ravioli dan menyajikan maka

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 36: Halusinasi

    Kenapa identitas suamiku sangat penting untuk Gun? Beberapa waktu lalu dia menanyakan kapan dan kenapa suamiku bisa meninggal. Sekarang dia menanyakan masalah pekerjaannya. Lantas aku harus jawab apa? Masalahnya aku ngeri, menumpuk satu kebohongan di atas kebohongan lain, akan menimbulkan kekacauan. Jadi dengan sangat terpaksa aku lagi-lagi harus memutar otak mencari sebuah nama. "Mita? "Abi..." sebutku akhirnya. Memilih satu nama yang mudah. "Abi Las." "Abi Las?" Gun mengulangi, hidungnya mengernyit, seolah nama tersebut meninggalkan aroma tidak sedap di udara. "Kenapa kamu harus tanya ini Gun?" "Kamu nggak memberikan informasi ini di resume profil kamu." "Apa itu penting?" "Saya perlu memastikan dia memang ada dan bukan hanya sekedar halusinasi." Mulutku membuka menutup, tangan berkeringat. Apakah entah bagimana dia bisa membaca pikiranku? "Kamu pikir Hiro dan Naga anak siapa kalau aku nggak punya suami? Kamu nggak berpikir aku melendung sendiri, kan?" "Mu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status