Share

4. Jody Menemui Windi

Sarlita serba salah mau menjawab pertanyaan Mamanya. Dia berdalih kalau saat ini dia sangat sibuk dan tidak bisa menemani Mamanya di Jakarta. 

“Gak usah, Ma.. soalnya Sarlita juga sangat sibuk. Gak mungkin bisa menemani Mama di Jakarta.”

Mama Sarlita menceritakan tentang mimpinya. Dalam mimpinya Sarlita tergelincir saat sedang mendaki bukit, dan mimpi itu memberikan firasat buruk. Sehingga, itulah yang membuatnya telepon Sarlita. 

“Mama gak usah terlalu memikirkan mimpi itu, aku di sini baik-baik aja kok, Ma.”

“Syukurlah, kalau kamu baik-baik saja. Mama semalaman gak bisa tidur setelah mimpi itu. Mama takut terjadi sesuatu dengan diri kamu, Sar.”

Sarlita berusaha keras agar Mamanya tidak ke Jakarta dan berusaha meyakini Mamanya, bahwa dia dalam keadaan baik-baik saja. 

Setelah menutup sambungan telepon dengan Mamanya, Sarlita kembali dihantui berbagai kecemasan. Dia tidak bisa membayangkan kalau setiap malam harus sendiri di kamarnya. 

Dia sepenuhnya belum percaya pada niat baik Jody, karena dia sangat hapal reputasi Jody di kampus. Jody lelaki yang tidak pernah lepas dari wanita, terlebih saat ini dia sedang hamil. 

Selepas dari kosan Sarlita, Jody tidak langsung pulang ke rumah. Dari raut wajahnya terlihat kalau Jody sangat mumet dengan segala masalah yang sedang di hadapinya. 

***

Mobil Jody keluar dari jalan Tol menjelang Komdak, mobilnya menyusuri jalan menuju kawasan SCBD dan masuk ke Pacific Place. Setelah memarkirkan mobilnya di lantai 2 Jody menuju ke sebuah Cafe, tempat dimana Windi suka nongkrong. Begitu masuk ke Cafe dari kejauhan dia melihat Windi dan menghampirinya. 

“Hai Win.. boleh aku duduk?” sapa Jody. Windi menatap Jody dengan jutek, “Mau ngapain kamu kesini? Setelah sekian lama menghilang begitu saja? Sarlita lagi PMS?”

Jody duduk di bangku kosong di sebelah Windi, “Aku kesini karena perasaan bersalahku pada kamu Win, maaf kan aku ya.” rayu Jody. 

“Ngapain kamu merasa bersalah kalau kamu sendiri sudah kasih pilihan sama aku?” Windi tanyakan itu tanpa menatap Jody. 

“Justeru aku merasa bersalah karena memberikan kamu pilihan itu, Win. Aku justeru tidak menyangka kalau kamu akan tinggalkan aku.”

Windi seakan-akan tidak lagi peduli dengan apa yang dikatakan Jody, baginya meninggalkan Jody adalah pilihan yang terbaik dan Itulah akhir dari hubungannya dengan Jody. Bagi Jody hubungannya dengan Windi belumlah berakhir. 

“Kamu harus kasih kesempatan padaku, Win, agar aku bisa memperbaiki kesalahanku.” Jody terus merayau Windi

“Kenapa kamu mau mengemis seperti itu sama aku? Apa karena lagi bermasalah dengan Saelita? Kebiasaan kamu kan gitu Jod?”

“Aku benar-benar merasa bersalah sama kamu, Win. Aku dan Sarlita sering ribut, dia tidak mau mengerti aku.”

“Terus! Apa urusannya sama aku? Kok kamu tiba-tiba melow gitu? Kasihan amat kamu baru sadar sekarang.”

“Itulah yang membuat aku mencari kamu Win, aku sudah salah memilih.” Jody terus bersikap seolah-olah dia sangat membutuhkan Windi. 

Windi tidak berubah sikap sedikit pun, dia tidak peduli dengan bujuk rayu Jody, hatinya sudah bulat ingin berpisah dengan Jody. Windi tidak memberikan ruang dihatinya sedikit pun pada Jody. Sehingga dia tidak memberikan respon apa pun terhadap pengaduan Jody. 

Jody yang merasa sudah tidak memiliki harapan untuk balik dengan Windi, akhirnya pergi begitu saja meninggalkan Windi. Baru saja Jody melangkah Windi menahannya, 

“Tunggu Jod!!” cegah Windi. Jody menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Windi, “Mau apa lagi Win? Kalau kamu cuma mau cuekin aku mendingan biarkan aku pergi.” ucap Jody dengan mimik muka sedih. 

“Okey.. kalau kamu mau membicarakan soal itu dengan serius, sebaiknya kita ngobrolnya tidak di sini. Sebentar lagi Cafe ini tutup.” cetus Windi. 

Jody merasa umpannya berhasil dimakan Windi, dan dia mengatur siasat berikutnya. Dia ingin mengajak Windi ke rumahnya, namun dia berpura-pura takut kalau Windi tidak menginginkannya. 

“Sebenarnya sih aku mau ajak kamu ngobrol di kamarku, tapi aku takut kamu gak mau Win.”

“Okey..good idea, tapi kan.. Ini sudah larut malam, Jod?”

“Gak apa-apa, Win.. aman kok.”

Dengan senang hati Jody dan Windi meninggalkan Cafe di Pacific Place dan meluncur ke rumah Jody. Di dalam mobil Jody terus berakting seolah-olah hidupnya hampa tanpa Windi. Meskipun Windi sudah mengenal watak Jody, tetap saja dia kecele dengan akal bulus Jody. 

Sampai di rumah Jody keduanya langsung naik ke lantai dua rumah Jody melalui garasi. Sampai di kamar, Jody langsung memeluk Windi dengan penuh kasih sayang, 

“Terima kasih ya Win.. kamu sudah mau memberikan kesempatan kedua bagi aku.” Jody ucapkan itu dengan berbisik di telinga Windi. Windi menjawabnya dengan memberikan kecupan di bibir Jody dan Jody pun membalasnya dengan penuh kehangatan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status