Share

Mantan Cinta Pertama

Aвтор: Wahyuni Soewardji
last update Последнее обновление: 2024-04-05 15:30:53

Krisna menatap perempuan di hadapannya itu dengan pandangan datar. Selain tampak lebih dewasa, hampir tidak ada yang berubah dari perempuan bernama Cintya itu. Senyumnya masih memikat, bahkan parasnya terlihat lebih cantik dari yang terakhir Krisna ingat.

Namun, tidak ada lagi perasaan menggebu untuk menyimpan senyuman itu dalam memori. Krisna remaja yang dulu pernah tergila-gila pada Cintya telah lenyap sepenuhnya. Justru, pria itu merasa bertemu mantan cinta pertamanya itu-sekaligus patah hati pertamanya, hanya membuang waktu. Kalau bukan karena desakan Ratih, Krisna dengan senang hati akan memilih tidur saja di rumah.

"Krisna, bagaimana?" Suara Cintya kembali terdengar bersama denting garpu dan pisau yang baru saja perempuan itu letakkan. Hidangan yang disajikan tampaknya cocok dengan seleranya, karena isi piringnya terlihat tandas. "Tawaranku tadi bagus, lho. Saling menguntungkan."

Krisna mendengus. Meski tahu perjodohan di kalangan orang-orang sepertinya adalah hal lumrah, ia berprinsip untuk menjalaninya dengan serius. Jika memang tidak cocok, Krisna tidak akan terus maju, apalagi sampai harus melakukan sandiwara. Terlebih perempuannya adalah Cintya.

"Aku nggak sependapat. Tidak ada keuntungannya sama sekali buatku," tolak Krisna. "Lagipula nggak ada keharusan kita untuk lanjut."

Cintya tersenyum mendengar jawaban Krisna. Ia tahu betul pria itu pasti masih mengingat kenangan semasa mereka remaja dulu. Penolakan yang ia berikan dulu tampaknya masih membekas di hati Krisna, satu hal yang membuatnya sedikit bangga serta percaya diri akan keberhasilan perjodohan mereka.

"Krisna," Masih dengan senyum di bibir, Cintya mencondongkan tubuhnya ke arah pria itu. Refleks Krisna mundur dan membuat jarak. "Aku tahu penolakanku dulu melukaimu, tapi coba lihatlah dirimu sekarang. Perubahan ini juga karena andilku, bukan?"

"Katakan saja apa yang mau kamu katakan," perintah Krisna. Ia sungguh tidak nyaman dengan sikap Cintya malam ini.

"Kamu masih tertarik padaku, Krisna. Jadi, apa salahnya kita menjalani hubungan ini?"

Yang benar saja, batin Krisna dongkol. Salah satu perubahan pada penampilannya memang penolakan Cintya, tapi soal perempuan itu merasa Krisna masih ada rasa padanya, itu jelas beda cerita. Ternyata semakin bertambahnya usia mereka, bukan hanya kadar kecantikannya tidak berkurang, tapi kesombongan perempuan itu juga bertambah.

"Silakan bermimpi. Tapi, sekali lagi aku bilang padamu, aku nggak tertarik. Mamaku memang mempertemukan kita, tapi aku bisa menolaknya. Atau jangan-jangan, kamu yang sebenarnya tertarik padaku sekarang?"

Bukannya tersinggung, Cintya justru tertawa kecil. Dengan latar belakang pemandangan malam kota yang tampak dari jendela di belakang Cintya, perempuan itu seharusnya terlihat semakin menawan. Gaun hitam ketat selutut dengan aksen gemerlap membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas. Rambut hitam ikalnya dibiarkan tergerai. Warna gelap tersebut membuat kulit putihnya semakin terekspos. Namun, Krisna sendiri tidak mengerti alasan dirinya tidak lagi tertarik pada Cintya. Ia mengakui kecantikannya, tapi hanya sebatas itu.

"Jangan terlalu percaya diri, Kris." Tiba-tiba tawa kecil Cintya berubah sinis. Nada bicaranya pun mencemooh. "Kamu boleh saja berubah sekarang, tapi bagiku kamu tetap Krisna culun dan gendut yang sama sekali tidak menarik. Aku menawarkan kesepakatan ini hanya demi keuntungan perusahaan kita."

Krisna menahan dongkol mendengar ocehan Cintya. Setahunya dulu orangtua gadis itu memang sangat sukses sebagai pengusaha garmen. Namun, seiring waktu Dahayu Group terus berkembang jauh lebih besar dari usaha keluarga Cintya. Mengingat orangtuanya yang bersahabat baik dengan Ratih dan Bagus, orangtua Krisna, sebenarnya bukan hal buruk membantu mereka. Akan tetapi, ucapan Cintya barusan justru membuat Krisna tidak lagi berminat.

"Oh, ya? Tapi aku punya saran yang lebih bagus buatmu, Cin." Krisna mengambil gelas minumannya, meneguk isi benda itu sembari menatap Cintya dengan remeh. "Berhentilah bermain-main dengan para pacarmu dan mulai bekerja. Karena aku yakin mama dan papaku tidak berminat untuk membiayai gadis manja sepertimu."

Meski tak lagi bertemu selepas SMA, Krisna tahu sepak terjang Cintya sebagai player. Dengan wajah cantik dan karirnya sebagai model, perempuan itu bisa menggaet banyak pria dengan mudah. Mulai dari pengusaha hingga aktor terkenal. Gaya hidupnya juga sangat hedon. Berita tentang kisah percintaannya sering muncul di media. Saras, kakak Krisna yang tak pernah ketinggalan berita semacam itulah yang menjadi sumber informasinya. Kakaknya itu dengan senang hati akan berbagi info tanpa diminta.

Cintya menggeram marah mendengar reaksi Krisna. Namun, sebisa mungkin ia menahan emosi dan tersenyum manis pada lawan bicaranya itu.

"Itulah untungnya menjadi cantik, Krisna. Lagipula aku bisa mendepak mereka. Bukan masalah besar."

"Lupakan saja," tolak Krisna, "aku tidak berminat diduakan dengan pacar simpananmu. Tapi sejujurnya aku memang sama sekali tidak berminat denganmu, Cin. Terima saja kenyataan kalau dugaanmu salah. Jangankan masih suka, aku bahkan nggak peduli denganmu."

"Sialan!" geram Cintya. Ia sudah kehabisan kesabaran menghadapi pria sombong di depannya itu. "Kita lihat saja nanti."

Cintya bangkit dan beranjak pergi dengan langkah cepat. Jelas sekali ia tampak kesal, tapi justru membuat Krisna tertawa senang. Karena Medusa itu akhirnya pergi juga.

Namun, kesenangan Krisna tak bertahan lama. Saat sedang asyik menikmati makanannya sendiri seperginya Cintya, ponsel pria itu berdering. Nama Saras tertera di layar sebagai pemanggil.

Tak tahu pasti alasan sang kakak menelepon, Krisna dengan santai mengambil benda tersebut dan mendekatkan ke telinga. Namun, begitu tersambung, ia tak sempat mengucap salam sebab suara lantang Saras sudah memenuhi telinga.

"Demi apa kamu serius jadian sama Cintya?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinderella Tanpa Sepatu Kaca    Mencari Kisah Yang Berbeda

    “Assalamualaikum.” Jingga yang tadinya sedang asyik mencorat coret buku sketsa buru-buru meletakkan benda itu. Suara yang baru saja mengucapkan salam adalah suara laki-laki. Ia tak perlu menebak-nebak untuk tahu siapa orangnya. “Wa’alaikumsalam,” jawab Jingga. Benar saja, sosok Krisna yang baru saja menutup pintu dan melangkah masuk pun terlihat. Pria itu mendekat seraya tersenyum manis. Di tangannya terdapat sebuah kantong yang tidak Jingga ketahui isinya. Bahkan sebelum insiden Jingga pura-pura tidur kemarin gadis itu sudah enggan Krisna menjaganya saat malam. Apalagi sekarang setelah bosnya tersebut diam-diam menyatakan perasaan. Jingga tidak memaksa mamanya datang karena ia tahu Riani juga butuh istirahat setelah seharian bekerja. Namun, bukan berarti juga ia tak bisa berada di rumah sakit sendirian. Ada perawat dan para dokter di sana. Mereka pasti akan melayaninya dengan baik karena untuk itulah mereka dibayar. Keberadaan Krisna di sana sama sekali tak

  • Cinderella Tanpa Sepatu Kaca    Biji Nangka Beneran Jatuh Cinta

    “Bukan cuma Adik Durhaka, tapi ternyata kamu juga Biji Nangka, ya!” Seruan Saras yang diringi sebuah tepukan di punggung membuat Krisna hampir tersedak. Beruntung sushi yang dipesannya dari restoran langganan itu sudah tinggal sepotong. Kehilangan selera makan saat ini tidak menjadi masalah, sebab perutnya sudah cukup kenyang. Namun, tetap saja Krisna berpaling pada sang kakak sembari melotot.“Kamu gila apa gimana, sih, Ras? Datang-datang bikin orang hampir mati aja,” protes Krisna. Ia jadi ingin menyemburkan air ke muka kakaknya itu alih-alih menawarinya makanan. Lagipula Saras pasti sudah makan siang, sebab Krisna termasuk terlambat menyantap makanannya. “Lagian pintu yang tertutup itu ada untuk diketuk lebih dulu. Main nyelonong aja.”Biasanya Saras memang tidak asal masuk meski ke ruangan adiknya sendiri. Hari ini saja perempuan itu membuat pengecualian. Tadinya ia hanya berniat mengintip lebih dulu. Tapi saat mendapati sang adik tengah menikmati makanan di so

  • Cinderella Tanpa Sepatu Kaca    Kunjungan Calon Ipar

    Kalau bukan karena melihat dengan mata kepalanya sendiri, Saras pasti tidak akan percaya dengan apa yang ia saksikan. Krisna, adiknya baru saja keluar dari sebuah ruang rawat VIP bersama Rengga. Tidak ada yang salah dengan menjenguk seseorang di rumah sakit. Akan tetapi, ada dua hal yang menjadikan tindakan adiknya itu aneh sekaligus mencurigakan.Pertama, Krisna menginap di rumah sakit yang artinya pria itu bukan berkunjung melainkan menjaga seseorang di sana. Dan, kedua, Saras tidak tahu siapa yang tengah sakit. Mengingat lingkaran pertemanan sang adik yang tak luas, kemungkinan terbesar hanya kerabat yang bisa mendapat perhatian sebesar itu dari Krisna. Sayangnya, sejauh yang Saras ketahui tidak ada kerabatnya yang tengah sakit.Jika kemarin Saras tidak mendengar percakapan Krisna dan Rengga, perempuan itu tidak akan pernah kepikiran untuk berada di rumah sakit sekarang. Saras lebih memilih berada di rumah menemani keluarganya sarapan daripada membuntuti Rengga

  • Cinderella Tanpa Sepatu Kaca    Perasaan Itu Ada

    "Jingga, aku jatuh cinta padamu."Kalau bukan karena sedang pura-pura tidur, Jingga pasti akan membelalakkan kedua mata saat mendengar kalimat itu dari bibir Krisna. Namun, saat ini gadis itu hanya bisa menahan diri dan bergeming. Membiarkan Krisna menganggapnya tak mendengar apa pun.Jatuh cinta. Krisna memang pernah bilang tertarik pada Jingga. Sebuah rasa suka. Tapi bagi gadis yang selama 25 tahun belum pernah memiliki kekasih, kata jatuh cinta memiliki arti yang lebih bagi Jingga. Itu adalah sebuah awal untuk hubungan yang mendalam untuk perasaan dua orang manusia. Itu lebih dari sekadar tertarik dan ingin berkenalan.Dan, kata itu diucapkan oleh Krisna. Bos Jingga yang selalu ia sebut labil karena sikapnya yang berubah-ubah sejak pertemuan pertama. Juga pria yang pagi tadi berhasil membuatnya tersipu habis-habisan hanya karena sebuah candaan. Padahal gurauan itu pun tidak didengarnya langsung dari Krisna.Tubuh Jingga menegang sewaktu ia mera

  • Cinderella Tanpa Sepatu Kaca    Curi Kesempatan

    Krisna melemparkan senyum pada seorang perawat yang baru saja meninggalkannya. Perempuan yang sama dengan yang ia temui di hari Jingga pertama dirawat. Mereka tadi sempat mengobrol singkat untuk membahas kondisi Jingga yang sudah lebih baik.Seperginya perawat tersebut, Krisna menghela napas panjang. Tangannya sudah berada pada pegangan pintu, siap untuk masuk. Akan tetapi, ia masih agak ragu menuju ke dalam. Ada rasa takut kehadirannya tak diterima, mengingat Krisna bukan anggota keluarga. Terlebih beberapa hari sebelumnya Jingga jelas-jelas sedang menjaga jarak dengannya.Namun, rasa khawatir dan rindu di hati Krisna akhirnya menang. Ia akan menerima saja jika Jingga marah padanya. Tidak akan mendebat balik. Karena yang terpenting adalah ia bisa menemani gadis pujaannya dan memastikan kondisinya baik-baik saja.Pintu itu akhirnya mengayun terbuka dengan perlahan. Krisna hendak mengucap salam ketika dilihatnya Jingga sedang berbaring dengan mata terpejam.

  • Cinderella Tanpa Sepatu Kaca    Cemburu

    “Lihat apaan, sih, Ma?” tanya Jingga yang masih jengkel dengan ketidakhadiran mamanya semalam. Kekesalan gadis itu bertambah karena bukannya segera memberi penjelasan, Riani justru sibuk mengamati ke luar jendela. Memangnya apa yang menarik di sana selain pemandangan deretan kendaraan yang tengah diparkir?“Lihat calon mantu Mama berangkat kerja. Rajin banget.” Jawaban Riani membuat Jingga berdecak. Krisna memang sudah menjaganya semalaman, tapi tidak berarti mamanya sampai harus memelototi pria itu hingga keluar gedung rumah sakit. Apalagi memujinya segala. Mengucapkan terima kasih saat mereka bertukar giliran tadi sudah cukup. “Mama nggak bisa nganggep Pak Krisna rajin cuma karena lihat dia berangkat kerja sekali.”Riani tiba-tiba menoleh pada putrinya. Menunjukkan ekspresi bingung, ia pun bertanya. “Memangnya Mama bilang yang Mama lihat itu Nak Krisna? Perasaan nggak, deh.” Mendapati wajah Jingga yang merona, perempuan itu tergelak. Kebingung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status