Home / Romansa / Cinta Dua Sisi / Separuh Harap

Share

Separuh Harap

last update Last Updated: 2021-09-27 12:05:19

Dua hari berlalu dengan cepat. Dita masih mencoba merayuku agar mau ikut dengannya ke Bandung. Sedangkan, ragaku enggan beranjak dari kota Jogja yang menyisakan kenangan masa lalu bersama Bapak dan Ratih, adikku.

"Maaf, Mba Dita. Saya tidak bisa." Aku melepaskan tangan Dita yang memohon sambil menggenggam jemari ringkihku.

"Mba, bantu aku. Kalau bayiku pengen lemper buatan Mba, gimana, dong? Masa Mba tega buat orokku ileran sejak dari kandungan?"

Wajah memelasnya sangat cantik, Tuhan. Matanya bundar dengan hidung yang tak bisa dibilang pesek, tak juga terlalu mancung serta bibir sekelas Angelina Jolie yang disapu lipstik pink menambah pesona gadis di depanku ini.

"Mba .... " panggilnya lagi dengan mimik yang mampu meluruhkan bunga di taman karena malu dengan indahnya.

Sebelum aku sempat menjawab, Dita telah berkat kembali.

"Akan aku penuhi semua harap, Mba." Dita sangat yakin dengan ucapannya.

Andai saja dia tahu, aku tak butuh yang lain. Aku ingin memiliki separuh lelaki yang bersamanya. Itu sudah cukup bagiku. Sejak pandangan pertama, aku tak bisa mengabaikan kehadiran Mas Arman. Lelaki dengan postur tinggi menjulang bak model, berkulit putih, mata sedikit cipit, dan senyum yang indah. Setiap malam aku berhayal bisa menjadi Dita. Berjalan bergandengan tangan dengan Mas Arman dan mendapat tatapan hangat penuh cinta dari lelaki itu.

Ini tak sepenuhnya salahku. Mereka harusnya tak perlu memperlihatkan kemesraan itu terlalu nyata di hadapanku. Aku hanya perempuan biasa. Perempuan yang haus cinta dari lelaki semenarik Mas Arman.

"Mba?" Dita masih mengejutkan lamunanku yang tak bertanggungjawab.

"Mba, mau minta apa?" Mas Arman ikut bertanya.

Aku menatapnya lembut. Aku ingin kamu, Mas. Bisakah aku menjawab itu?

"Loh, kok malah bingung, sih, Mba?" tegur Dita melihat gelagat anehku. Semoga saja Dita tidak menyadari tatapan mataku pada Mas Arman.

Aku harus apa? Haruskah aku ikut bersama mereka? Bagaimana jika aku benar-benar mendambakan sesuatu yang bukan milikku. Seseorang yang telah menyentuh hatiku, bahkan sebelum sempat aku menata indah namanya di hati.

Tidak, ini tak boleh terjadi, hatiku berteriak menolak imajinasi kotorku.

"Mba, tolong bantu saya. Anggap saja Mba nolongin bayi di kandungan istri saya." Mas Arman ikut berseloroh putus asa dan menatapku dengan mengiba.

Jangan, Mas. Jangan kautatap dengan wajah itu. Aku takut tak bisa melepasmu. Naluri jahatku memainkan peran yang tak beradab.

"Baiklah, Mba. Semua keputusan kami serahkan pada Mba. Kami akan berangkat dengan kereta api Argo Wilis ke Bandung pukul 11.06 WIB. Jika Mba mau ikut, kita tunggu di stasiun Tugu."

Begitulah putusan akhir yang dibuat Mas Arman untukku. Di satu sisi, aku sangat bahagia bisa melihatnya setiap hari jika ikut ke Bandung. Namun, di sisi lain, siapa yang akan ziarah ke makam Bapak dan Ratih jika aku pergi? Aku belum bisa melepaskan kepedihan itu, meski waktu mencoba mengusaikannya.

Aku menatap nanar langkah kaki Mas Arman dan Dita yang menjauh dari tempatku menawar lara dalam senampan lemper penghilang duka. Lemper yang disukai Dita dan Ratih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Dua Sisi   Doa dan Bisikan Iblis

    Pintu kamar kubuka sangat perlahan, hingga deritnya pun tak disadari dersik yang bertebaran mengantarkan indurasmi dari celah yang jendela balkon lantai dua menghadap kamarku.Ketika pintu terbuka, Aku tersenyum malu atas harapku yang tak patut. Kulihat lelaki bersahaja itu tertidur lelap di atas dipan kamarku yang kupakaikan seprai berwarna hijau lumut dengan lukisan bunga melati kecil bertebaran di sisi kaki tempat tidur. Menawan. Sama seperti Mas Arman yang terlelap sambil mendekap Diva kecil.Tuhan, andai saja mereka milikku, tak kan kusiakan keduanya dengan hal lain. Aku rela. Sungguh ikhlas dada ini, jika saja Mas Arman akan berlari padaku. Sayangnya, ini hanya harapku semata.Kuangkat tubuh mungil Diva, hendak kupindahkan kembali keayunan. Kulepaskan tangan Mas Arman yang mengintar erat gadis kecilnya. Namun, saat kulitnya tersentuh jemariku, aku seperti memegang bara yang membakar cakrawala. Panas. Tubuh Mas Arman sangat panas. Mungkinkah ini diakibatkan luka yang membaluri d

  • Cinta Dua Sisi   Curhat yang Tak Pernah Sampai 2

    POV ARMAN Kubanting pintu kamar dengan keras hingga bunyinya menggelegar bagai petir di siang bolong. Aku benar-benar tak menyangka dan tertipu dengan keceriaannya. Lima tahun mengarungi biduk ini bersama, ternyata aku tidak pernah benar-benar mengenalinya. Meskipun pernikahanku karena pertemuan tanpa disengaja, aku kira, aku mengenalnya. Aku kira cinta bisa datang dengan sendirinya dan mengalahkankan perbedaan yang ada. Nyatanya, bullshit. Takada yang benar-benar tulus. Sakit ... sungguh perih yang menghujam durja, saat kau mempercayainya, tapi dibalas pengkhianatan. Saat kau merasa istimewa, tapi dia menganggap tiada.Malam ini begitu dingin. Mobilku melaju dengan kencang membelah cahaya malam kota Bandung yang tak pernah sepi. Melewati jalanan padat hingga tiba di penghujung simpang jalan Batununggal melewati pasar kordon kujangsari. Aku ingin melarikan diri, jauh dari tekanan perih yang kautabur hingga tanpa kusadari sebuah cahaya menyilaukan mengusik mataku dan sebuah tabrakan t

  • Cinta Dua Sisi   POV Dita : Curhat yang Tak Pernah Sampai

    "Mas, aku mencintaimu tapi aku tak bisa melepasnya!"Aku berteriak pada Arman dan kulihat duka di matanya, sama seperti di mataku yang mungkin tak bisa dia baca.Mungkin Mas Arman pikir, ini mudah bagiku, tapi dia salah. Aku juga berjuang untuk jujur padanya. Ini bukan perihal mudah. Tidak baginya, pun bagiku. Dia bahkan tidak bertanya siapa lelaki itu? Apa sebegitu tak pentingnya keberadaanku di hatinya? Aku hanya bisa menenggelamkan kepalaku di bawah bantal guling ini menahan hati yang tak baik-baik saja.Mas Arman pergi sebelum sempat kujelaskan kenapa aku menyalahkannya atas pilihanku. Awalnya aku hanya ingin dia mengerti, dan bertanya siapa lelaki itu. Aku ingin dia peduli padaku dan memintaku kembali dengan tulus seperti dulu. Aku ingin merasakan kembali cinta menggelora untukku di matanya. Kenyataannya, Mas Arman berlalu dengan membawa kemarahannya yang tersulut bagai api di netranya. Aku kehilangan cinta Mas Arman, dan semua harap

  • Cinta Dua Sisi   Sesat dalam Siasat

    Langkah kaki itu terdengar begitu nyaring. Memekakkan telinga yang dihuni kesunyian malam yang tenang. Bulu romaku bergidik ngeri, mungkinkah ada maling di rumah ini?Aku hendak berbalik dan bersembunyi di kamarku yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat kuberdiri terpaku, ketika aku bisa mengendus harum tubuh yang sangat kukenal.Mas Arman,hatiku berucap syukur. Ketakutan yang sebelumnya menghantui, seketika sirna.Mas Arman berjalan dengan berat dan kepayahan. Kakinya telah ditopang oleh sebuah balutan gips dengan satu tongkat penyangga."Ya Allah, Mas. Kenapa ini?" pekikku terkejut dan cemas.Lelaki yang sampai sekarang masih bertahta di hatiku meski telah tiga tahun berlalu dan waktu tak jua menyembuhkan harapku yang gila ini, terlihat kuyu dan redup.Dia hanya berjalan melewatiku tanpa melihat betapa parasku begitu pucat dan khawatir. Dibukanya pintu kamar dengan

  • Cinta Dua Sisi   Cahaya yang Hilang

    Aku menatap kosong jendela kamar yang mengarah ke taman belakang rumah indah ini. Rumah asri yang dengan dua lantai dan lima kamar yang luasnya masing-masing seluas rumahku di kampung.Dari pertama tiba di sini, aku selalu berdecak kagum melihat sekitar rumah. Megah tapi tak berlebihan. Letak rumahnya bisa dikatakan berada di pusat kota Bandung. Entahlah, meski sudah tiga tahun di kota ini, aku belum begitu hafal tata letak kota ini. Bagaimanapun, aku hanya berlalu lalang di sekitar komplek perumahan asri ini dan palingan hanya ke pasar Kiaracondong untuk belanja kebutuhan dapur.Aku takpernah berjalan mengintari kota Bandung, kecuali Mba Dita mengajakku untuk menemaninya berbelanja agak jauhan. Itu pun jarang sekali terjadi. Mba Dita lebih senang pergi dengan Mas Arman atau temannya yang modis. Apalagi setelah kehadiran Diva, tentu aku tak bisa leluasa ke mana pun.Tetiba nyeri itu kembali menusuk lebih dalam dari yang

  • Cinta Dua Sisi   Damba yang Tak Patut

    Bayangan Bapak masih menari indah di pelupuk mata hingga membuat netraku memanas dan hatiku tercekat. Tak dapat kuuraikan betapa ragaku remuk.Tiga tahun lalu, aku menetap di kota kembang ini. Membawa segala laraku yang tak pernah berujung. Tentang sesal yang tiada berakhir meski payung payoda kota ini sungguh menenangkan. Bapak ... aku ingin bercerita seperti ketika aku terjatuh saat mencoba mendayung sepeda butut pertama dan terakhirku darimu. Lalu,rengkuhmu setelahnya menguatkanku kembali untuk tidak menyerah meski terjatuh.Aku tak mampu menahan sesegukanku hingga memecah kesunyian dari jejak yang telah ditinggal malam. Saat sarayu mencumbu pipiku perlahan, dingin menjalar seluruh tubuhku dan bergetarlah perih yang masih bernanah di sanubari. Sedang embun masih berdermaga di sana tanpa mengusik meski menetap.Bayangan kejadian dua jam yang lalu masih menghantuiku. Selama aku di sini, tak pernah sekalipun aku mendengar Mas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status