Setelah ku menyelesaikan pekerjaanku, aku Tiba-tiba kepikiran dengan keadaan Salman.
“Aku check keadaan Salman dulu kali yak?” tanyaku dalam hati. Dan aku langsung pergi ke ruangannya.
Tokk.. Tok....
“Bisa saya masuk?” tanyaku dari luar ruangan.
“Iya, Dok,” jawab Salman dari dalam.
Aku pun masuk kedalam bersama Danita.
“Bagaimana keadaan kamu?” tanyaku pada Salman.
“Alhamdulillah, sudah baikan Dok,” jawabnya.
“Saya check dulu ya,” ucapku.
“Keadaan kamu mulai membaik tapi, kamu harus lanjutkan theraphy biar kaki kamu pulih kembali!!” ucapku padanya.
“Iya, Dok. Apa besok saya bisa keluar dari rumah sakit ini, Dok?” tanyanya padaku.
“Besok? insyaAllah besok kamu bisa pulang,” ucapku.
Wajah Salman mulai berubah menjadi sedih dan murung.
“Kenapa? kok jadi sedih gitu?” tanyaku padanya.
“Saya mau pulang kemana, Dok?saya gak mau pulang ke rumah,” ucapnya dengan menangis.
“Kamu gak boleh begitu Salman, bagaimanapun itu rumah kamu. Kamu masih punya orang tua yang harus kamu jaga. Aku udah kasih buku itu ke kamu jadi, kamu luapkan semua rasa lelah atau apapun itu di sepertiga malam kamu,” jelas ku padanya untuk membujuknya tetap kembali kerumahnya.
“Kamu juga punya kakak yang masih peduli sama kamu,” ucapku.
“Terimakasih, Dok. Saya butuh sendiri,” ucapnya. Aku dan Danita pun beranjak pergi dari ruangan itu, agar Salman beristirahat dan menenangkan dirinya dulu.
“Mau pulang kapan dokter Kyomi?” tanya dokter Izzam yang tiba-tiba muncul di hadapanku.
“Ini mau pulang, Dok,” jawabku
“Ada apa ya, Dok?” tanyaku pada dokter Izzam.
“Eumm, mau ajak pulang bareng tapi, bukan mahrom,” ucapnya dengan malu-malu.
“Hmm.., ya udah, pulang sama dokter Fachrul aja,” jawabku.
“Yang sudah pasti mahrom,” ucapku dengan bisik dan tersenyum.
Aku pun langsung pergi dan menemui Danita yang pergi begitu saja saat dokter Izzam datang.
“Nit, ngapa pergi tadi?” ucapku sedikit kesal dengannya.
“Ada pasien tadi,” jawabnya.
“Udah? pulang yok!! Jam 24:00 nih,” ucapku untuk mengajaknya pulang.
“Udah, yuk,” jawab Danita.
"Gimana Salman, Key?" tanya Danita.
"Baik, tadi kamu dengar sendiri kan?" tanyaku.
“Hehehe.. Iya,” jawabnya.
“Sampai ketemu besok ya, Key!” ucap Danita.
“Iya, good night Dahhhh!” ucapku dengan melambaikan tangan.
“Hmmm, pagi ini cerah banget ya, Nit?” ucapku pada Danita.
“Iya, Key,” jawabnya.
“Aku seneng banget, pagi ini,” ucap Danita.
“Kenapa?” tanyaku.
“Karena, hari ini ada perawat baru,” ucapnya dengan gembira.
“Iya?” ucapku dengan terkejut.
“Iya,” jawab Danita.
“Eummm.... Aku duluan ya, nanti kita lanjut lagi,” ucapku pada Danita.
“Dok, ada pasien yang baru datang,” ucap perawat.
“Iya, saya kesana sekarang,” ucapku.
Di ruang UGD
“Dok, pasien kesulitan untuk bernapas,” ucap suster.
“Langsung pasang alat aja Sus!!!” perintahku pada suster.
Setelah aku coba untuk menyelamatkan pasien ternyata, aku gagal menyelamatkan pasien itu.
“Keluarga pasien?” tanyaku pada kerumunan orang yang menunggu diluar ruangan.
“Saya Dok, Ibunya,” ucap salah satu keluarga pasien.
“Bagaimana keadaannya, Dok?” tanya keluarga.
“Maaf Bu, putri Ibu tidak bisa diselamatkan,” ucapku pada keluarga pasien.
Mereka menangis histeris dan langsung masuk ke ruangan.
Aku langsung beranjak ke musholla rumah sakit.
Di musholla
Aku mengambil air wudhu dan shalat dhuha. Setiap aku gagal menyelamatkan nyawa pasien ku. Aku selalu datang dan bersujud di musholla ini. Aku luapkan rasa bersalahku dan kecewaku pada diri sendiri.
“Dok...,” ucap seseorang memanggilku dari belakang.
Aku yang sedang berdoa dan menangis terkejut mendengar ada suara tepat di belakang ku. Aku menoleh dan,
“Salman?” tanyaku yang heran kenapa dia disini.
“Iya Dok, tadi saya mau shalat dhuha dulu disini sebelum saya pulang ke rumah,” ucapnya padaku.
“Alhamdulillah, udah faham tentang shalat. Bagus deh kamu bisa lebih tenang saat dekat dengan sang pencipta,” ucapku dengan suara lirih karena, habis menangis.
“Itu semua kan berkat buku yang dokter kasih ke saya,” ucapnya.
“Semua itu karena keinginan dari dalam diri kamu juga,” ucapku.
“Makasih ya Dok.Ngomong-ngomong , dokter kenapa kok seperti sedang sedih?” tanya Salman.
“Enggak, gak apa-apa. Biasalah habis berduaan dengan Allah,” ucapku dengan berusaha menutupi wajah sedihku.
“Dokter sedih karena, pasien Dokter tidak terselamatkan? saya tau kok Dok, tadi saya tanya ke suster,” ucap Salman yang duduk di kursi roda di samping ku.
“Iya Salman, saya sedih karena pasien saya tidak terselamatkan,” ucapku.
“Dokter sudah melakukan yang terbaik. Tapi, Dokter juga tidak bisa menunda ajal seseorang karena itu semua sudah ditentukan yang maha kuasa,” ucap Salman yang membuatku kembali tenang.
“Iya, kamu benar dan saya juga berpikir seperti itu tapi, hal yang wajar jika kita menangis dan kecewa. Iya, kan?” ucapku.
“Iya, Dok,” ucap Salman.
“Oo, iya. Jadwal theraphy kamu 2 kali dalam seminggu lusa hari jum'at dan ahad,” ucapku mengalihkan pembicaraan.
“Iya, Dok terimakasih,” ucap Salman.
“Saya lanjut bekerja lagi,” ucapku pamit pada Salman.
“Iya, Dok Silahkan,” ucapnya dan aku pun beranjak pergi.
Entah kenapa aku merasa lega setiap mendengar apa yang diucapkan Salman.
"Astaghfirullah, Keyla," ucapku dalam hati dengan mengelus-elus dada.
Suster terheran melihatku dari jauh yang kemudian..,
“Dok, Dokter kenapa?” tanya suster.
“Tidak apa-apa, Sus,” ucapku dengan gugup karena terkejut.
“Eee..., gimana pasien yang lain?” tanyaku pada suster.
“Pasien atas nama Salman sudah pulang tadi dan jenazah pasien tadi pagi juga sudah diurus. Ada satu pasien Dokter yang masih di ruang ICU.” jelas suster padaku.
“Eumm, saya kesana sekarang Sus,” ucapku pada suster dan bergegas ke ruang ICU.
Di ruang ICU,
“Sus, pasien sudah membaik nanti tolong dipindahkan ruangan ya!!!” ucapku.
“Dok, bagaimana keadaan Kakak saya?” tanya keluarga.
“Keadaannya mulai membaik dan nanti akan di pindahkan ruangan,” ucapku pada keluarga pasien.
“Saya tinggal dulu ya, Bu,” ucapku yang kemudian beranjak pergi.
“Walaupun hari ini ada yang tidak terselamatkan karena diriku tapi, setidaknya yang lain bisa kembali sembuh,” batinku dalam hati.
Aku kembali ke ruangan ku dan,
Tokk... Tokk....
“Dok?” panggil seseorang.
“Iya, masuk!!” seruku.
“Dok, ada beberapa pasien yang ingin consult,” ucap perawat.
“Suruh masuk dan tertibkan!!” perintahku.
“Siap, Dok,” jawab perawat itu.
Saat beberapa pasien selesai berconsult.
“Perawat!!” panggilku.
“Iya, Dok?” jawab perawat.
“Ada berapa pasien lagi?” tanyaku padanya.
“Satu lagi, Dok,” jawabnya padaku.
“Ya sudah, suruh masuk!!!” ucapku pada perawat.
“Saya minta waktu istirahat beberapa menit setelah ini ya,” ucapku pada pada perawat.
“Siap, Dok,” jawabnya.
Tokk... Tokk....
“Silahkan masuk!!” seruku.
“Assalamu'alaikum, Dok,” ucapan salam dari pasien.
“Wa'alaikumussalam,siapa nama nyonya?” tanyaku.
“Zahro', Dok,” jawabnya.
Aku terkejut mendengar namanya dan,
“Keluhannya apa?” tanyaku.
Ia menceritakan keluhannya dan aku beri resep obat.
“Ini resep obatnya dan jangan lupa ditebus di apotik ya!!” ujarku padanya.
Sebelum ia pergi,
“Sebentar!!” seruku.
“Iya, Dok?” jawabnya.
“Berapa saudara kamu?” tanyaku dengan penasaran.
“Dua bersaudara, Dok,” jawabnya.
“Anak keberapa?” tanyaku.
“Anak ke-dua. Ada apa ya, Dok?” jawabnya.
“Euhhhh.. Tidak terimakasih, silahkan keluar!” ucapku.
Aku termenung teringat sesuatu.
Pluk.. Pluk..
Suara handphoneku menandakan ada chatt yang masuk.
"No baru?" ucapku terheran.
Aku balasi,
[Siapa?] balasku.
[Salman, Dok,] balasnya.
[Ooowh, Salman sudah sampai?] tanyaku membalas chattnya.
[Alhamdulillah, sudah.
Bagaimana keadaan Dokter?] balasnya.
[Baik, kenapa emang?] balasku.
[Tadi kan Dokter lagi sedih,] balasnya.
[Sudah tidak lagi kok,] balasku.
[Saya sedang bekerja maaf, kamu istirahat aja dulu kan baru pulang dari rumah sakit,] balasku.
[Oo,ya sudah Dok. Lanjutkan saja bekerjanya, semangat!!] balasnya.
Entah kenapa dengan Salman tapi,dia seperti bukan hanya sekedar pasien. Pikirku, sudahlah dia hanya berterimakasih saja tidak lebih.
“Nit, tolong kamu bantu aku ya,” pintaku pada Danita.“Kenapa, Key?” tanyanya.“Nanti jam 10:00 ada jadwal theraphy, tolong bantu aku ya,” jelasku pada Danita.“Oalahh.., iya nanti aku yang temenin kamu,” jawab Danita dengan tersenyum.“Ya udah aku duluan ya,” ucap Danita.“Iya..,” jawabku.“Dokkk!!!” panggil seseorang dari kejauhan.Aku pun menoleh dan ternyata Salman.“Udah disini aja? jadwal theraphy kamu kan jam 10:00 nanti,” ucapku dengan terkejut.“Iya, Dok. Aku mau ketemu sama Dokter,” ucapnya dan datang dua orang bapak dan ibunya Salman.“Ibu sama Bapak mau ketemu sama Dokter,” ucap Salman.“Ouwhh, iya di ruangan saya aja ngobrolnya yuk!! Pak, Bu,” ucapku pada orang tua Salman.Di ruang dr.Keyla Kiyomi Kekira“Silahkan! duduk Bu, Pak,” ucapku m
“Bun, aku pergi dulu ya,” ucapku pada bunda.“Iya Key, hati-hati!!” teriak bunda dari kamar tidur.Aku bergegas ke rumah Danita karena, aku pikir ini sudah terlambat sekali.“Assalamu'alaikum, Nit?” panggilku.“Wa'alaikumussalam, bentar Key!” teriaknya dari dalam.Tidak lama kemudian Danita keluar.“Kamu cantik amat Nit?Mau kemana?” ucapku meledek Danita.“Udah yuk!! nanti terlambat,” ajak Danita tersipu malu setelah ku puji.“Wkwkwk, Danita...Danita..,” bisik ku dengan tergeleng-geleng melihatnya yang salting.“Ayo Key!!” serunya.“Iya,” jawabku yang kemudian menyusulnya ke mobil.Di restaurant“Assalamu'alaikum,” salam ku pada Salman dan keluarganya.“Wa'alaikumussalam, silahkan duduk, dok,” ucap orang tua Salman.“Kenalkan Bu, Pak. In
“Gimana dinner semalam, Key?” tanya bunda padaku.“Alhamdulillah seru, Bun. Gak ada kendala juga,” jawabku dengan santai.“Baru kali ini kamu sampai diajak dinner bareng keluarga pasien. Ada apa Key?” tanya ayah ayang merasa curiga pada hubunganku dengan Salman.“Gak ada apa-apa, Yah. Keluarga Salman sampai begitu karena, waktu itu Salman kecelakaan karena kabur dari rumah. Dan dia sempat koma lalu Keyla sebagai dokter berhasil menyelamatkannya dengan izin Allah dan dia juga sering curhat ke Keyla lalu Keyla sarankan ke Salman untuk dekat dengan Allah. Keyla kasih buku tuntunan shalat biar Salman bisa belajar shalat. Makanya, orang tua Salman sampai seperti ini,” jawabku menjelaskan pada ayah dan bunda.“Keyla biasa aja, gak ada hubungan apa-apa dengan Salman,” jelas ku.“Kalau dia itu memang baik agama,nashob dan mampu menjaga kamu ya, gak apa-apa,” cletuk ayah.A
Siapa yang datang malam-malam begini? tanyaku dalam hati. Saat aku ingin mengambil baju tapi, ternyata bunda sudah siapkan baju untukku.“Baju ini? cuma nemuin tamu sebentar tapi, kenapa pakai baju sebagus ini?” gumam ku.“Key?” panggil bunda.“nanti turun sekalian bawa makanan yang sudah bunda siapkan di dapur ya!!” ucap Bunda.“Iya, Bun,” jawabku.Aku turun dan membawa makanan yang sudah disiapkan Bunda. Aku terkejut ternyata yang datang adalah dokter Izzam dan keluarganya.“Silahkan dinikmati!!” ujar ku pada orang tua dokter Izzam.“Key, duduk di samping ayah!” pinta bunda padaku. Aku pun duduk di samping ayah dan menyimak pembicaraan antara orang tuaku dan orang tua dokter Izzam.“Key,tadi ini nak Izzam sudah menelpon ayah. Ia meminta izin pada ayah untuk datang bersama keluarganya dengan maksud meminang mu,” ucap ayah.Ucapan ayah tadi membu
“Maaf, sus. Dokter Kiyomi dimana ya?” tanya Salman pada salah satu suster di rumah sakit.“Dokter Kiyomi hari ini sedang cuti. Ada apa ya?”jawab suster itu.“Euum, iya hari ini jadwal saya untuk theraphy,” jawab Salman.“Atas nama siapa ya mas?”tanya suster itu.“Atas nama Salman, sus,” jawab Salman.“Untuk sementara waktu pasien theraphy dokter Kiyomi akan ditangani oleh dokter Devi. ”ucap suster.“Terimakasih ya, sus,” jawab Salman.Salman penasaran kenapa dokter Kiyomi cuti. Akhirnya setelah theraphy selesai Salman pergi ke rumah dokter Kiyomi.“Ada acara apa ya mas?” tanya Salman pada tetangga di samping rumah dokter Kiyomi.“Oo..., itu ada acara pertunangan nanti malam mas,” jawab tetangga di samping rumah dokter Kiyomi.“Pertunangan??” tanyaku heran.“Iya mas pertunangan dokter
Ada apa ya, Pak? tanyaku pada kepala rumah sakit. Aku dipanggil oleh kepala rumah sakit ke ruangannya.“dr.Kiyomi, saya memanggil anda karena untuk sementara waktu anda dipindah tugaskan ke rumah sakit MARMARA UNIVERSITESI Prof.Dr.Asaf Ataseven Hastanesi,” jelas bapak kepala rumah sakit.“Kapan saya mulai dipindah tugaskan, Pak?” tanyaku.“Mulai esok, dok. Disana ada pasien yang membutuhkan bantuan dokter,” jawab bapak kepala rumah sakit.“Baik, Pak,” jawabku.“Kalau begitu saya permisi dulu ya, Pak,” pamit ku pergi dari ruangan.“Iya silahkan, dok,” jawab bapak kepala rumah sakit. Aku pergi dari ruangan itu dan langsung ke ruangan ku dan memberi tahu Danita yang kebetulan ada di ruangan ku.“Nit, aku besok dipindah tugaskan ke turki untuk sementara,” ucapku memberi tahu kepada Danita.“Turki?!” teriaknya terkejut mendengar nama nega
Bandara Internasional Attaturk,Turki.“Atatürk uluslararası havaalanına hoş geldiniz,” disambut dengan ucapan selamat datang oleh tour guide.“Teşekkürler” ucapku berterimakasih padanya.“Saya Syakira,” ucapnya memperkenalkan dirinya dan bersalaman padaku.“Saya orang indonesia ko, dok,” ucapnya padaku.“Jadi, kamu orang indonesia juga?” tanyaku.“Iya,jadi kakak dokter mau diantar kemana?” tanyanya padaku.“Marmara Guesthouse,” jawabku.“Langsung mau ke penginapan?” tanyanya.“Iya,” jawabku.Sepanjang jalanan kota Istanbul menyimpan banyak kenangan ku dan Farihah. Memandangi kota ini aku seperti berjalan dengan arah badan berbalik. Air mata seakan berucap "temanku banyak jatuh di kota ini, dan tuanku terhempas dari nya."Aku kembali pada tujuan yang harus fokus pada pekerjaan agar cepat perg
Harapan baru muncul dari berita yang nyonya Gracellia infokan padaku. Nomor telpon Farihah pun sudah kudapatkan.“Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi,” jawaban yang kudengar saat menelpon Farihah. Berkali-kali aku telpon Farihah tapi, nomornya tidak dapat dihubungi.Untuk apa aku nelpon Farihah? pikirku.Benar yang dikatakan nyonya Gracellia, jangan menoleh kebelakang lagi! Fokus untuk jalan ke depan!pikirku meyakinkan diriku untuk bisa fokus pada masa depanku.Cukup sudah memikirkan Savas karena, belum tentu Savas memikirkan ku dan mencari keberadaan ku.Handphone ku berdering menandakan ada panggilan masuk. Aku mengambil handphone yang ada di samping ku.“Assalamu'alaikum, dok,” ucapnya.[“Wa'alaikumussalam, bapak kepala rumah sakit?”] tanyaku.[“Iya, dok. Dokter besok bertugas di rumah sakit UNIVERSITAS MEDIPOL,”] ucap kepala rumah sakit.“Baik, Pak,” jawabku.