“Nit, tolong kamu bantu aku ya,” pintaku pada Danita.
“Kenapa, Key?” tanyanya.
“Nanti jam 10:00 ada jadwal theraphy, tolong bantu aku ya,” jelasku pada Danita.
“Oalahh.., iya nanti aku yang temenin kamu,” jawab Danita dengan tersenyum.
“Ya udah aku duluan ya,” ucap Danita.
“Iya..,” jawabku.
“Dokkk!!!” panggil seseorang dari kejauhan.
Aku pun menoleh dan ternyata Salman.
“Udah disini aja? jadwal theraphy kamu kan jam 10:00 nanti,” ucapku dengan terkejut.
“Iya, Dok. Aku mau ketemu sama Dokter,” ucapnya dan datang dua orang bapak dan ibunya Salman.
“Ibu sama Bapak mau ketemu sama Dokter,” ucap Salman.
“Ouwhh, iya di ruangan saya aja ngobrolnya yuk!! Pak, Bu,” ucapku pada orang tua Salman.
Di ruang dr.Keyla Kiyomi Kekira
“Silahkan! duduk Bu, Pak,” ucapku meminta mereka untuk duduk.
“Terimakasih ya, Dok. Dokter sudah memberikan kekuatan dan harapan hidup pada Salman,” ucap bapak Salman.
“Sudah tugas saya sebagai dokter dan sebagai muslim untuk saling membantu, Bu,” ucapku.
“Ini salah Ibu, Dok. Karena, Ibu dan Bapak tidak memperhatikan Salman dan mementingkan ego kami,” ucap orang tua Salman dengan menyesal.
“Yang berlalu biarlah berlaku Bu, Pak. Yang terpenting kita bisa memperbaikinya. Karena belarut-larut dalam penyesalan juga tidak akan memperbaiki kesalahan yang telah terjadi,” ucapku menenangkan mereka.
“Iya, Dok. Saya ucapkan terimakasih sekali lagi sama Dokter,” ucap mereka.
“Tapi, maaf Bu, Pak saya harus buru-buru. Soalnya masih ada pasien sebelum saya theraphy Salman. Jadi, saya gak bisa berlama-lama ngobrol disini,” ucapku dengan lembut.
“Iya, Dok. Kalau gitu kami pergi dulu ya, Dok,” pamit mereka.
“Iya, Bu. Terimakasih lo repot-repot datang kemari,” ucapku.
“Enggak apa-apa, Dok,” ucap mereka.
Mereka pun meninggalkan ruangan karena, aku masih banyak pasien yang harus aku tangani.
“Dok, ditunggu pasien di ruangan ICU,” ucap perawat.
“Iya, saya segera kesana,” jawabku.
Saat dijalan menuju ke ruang ICU tiba-tiba,
“Dok, nanti siang kita lunch bareng yuk,” ajak dokter Izzam.
“Eumm, insyaAllah ya, Dok. Saya gak bisa janji,” jawabku.
“Maaf, Dok saya harus urus pasien,” ucapku.
Aku pun langsung bergegas pergi ke ruang ICU.
Di ruang ICU,
“Dok, detak jantung pasien melemah,” ucap perawat.
“Tolong ambilkan defribrilator!!” perintahku.
“Baik, Dok,” jawab perawat dengan bergegas mengambil alat.
“Alhamdulillah, pasien stabil kembali,” ucap syukurku dan memberitahukan pada suster. Saat aku keluar,
“Dok, bagaimana keadaan pasien?” ucap seseorang.
“Keadaan pasien mulai stabil kembali. Jangan khawatir!” ujar ku.
“Sus, tolong suntikan obat ini ke pasien, saya ada jadwal theraphy hari ini. Saya tinggal dulu ya, Sus,” ucapku.
Aku pun pergi menuju ruangan dan bersiap-siap melakukan theraphy untuk Salman.
“Nit, jangan lupa 15 menit lagi!!” ucapku mengingatkan Danita.
“Iya, Key,” jawabnya.
“Suster, tolong beri tahu pasien theraphy atas nama Salman untuk bersiap-siap,” pintaku pada Suster.
Di taman
“Dok..,” panggil Salman.
Sudah siap? tanyaku.
“InsyaAllah, Dok,” jawabnya.
Perawat membantunya untuk berjalan perlahan-lahan. Perkembangan Salman mulai terlihat, kakinya mulai bisa digerakkan dan bisa untuk berjalan perlahan demi perlahan.
“Alhamdulillah, Dok,” ucap Salman dengan penuh gembira.
“Kaki saya bisa untuk berjalan kembali,” ucapnya dengan sangat gembira.
“Kita ada 2 kali pertemuan lagi agar kaki kamu benar-benar pilih kembali,” ucapku memberitahukan padanya.
“Kamu juga harus rutin minum obatnya agar cepat pulih,” ujarku.
“Key,aku tinggal ya,” ucap Danita.
“Iya, Nit,” jawabku.
“Sekarang kamu gak perlu kursi roda tapi, pakai ini!!” saran ku sambil menyodorkan tongkat.
“Wahhh., benar Dok?” ucapnya dengan terkejut gembira.
“Sekarang coba kamu berjalan dengan dua tongkat ini!!” saran ku.
“Iya, Dok,” jawabnya dengan semangat.
“Perlahan saja!!” seruku.
“Iya, Dok,” jawabnya.
Ia begitu gembira dengan keadaannya saat ini. Entah mengapa, aku ikut senang melihatnya gembira begitu. Aku juga baru kali ini aku tidak canggung melakukan theraphy pada laki-laki. Aku merasa nyaman dan senang.
“Dok!!” panggil Salman yang mengejutkanku dari lamunanku.
“Dokter, kenapa senyum-senyum sendiri?” ucapnya meledekku.
“Tidak, tidak apa-apa,” jawabku tersipu malu.
“Dok, Ibu dan Ayah mengundang dokter dinner malam ini. Dokter bisa dateng?” ajak Salman.
“Dinner?” tanyaku terkejut.
“Iya, Dok. Kenapa emang?” tanya Salman.
“Tidak,” jawabku.
“Ibu mau berterimakasih dan mengenal dokter lebih lagi,” ucapnya
Aku terkejut dengan pernyataan yang diucapkan oleh Salman.
“InsyaAllah, saya datang,” jawabku.
“Tapi, saya datang bersama teman saya Danita ya?” ucapku.
“Iya, Dok. Mau bareng keluarga Dokter aja gak apa-apa kok,” jawabnya dengan gumam.
“Apa?!” sahutku.
“Tidak, Dok,” jawabnya.
“Ya sudah, saya lanjut mengurus pasien yang lain,” pamit ku.
Aku merasa tidak enak dengan keluarga Salman yang begitu baik denganku.
“Woyy!!” kejut Danita.
“Kenapa kamu?” tanyanya padaku.
“Kamu ini kebiasaan ya, buat aku kaget. Kalau aku kena jantung gimana coba?” ucapku dengan kesal.
“Hehehe, maaf Key. Jangan marah,ya!” bujuk Danita.
“Iya. Nit, nanti malem ikut aku yuk," ajak ku.
“Kemana?” tanya Danita dengan penasaran.
“Dokter Izzam ya?” tanyanya dengan meledekiku.
“Hahaha,... Salah!!” jawabku.
“Terus?” tanyanya.
“Aku diajak dinner sama keluarga Salman, nanti malam.” ucapku.
“Kok bisa sampai dinner?” tanya Danita.
“Iya, tadi Salman yang mengajakku. Katanya orang tuanya mau mengenalku lebih dekat,” ucapku.
“Aku juga heran sih, Nit,” ucapku yang merasa aneh.
“Ya udah kita selesaikan urusan kita sekarang biar bisa pulang lebih cepat,” saran Danita.
“Iya, Nit,” jawabku.
Danita pun langsung pergi melanjutkan pekerjaan.
“Sus!!” seruku.
“Iya, Dok?” jawabnya.
“Ada berapa pasien yang harus saya urus hari ini?” tanyaku.
“Tidak banyak, Dok,” jawabnya.
“Ya sudah, terimakasih,” ucapku.
“Iya, Dok,” jawabnya.
Aku segera menyelesaikan pekerjaanku agar tidak terlambat datang dinner malam ini.
Tapi, sebelumnya aku hubungi Bunda dulu.
“Assalamu'alaikum, Bun,” salam ku.
[“Wa'alaikumussalam, kenapa Key?”] jawab Bunda.
“Bun, nanti malam Keyla gak makan malam di rumah. Keyla ada dinner bareng teman,” jawabku.
[“Iya Key, gak apa-apa,”] jawab bunda.
“Tapi, nanti Keyla pulang dulu kok, Bun,” ucapku.
[“Iya gak apa-apa, Ayah juga kan ada di rumah,”] jawab Bunda.
“Ya udah Bun, Keyla lanjut kerja dulu, ya?” ucapku.
["Iya, Nak,”] jawab Bunda
“Assalamu'alaikum, Bun” ucapku.
[“Wa'alaikumussalam,”] jawab Bunda.
Ku selesaikan semua pekerjaanku dan aku bisa pergi.
“Nit, ayo kita pulang,” ajak ku.
“Iya, yo!” jawabnya.
“Jangan lama-lama ya! 20 menit waktu untuk bersiap-siap terus kita berangkat, takutnya terlambat,” ucapku.
“Iya, Keylaa,” jawabnya dengan geram.
Dan kemudian masuk ke rumahnya.
“Aku pakai baju apa ya?” bisik ku.
“Pakai baju ini aja, Key,” saran Bunda.
“Bunda??” ucapku dengan terkejut.
“Dinner bareng siapa Nak?” tanya Bunda.
“Tadi, Keyla diajak dinner bareng keluarga sama pasien Keyla. Katanya orangtuanya mau berterimakasih karena, Keyla udah selamatkan nyawa anaknya,” jawabku.
“Oalah, kamu pergi bareng Danita kan?” tanya Bunda mengkhawatirkan ku.
“Iya, Bun. Ya udah Keyla siap-siap dulu ya, nanti terlambat gak enak, ”ucapku pada Bunda.
“Ngomong-ngomong pilihan Bunda cucok,” bisik ku pada Bunda dan pergi.
Perlahan dr. Izzam mencoba meraih tangan ku untuk bergandeng dengannya. Lalu, Zarrah memukul tangan Izzam dan membuatnya tersipu malu saat aku menoleh ke arahnya. Zarrah pun mengejeknya,“Hayoo!? Tangan Kakak nakal!” seru Zarrah meledek dr. Izzam.dr.Izzam hanya tersipu malu, kemudian Zarrah menyatukan tangan ku dengan tangan dr. Izzam dan tersenyum padaku. Aku menoleh saling menatap wajah dengan dr. Izzam. Diwajahnya tampak cinta yang begitu besar nan tulus. Namun, di mataku terlihat realita yang bertolak belakang dengan realita cinta yang dimiliki oleh dr. Izzam.“Mau minum?” tanya dr. Izzam menawarkan ku. Aku menggelengkan kepala menolak tawaran dr. Izzam.“Kamu kok kelihatan pucat?” tanya dr. Izzam padaku.Muka ku terlihat pucat karena kelelahan mencari Savas kemarin, aku sampai lalai dengan kesehatanku sendiri. Lalu aku meminta izin kepada dr. Izzam untuk ke toilet sebentar. dr. Izzam memanggil Zarrah untuk menemaniku
November, bulan yang seharusnya menjadikan ku wanita paling bahagia didunia. Hari dalam bulan itu adalah hari spesial dalam sejarah hidupku. Hari pernikahanku dengan dr. Izzam, dress putih yang sudah tergantung di kamarku dan koper yang berisi pakaian telah tersusun rapih. Tapi, hari ini bukanlah hari terakhir namamu ada dalam sujud sepertiga malam ku. Rabbku juga tak akan melarang namamu tersebut oleh lisanku. Orang lain boleh menjadi imam ku tapi, orang lain tidak boleh menghentikan ku menyimpan mu dalam sepertiga malam ku.Danita sangat antusias mempersiapkan pernikahanku hari ini. Aku memilih Danita untuk merias ku di hari spesial ini.Aku duduk di meja rias, depan kaca dan memandangi wajahku yang sudah penuh dengan riasan make up.“Happy wedding, sayang,” ucap Bunda memelukku dari belakang.“Are you ready, Keyla?” tanya Danita yang ikut memelukku.Aku berbalik arah dan tersenyum kepada mereka. Aku sudah berjanji pada diriku untuk
"Assalamu'alaikum,” panggil seseorang dari depan pintu rumahku.“Wa'alaikumussalam?” jawab Ayah.Mendengar suara itu, aku bergegas membuka pintu dan ternyata sesuatu dengan harapan.“Masuk, Pak!” ucapku mempersilahkan tukang paket masuk.Akhirnya tukang paket itu datang ke rumah.“Ada apa ya, Dok?” tanya tukang paket.“Bapak mengantar paket untuk saya tadi pagi, kan?” tanyaku.“Iya, Dok,” jawabnya.“Bapak tahu siapa pengirim paket itu?” tanyaku lagi.“Wahhh.., saya gak tahu, Dok. Dipaket gak tertera nama pengirim,” jelasnya.“Ada masalah dengan paketnya, Dok?” tanyanya cemas terjadi kesalahan.“Bukan, Pak. Tapi, saya butuh nama pengirimnya,” jelas ku.“Maaf, Dok. Saya gak tahu,” tegasnya.“Ya sudah, terimakasih ya, Mbak,” ucapku.Dan tukang paket itu langsung pergi meninggalkan
"Assalamu'alaikum!! Permisi!!” teriakku dari pagar rumah di alamat yang diberikan Savas.Berharap ada yang menjawab dari dalam rumah tapi,“Mbaknya, cari siapa ya?” tanya tetangga yang lewat.“Penghuni rumah ini kemana ya, Bu?” tanyaku.“Rumah ini kosong, Mbak. Orangnya pindah sekitar tiga tahun yang lalu,” jawab Ibu itu.“Eumm, Ibu tahu pindahnya kemana?” tanyaku.“Kurang tahu jelasnya, Mbak,” jawabnya.“Coba mbaknya ke alamat ini!” ujar Ibu itu dengan memberikan alamat rumah Savas.Setelah Ibu itu menuliskan alamat rumahnya aku langsung pergi,“Terimakasih ya, Bu,” ucapku.“Iya, Mbak. Saya tinggal duluan ya, Mbak,” ucapnya.Aku langsung beranjak ke alamat rumah yang di tuliskan oleh Ibu itu.Namun, saat aku mengunjungi rumah itu hanya ada satpam yang berdiri didepan gerbang rumah.“Permisi, Pak,” ucapku.
"Kita ngeteh dulu, yuk!” ajak Umma saat mengantar Zarrah ke hotel penginapan dr. Izzam.“Iya, Umma. Kiyomi langsung pulang ke hotel Kiyomi aja,” tolak ku dengan canggung.“Ya udah, take care ya, Sayang,” ucap Umma.Jawabku dengan tersenyum dan,“Salam aja sama Ayah, dan orang tua Kiyomi ya, Umma,” pesanku.“Iya, nanti Umma sampaikan,” jawab Umma.Aku langsung kembali ke hotel. Saat aku sampai di depan hotel,“Kacan!!” teriak seseorang yang memanggilku. Sepertinya Syakira, pikirku dan tanpa berpikir panjang lagi aku menoleh kebelakang dan melihat Syakira yang berlari ke arahku.“Kacan, I yah pergi ke In do ne sia,” ucap Syakira terengah-engah setelah berlari-lari tadi.“Pergi?! Ke Indonesia?!” teriakku terkejut.Aku langsung berlari menuju kamar hotel melihat barang-barang Iyah. Aku memeriksa almari Iyah ternyata, barang-barang dan pakaian Iyah m
Lunch sederhana tapi, tak biasa. Dua keluarga yang terlihat sangat bahagia. Aku jadi tak sanggup menghancurkan suasana bahagia ini dengan wajah sedih ku ini. Aku mencoba tersenyum dan menghampiri meja makan keluarga.“Masyaallah datang juga calon mantu, Umma,” ucap Umma menyambut kedatanganku.Dan tawa bahagia yang ditunjukkan oleh keluarga untuk menyambut kedatanganku.“Ayo sayang, kemari!! Duduk di samping Bunda,” ujar Bunda padaku setelah aku bersalaman pada orang tua dr. Izzam.Dan tak lama kemudian Zarrah pun muncul dan,“Assalamu'alaikum,” ucap Zarrah.“Wa'alaikumussalam,” jawab serempak keluarga.“Cantik sekali Kakak aku,“ puji Zarrah padaku.Aku hanya tersenyum dan menjawab,“Zarrah juga cantik,” balik ku memuji Zarrah yang memang sangat cantik nan anggun.“Zarrah sudah lama di Istanbul sejak Zarrah pulang waktu kakak lamaran,“ ucap Zarrah pad