Share

Cinta Kakak Dokter
Cinta Kakak Dokter
Author: Ladra

Terlalu Nyaman

Kring..... Kring.....

Suara alarm membangunkan ku tepat jam 03:00 pagi , sepertiga malam tempatku meluapkan segala rasa.

Sepertiga malam adalah tempatku berduaan dengan kekasihku, al qur'an. Aku bisa menjadi seorang dokter itu semua karena Allah, yang telah mengizinkan ku menjadi bagian keluarga Allah. Dengan sebagian al qur'an yang melekat dalam ingatan.

Waktu sebelum fajar tiba adalah waktuku untuk berusaha menjadi seorang hamba yang bertaqwa.

Setelah fajar tiba, aku mulai bersiap untuk beraktivitas dengan pekerjaan yang aku cintai.

“Nak, sarapan dulu yok!!” ajak Bunda.

“Iya, Bun,” jawabku seraya ku duduk dan menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh bunda tercinta.

“Bun, aku pergi ya,” seraya ku bersalaman dan mencium bunda sebagai tanda sayangku.

“Assalamu'alaikum,” ucapku yang kemudian pergi.

“Wa'alaikumussalam,” jawab Bunda.

Bunda terbiasa sendiri di rumah karena, Ayah pun masih bekerja. Ayahku seorang guru agama, sesuai dengan kepribadian Ayahku. Seorang yang selalu mementingkan agama dari dunia.Sesampai ku di rumah sakit,

“Selamat pagi, Kakak dokter,” sapa beberapa perawat dan pasien yang kulalui.

“Pagi,,” jawabku dengan senyum.

“Gimana keadaannya, Bu?” tanyaku pada salah satu pasien.

“Udah mendingan, Dok, ” jawabnya.

“Dokter, Dokter itu cantik, shalihah, baik, dan ramah,” ucap pasien padaku

“Jangan terlalu berlebihan, Bu. Kalau Ibu tau sedikit kesalahan saya nanti Ibu jadi benci sama saya,” ucapku pada pasien itu.

Pasien itu pun tersenyum seraya berucap, “Gak lah Dok, semua orang pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing,” ucapnya sambil tersenyum.

“Iya, Bu,” jawabku.

“Dokter udah ada pacar? atau tunangan?” tanyanya padaku.

“Belum Bu, saya belum memikirkan hal itu,” jawabku sambil tersenyum.

“Maaf, Bu saya harus mengurus pasien yang lain,” pamit ku seraya beranjak pergi, agar tidak berlanjut lebih dalam lagi.

Pertanyaan itu sering kudengar, tapi aku pun belum ingin memikirkan tentang hal itu.

“Dok, ada pasien darurat di UGD!” ucap suster padaku.

Aku pun bergegas melanjutkan pekerjaanku.

“Pasien kecelakaan, Dok!” ucap Suster padaku.

Setelah ku tangani, ternyata pasien itu membutuhkan banyak darah dan ada masalah di kaki nya karena benturan.

“Sudah dihubungi keluarga pasien?” tanyaku pada Suster.

“Sudah, Dok,” jawabnya.

Tak lama kemudian,

“Dok, bagaimana keadaan Adik saya?” tanya keluarga pasien itu, yang ternyata adalah kakak dari pasien.

“Bisa ke ruangan saya?!” ucapku padanya.

Di ruangan dr.Akeyla Kiyomi Kekira, Sp. B

“Bagaimana keadaan Adik saya, Dok?” tanyanya dengan panik.

“Adik Bapak, membutuhkan banyak darah dengan golongan O, yang kebetulan sedang tidak ada stok untuk golongan darah tersebut. Dan ada masalah di kaki nya yang mengalami cedera cukup serius,”  jelas ku pada keluarga pasien.

“Dimana saya bisa menemukan golongan darah tersebut, Dok?”  tanya nya dengan sangat khawatir.

“Bapak, tenang dulu. Rumah sakit telah mencarikan pendonor untuk Adik Bapak,” ucapku menenangkan bapak itu

“Nanti akan saya kabari jika sudah ada pendonor untuk Adik Bapak,” ucapku.

“Lakukan yang terbaik ya, Dok!!” ucapnya.

Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pasienku. Walau begitu, aku pernah gagal menyelamatkan nyawa pasien ku. Bukan hanya keluarga yang merasakan terpukul, aku pun merasakan hal yang sama. Karena itu aku harus bisa melakukan yang terbaik untuk semua pasien karena, aku gak mau mengecewakan diriku.

Jam istirahat

“Dok, makan bareng yok!!” ajak dr.Izzam Adelart Dareen atau dikenal dengan dokter Izzam.

Banyak orang yang menjodohkan ku dengannya, karena ia tampan, baik, ramah, shalih dan menyukai kesederhanaan.

“Bareng dokter yang lainnya” ucapnya untuk membujuk ku.

“Iya, Dok. Nanti saya menyusul,” jawabku

“Ya udah, ditunggu ya Dok,” ucapnya yang kemudian pergi.

Aku sedang menunggu Danita Ayunindya, dia seorang perawat sekaligus sahabat aku.

“Kyomi!!” suara yang memanggilku dari kejauhan.

“Seperti ada yang memanggil?” ucapku dalam hati. Aku pun menoleh kebelakang. Ternyata, Danita ia melambaikan tangan agar aku menghampirinya. Aku pun menghampirinya.

“Ke caffe rumah sakit yok!! ” ajakku.

“Baru aja aku mau ngajakin kamu kesana, soalnya tadi yang lain ngajakin kesana,” ucap Danita.

“Ya udah, langsung yok!!! keburu jam istirahat habis,” ucapku yang kemudian kami berjalan menuju caffe

“Kamu udah dari tadi?” tanya Danita.

“Enggak, baru 10 menit aku nunggu kamu,” ucapku sambil berjalan.

“Siapa yang ngajak kamu tadi?” tanya Danita dengan sedikit penasaran dan memastikan tebakan nya.

“Dokter Izzam,” jawabku yang kemudian berjalan agak memberi jarak. Karena, aku tau kalau Danita bakal ngomong yang enggak enggak.

“Tuh kan, dokter Izzam tu ada rasa sama kamu Kyomi,” ucap Danita agak geram denganku karena, dia begitu yakin kalau dokter Izzam ada rasa untukku. Dan aku menganggapnya itu hal yang biasa.

“Udahlah! itu mah biasa, Nit,” ucapku dengan ragu.

“Tuh kan, kamu aja ragu dengan sikap dokter Izzam, Iyakan?” tanyanya yang kemudian menyusul langkahku.

“Ssstt, udah!!! jangan dibahas lagi!” ucapku menghentikan pembahasan.

“Hmmm, ya udah kalau kamu gak percaya,” ucap Danita yang kemudian meninggalkanku dan duduk bersama yang lainnya.

Di caffe

“Dok, ada pasien yang membutuhkan golongan darah O,” ucapku kepada yang lain, agar yang lain bisa membantu mencarikan golongan darah tersebut.

Sepertinya, ada golongan darah O dirumah sakit DAWAA', nanti coba saya konfirmasikan ke rumah sakitnya," jelas dokter Anathari yang langsung memberi konfirmasi ke rumah sakit DAWAA'.

“Teman-teman, InsyaAllah lusa aku mengadakan resepsi pernikahan. Aku minta kalian datang ya!!” ucap dokter Devi. Kami pun terkejut mendengar kabar gembira itu.

“Wow.., Selamat ya,” ucap dokter Anathari.

“Selamat ya, Dok,” ucapku.

“Setelah dokter Devi, dokter Izzam,” ucap Danita sambil merayu dan mengejek dengan niat bercanda.

“Masalah itu bisa diatur kalau jodoh sudah mengiyakan,” ucap dokter Izzam yang tertuju padaku

Aku pun beranjak pergi,

“Saya pergi dulu ya Dok, masih ada banyak pasien yang harus diurus.” ucapku tuk menghindari pembicaraan lebih lanjut lagi.

“Dok, nanti saya kabari kalau sudah tersedia golongan darahnya”ucap dokter Anathari.

“Baik, Dok” ucapku yang kemudian pergi.

Kemudian Danita pun menyusulku,

“Tuh kan, bener tadi dokter Izzam itu tertuju sama kamu dan terus mencuri pandangan waktu kamu ngobrol. Udah, jangan difikirin!” ucap Danita dengan mengejekku dan pergi begitu saja.

Di ruangan consult

“Dok, darah yang dibutuhkan sudah ada,” ucap perawat yang membuatku terkejut dari lamunan.

“Iya, saya datang,” ucapku yang bergegas ke ruang pasien.

“Gimana, Dok?” tanya keluarga.

“Kondisinya membaik Pak tapi, kakinya mengalami kelumpuhan sementara,” ucapku.

Keluarga syok mendengarkan penjelasan ku.

“Jangan khawatir Pak, hanya lumpuh sementara nanti pasien bisa pulih berjalan kembali,” ucapku menenangkan nya.

“Saya tinggal dulu ya, Pak,” ucapku.

“Terimakasih ya, Dok,” ucapnya.

Aku kembali keruangan dan menelpon Bunda.

“Assalamu'alaikum, Bun Keyla pulang terlambat, Bun. Soalnya ada pasien yang dirawat Di UGD,” ucapku.

[“Wa'alaikumussalam, iya Key, jangan lupa makan ya Key!!!”] ucap Bunda.

“Iya Bun, ya udah Keyla tutup dulu telponnya ya Bun. Assalamu'alaikum,”ucapku.

[“Wa'alaikumussalam,”] jawab Bunda.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status