MasukChristina terlihat cemas. "Evander, kamu baik-baik saja? Kami tadi dengar dari polisi kalau kau mengalami kecelakaan.""Sekarang ikut aku pulang, di luar sini tidak aman. Tugasmu sudah selesai, kenapa kamu masih tinggal di luar dengan orang-orang yang tidak jelas?" hardik Tuan Hardiman. Jelas dia khawatir pada cucunya, tetapi kata-katanya selalu terdengar keras.Thomas melihat Nathaniel baik-baik saja, dia pun sedikit lega."Kakek, tolong hormati istriku." Nathaniel mengerutkan dahi, melindungi Elara."Istri apa? Apa aku menyetujuinya?" tanya Tuan Hardiman dengan marah.Dia memang tidak bisa mentolerir cucunya yang menentangnya."Undang-undang negara kita sudah menyetujuinya. Setuju atau tidak, itu tidak penting." Nathaniel menatap Elara, lalu berbisik, "Sayang, kamu temani Fesilia di sini. Aku akan mengusir mereka keluar."Elara mengangguk, lalu berjalan ke sisi ranjang."Ayo, ayo, ayo, di ruang rawat ada pasien. Jangan ganggu anak-anak tidur." Nathaniel menunjuk ke pintu, menyuruh se
Di depan rumah sakit.Sebuah mobil menabrak tembok luar rumah sakit, membuat lokasi menjadi kacau dan menakutkan…Ambulans rumah sakit berbunyi, begitu juga sirine mobil polisi yang terdengar tidak jauh dari situ.Tempat kejadian dikerumuni orang."Ini terlalu mengerikan, sopirnya pasti mabuk, 'kan?""Ada yang tertabrak sampai menempel di dinding? Aku lihat mobil itu menabrak orang, bagaimana dengan orang di depan tadi?"Elara berlari seperti orang gila menembus kerumunan, melihat langsung pemandangan kecelakaan yang mengerikan, lalu lututnya lemas dan dia terjatuh ke tanah.Mungkin karena terkejut, Elara membuka mulutnya, tetapi tak bisa mengeluarkan suara.Dia menekuk tangannya dengan keras, berlari sekuat tenaga untuk mencoba mendorong mobil itu.Namun, dia tidak memiliki kekuatan sebesar itu."Nathaniel...""Nathaniel..."Elara menangis tersedu-sedu hingga hancur."Nathaniel, maaf… apa yang barusan aku katakan… itu sengaja untuk membuatmu kesal. Maaf… aku tidak menyukai Darren lagi
"Berengsek." Nathaniel maju dan menendang Darren menjauh, lalu menarik Elara ke pelukannya. "Menjauhlah dari istriku!"Elara tersadar, menatap Nathaniel dengan tegang, dan cepat-cepat memeluknya. "Jangan bertindak kasar."Darren hampir jatuh. Dia menahan sakit sambil berpegangan pada meja, lalu menatap Nathaniel dengan marah. "Selain pakai kekerasan, apa lagi yang bisa kamu lakukan?!""Aku juga bisa membunuhmu." Nathaniel melangkah maju, hendak memukul."Nathaniel!" Elara berseru ke arahnya.Nathaniel tampak sedikit kesal dan merasa tidak diperlakukan adil. Dia mendengus, berdiri di tempat, tidak berkata apa-apa lagi.Juga tak berani bertindak.Elara selalu menahannya, tidak membiarkannya memukul Darren…Padahal Darren jelas-jelas orang yang buruk.Namun, Elara tetap melindunginya."Keadaan Fesilia sudah stabil. Aku akan tinggal untuk merawatnya. Kamu pergi saja." Elara menyuruh Darren pergi.Darren berdiri tegak, mendengus, menatap Nathaniel dengan penuh tantangan. "Kamu tidak akan pe
"Kakek, orang yang Anda suruh menguntit ini asalnya paparazzi ya? Lumayan lihai menangkap momen." Nathaniel mengejek sambil merobek foto itu dan membuangnya ke tempat sampah. "Anda tidak ada kerjaan, tidak minum teh atau jalan-jalan, malah menguntit istriku?"Tuan Hardiman langsung naik pitam. Dia melihat-lihat sekeliling tempat tinggal, marahnya makin menjadi-jadi. "Toilet Keluarga Alvaro saja lebih besar dari ini! Aku susah payah membangun keluarga ini, tapi kamu tidak bisa menikmatinya. Kamu malah tinggal dengan wanita seenaknya seperti ini."Nathaniel mengerutkan alis, tampak agak kesal. "Kakek, Elara adalah istriku. Aku punya identitasku dan tugasku sendiri. Jangan ikut campur. Cepat pergi."Nathaniel mendorong kakeknya agar pergi. "Selain itu, Elara bukan wanita sembarangan. Tanpanya, cucumu ini di Sundara entah sudah berapa kali nyaris mati."Tuan Hardiman terkejut sejenak. "Kamu harus bisa membedakan antara budi dan cara menjalani hidup. Dia bukan tipe wanita yang bisa menjalan
Elara setuju dengan rencana di atas.Meski dia tahu itu sangat berbahaya.Namun, dia tidak ingin Nathaniel mengambil risiko…"Elara, Nathaniel bilang, kamu tidak mencintainya. Untuk dia, kamu melakukan hal yang begitu berbahaya…" Ferdian sedikit penasaran dengan perasaan Elara terhadap Nathaniel."Aku tidak hanya melakukannya untuk dia, aku juga melakukannya untuk diriku sendiri, untuk Michael…"Sekalipun hanya untuk Michael, dia tetap akan dengan tegas mengambil risiko dan pergi menjadi umpan."Michael, dia meninggal di depan mataku… aku tidak bisa melupakannya, juga tidak bisa keluar dari bayangan itu." Elara menggeleng, air matanya panas mengalir deras.Rekan kerja yang mati demi menyelamatkannya, meninggal di depan mata, tidak ada yang bisa memahami rasa sakit itu.Namun, Ferdian bisa mengerti.Tangan yang memegang setirnya mengepal hingga urat-uratnya memutih."Kenny bukan anakku, dia anak rekan seperjuanganku. Saat berada di satu misi, demi menutupiku, dia ditembak di kepala…" Fe
Christina tersenyum puas sambil mengangkat alisnya.Tuan Hardiman marah dan menghentakkan tongkatnya dengan keras. "Wanita jahat yang kejam ini!""Bukan hanya itu, aku juga menemukan… Elara ini, saat bersama Tuan Muda, dia masih menjalin hubungan yang tidak jelas dengan mantan suaminya, Darren. Bahkan demi tetap berhubungan dengan mantan suaminya, dia sengaja memancing putri mantannya untuk tinggal bersamanya. Jelas-jelas niatnya mau terus terikat dengan mantan dan menipu Tuan Muda." Leon berkata dengan marah, sambil menunjukkan foto-foto yang dia ambil di IGD kepada Tuan Hardiman.Wajah Tuan Hardiman makin tampak buruk. "Sungguh keterlaluan!"Dia sama sekali tidak akan membiarkan wanita yang mudah berubah hati dan bisa merusak cucunya itu masuk ke Keluarga Alvaro.……Kafe pinggir jalan.Ferdian duduk di dalam mobil, menatap Elara yang keluar dari kafe."Maaf, pertemuan kita harus benar-benar tersembunyi, jadi kamu terpaksa berpindah ke beberapa tempat," kata Ferdian dengan rasa bersal






![Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)
