Share

Penerus Takhta

last update Last Updated: 2025-02-09 22:55:27

Derap suara langkah terdengar jernih. Sepasang kaki kokoh mengenakan sepatu boots hitam mengkilap. Pria bermata biru tengah berjalan lurus pada koridor berlantai keramik kaca. Seluruh prajurit membungkuk hormat padanya saat ia tiba didepan sebuah pintu berukir bunga teratai.

"Yang Mulia, apa yang akan Anda katakan pada Raja Averian?" tanya Kaelar yang berdiri disamping dirinya itu.

Adriel menghela napas. Kerah baju formal khas kerajaan mendadak membuat sesak dirinya. "Lebih baik terus terang saja," jawab Adriel singkat.

Kaelar membungkuk hormat sambil membukakan pintu berukiran bunga teratai itu untuk Adriel. "Semoga berhasil Yang Mulia," ucap Kaelar. Pria itu akan menunggui tuannya diluar ruang singasana Raja Averian. Kaelar sendiri tidak tahu tanggapan tuannya yang masih sangat berusaha mendapatkan Rigel. Dia tahu jika Rigel sendiri belum ingin membina hubungan tapi tidak juga menolak kehadiran Adriel padanya.

Adriel melangkah memasuki sebuah ruangan megah yang dikelilingi oleh j
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Medan Perang

    Byurrr ...Air mengguyur tubuh Pria itu karena seorang Prajurit dengan sengaja melempar ember berisi air pada Pemuda itu. Ia terbangun dari tidur akibat kelelahan pasca pertarungan lampau itu. Sang Pemuda menatap dendam Prajurit itu. Kini tubuhnya basah kuyup meski hendak sekedar mengeringkan badan pun percuma karena kedua tangannya terikat oleh rantai dan menyambung pada dinding sel tahanan. "Keparat, kau pikir siapa kau bisa mengguyurku!" bentak Ascella murka.Si Prajurit hanya menaikkan kedua bahunya tak perduli. Ia berdiri disamping Seorang Ajudan Pribadi Raja, Kaelar yang menatap dingin Si Pemuda dari luar sel. "Tuan Kaelar, saya sudah melakukan perintah Anda," ucap Prajurit sembari menatap Sang Ajudan."Tinggalkan kami berdua," perintah Kaelar. Seketika Prajurit meninggalkan Sel Tahanan usai menerima perintah dari Kaelar. Kini tugas Kaelar adalah melanjutkan interogasi sebagai perwakilan dari Raja Adriel yang tidak bisa hadir. Kaelar sudah jadi tangan kanan Adriel menerima tug

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Selagi Masih Bersama

    "Jadi kau coba katakan jika Pengkhianat ini adalah saudaramu rahasiamu?" celetuk Adriel bertanya sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Rigel beranjak berdiri sembari mengulurkan tangannya pada Ascella. "Seperti itulah katanya," jawab Rigel. "Psycho satu ini tak lebih dibentuk karena kegilaan ayahku sendiri jadi meski perbuatannya tercela dan tak termaafkan, kurasa sebaiknya mengurung dia lebih dulu saja," saran Rigel sembari melirik Suaminya itu. Adriel menghela napas cukup panjang. "Void, rengkuhan aktif." Adriel berucap sembari mengarahkan tangannya pada Ascella seketika membuat Pemuda itu terikat oleh rantai hitam. "Lepaskan aku! kau monster sialan!" bentak Ascella yang mencoba memberontak. "Hentikan, itu sia-sia Ascella ... lebih baik kau renungkan kesalahanmu dan ideologi sesat dari ayah kita," ujar Rigel menyela Ascella. Rigel menghampiri Adriel kemudian merentangkan kedua tangannya untuk memeluk tubuh kekar nan besar itu. "Ah, aku sangat merindukanmu," ucap Rigel m

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Tetaplah Saudara

    "Engh ... aku, aku harus menyelamatkan dia," ucap Rigel yang tiba-tiba saja sadar dari pingsannya. Ia berada dalam gendongan Harlan yang hendak membawanya pergi. "Hentikan, Harlan ... Ascella bisa mati jika berhadapan dengan Adriel yang sedang mengamuk," ujar Rigel sembari meremat mantel jas milik Harlan. Tidakkah ia tahu jika Harlan sedang mencoba menculiknya juga? Rigel tak memerdulikan dirinya lagi. Ia memelas pada Harlan agar menurunkannya. Semua itu karena hati milik Rigel yang secerah bintang. Harlan sempat terdiam padahal satu langkah lagi mereka akan masuk ke dalam pesawat tempur yang sudah ia siapkan sejak awal. "Apakah aku harus melepaskanmu lagi?" tanya Harlan lirih. Rigel mengangguk sembari meraih wajah Harlan kemudian membelainya. "Berkali-kali kau coba untuk menjauhkanku dari Adriel, maka berkali-kali juga Adriel akan mengejarku." Rigel menjawab sembari melingkarkan kedua tangannya pada leher Harlan untuk memeluk Pria Malang itu. "Aku ... menganggapmu sebagai kakakku,

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Kau Merampas Semua Milikku!

    "Namun dia tak pernah lelah untuk belajar memahami," sahut Rigel. Brakkkkkk! Pintu mansion seketika terbuka lebar menampaki sosok Pria berambut pirang berdiri dengan murka. Satu jentikan tangannya langsung membuat seluruh benda-benda di mansion melayang-layang. Ascella yang tahu jika akan terjadi ancaman langsung menguarkan bayangannya. "Kembalikan istriku!" bentak Adriel menggelegar ke seluruh penjuru mansion. Rigel langsung membelalakkan kedua matanya menatap hadirnya Sang Suami yang sangat ia rindukan. "Adriel!" teriak Rigel sembari hendak berlari menghampiri Adriel bahkan tangan kanannya sudah menjulur untuk meraih Sang Suami. Seketika saat itu pula seluruh isi mansion dipenuhi oleh kabut hitam yang tebal. Kabut tebal itu menutupi pandangan Rigel terhadap Adriel. Sosok suaminya itu juga perlahan-lahan terhalang kabut dan Rigel terus meneriaki namanya dengan frustasi. Belum lagi sepasang lengan kekar Harlan memeluknya dari belakang atau bahkan sengaja menahan tubuhnya. "Rigel

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cahaya yang Tak Bisa Disangkal

    "Omong kosong apa lagi itu?" celetuk Rigel.Pria itu tertawa terbahak-bahak. "Nak, maafkan semua dosa yang kuperbuat ... kau adalah masa cemerlangku dan saudaramu adalah masa tergelapku, kuharap kau bisa memaafkan perbuatannya padamu." Pria itu berucap dengan lembut. "Itu tidak ... tidak mungkin," sahut Rigel dengan kedua mata membelalak terkejut. "Ascella lahir dari ketidak sengajaanku bahkan ibunya mati bunuh diri usai melahirkannya, jadi ... dia bayangan tergelapku, sementara kau adalah permata paling cerah ... sangat cerah bahkan tak bisa disangkal," ucap Pria itu sembari melangkah mendekati Rigel kemudian memeluk Rigel dengan erat. "Tidak ada yang bisa menyangkal cahayamu, jika kau mau bahkan kau bisa membuat kegelapan itu sendiri, percayakan semuanya pada hatimu, Nak." Rigel mengepalkan kedua tangannya karena menahan perasaan yang berkecamuk. "Lahir dari ketidaksengajaan katamu, ha? jangan konyol!" bentak Rigel sembari berteriak. Seketika seluruh energinya menguar membuat hem

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Buah Delima

    Malam pun telah tiba tepat pukul dua belas malam Rigel terbangun dari tidurnya. Ia memandangi kedua tangan yang masih dirantai. Rigel sudah kehilangan kekuatannya selama satu bulan ini tepat saat ia tiba dikediaman itu. Rigel masih tidak tahu alasan dari hilangnya kekuatan miliknya. Jika saja masih memiliki kekuatan, Rigel pasti dengan mudah kabur melarikan diri dari Mansion ini. "Aku benar-benar tak berguna," ucap Rigel merutuki dirinya sendiri. Rigel yang malang, tak pernah lagi tersenyum melainkan murung. Ia masih cantik namun tak lagi bersinar. Ketika tengah termangun melamuni nasibnya yang lara belum lagi merindukan sosok anak dan suaminya. Pintu berdecit terbuka menampaki sosok Ascella yang datang membawa segelas jus buah delima. Rigel tidak mengerti alasan Ascella terus memberinya jus serupa setiap malam tapi untuk menolak pun sulit karena Ascella tidak akan segan untuk memaksa Rigel meminumnya. Rigel memalingkan wajahnya. "Pergi! kau hanya bedebah bajingan yang menjual kebeb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status