"Lo hari ini kenapa sih, Del? Nggak biasa banget deh ngelamun di kelas!" tanya Friska setelah Ia meneguk sedikit minuman dingin yang tadi sempat dibelinya di koperasi.
Saat ini mereka berada di taman, di salah satu tempat duduk yang terbuat dari batu dan melingkari meja di tengahnya yang terbuat dari batu juga.
"Ah gue belum cerita sama Lo sih? Jadi Lo nggak tau!" jawab Adelia lalu menyambar minuman Friska dan memintanya sedikit.
"Emang apaan sih? Gue kemaks nih, Lo ceritain deh sekarang! Gue kan sahabat Lo dari SMP, jadi gue harus tau segala tentang Lo!" kata Friska sembari menunjuk Adelia.
"Yaudah sekarang gue cerita! Jadi gini, gue tuh punya temen, temen kecil. Cowok, namanya Dicky. Kita sering banget maen bareng. Tapi pas kita udah berumur 7 tahun, dia cabut. Ke Paris. Karena bokapnya dia mau ngembangin bisnisnya disana, jadi mau nggak mau dia sama nyokapnya mesti ikut! Terus gue sama dia
"Ahaha yaa gue juga nggak tau! Cuma inget di dongeng itu aja sih kalo ada kodok dateng pas hujan-hujan itu tandanya dia jelmaan seorang pangeran yang ingin terbebas dari kutukannya! Terus kalo dicium sama perempuan dia bakalan bisa berubah jadi pangeran beneran. Sama halnya dengan keong! Kalo ada keong dateng pas hujan-hujan itu tandanya dia jelmaan putri cantik yang ingin terbebas dari kutukannya! Terus kalo dicium sama laki-laki, keong itu bakalan beneran berubah jadi putri cantik itu! Jadi, gue sama Dicky ngebuktiin deh, bener apa nggak sih dongeng itu? Maklum lah kan kita masih anak kecil, jadi nggak tau kalo dongeng itu cuma fiktif!" kata Adelia panjang lebar. "Hahahhahaa jelas lah! Mau Lo cium sampe mulut Lo berbusa juga nggak bakalan berubah jadi pangeran! Hahahhahaa!" ejek Friska. "Ih~ Friska! Malah ketawa! Gue kan udah bilang! Waktu itu gue masih kecil, jadi nggak tau!" kesal Adelia sembari mengerucutkan bibirnya.
Permen karet. Hanya dua kata itu yang mampu memperbaiki mood Reno yang tiba-tiba saja memburuk seketika melihat kertas di tangannya, kertas yang pada bagian atas tertulis Ulangan Harian 2 Matematika. Reno menatap malas kertas itu sebentar kemudian meremasnya santai. Karena nilai yang tertulis di dalamnya itu ditulis dengan menggunakan tinta merah. Jadi, sudah jelas Ia akan mengulangnya lagi. "Dapet berapa Lo, Bos?" tanya Ivan sembari mendekat kearah Reno yang masih stay duduk di meja guru. Cowok itu dengan bangganya memperhatikan kertas ulangannya, "Gue nih, dapet 4! Keren kan? Gue belum pernah loh dapet nilai segede ini pas ulangan matematik! Paling sering juga dapet 2 kalo nggak yah 2,5!" tambah Ivan dengan gayanya yang begitu sok. Reno menatapnya heran sembari menaikkan sudut bibirnya. Sham pun menghampiri dua sohibnya itu dan saling berpandangan dengan Reno. Mereka langsung geleng-geleng kepala bersamaan ke
Adelia berjalan menuruni undakan kecil untuk menuju parkiran. Gadis itu pun langsung menuju motor Ninja merahnya dan menaikinya kemudian memakai helf full face nya dan menyalakan mesin motornya. Tak butuh waktu lama, motor Adelia pun telah menjauhi pelataran sekolah. Dengan jagonya Adelia mengendarai motornya membelah jalanan di ibukota. Beberapa menit dalam perjalanan, Ia pun sampai di rumah. Adelia memelankan laju motornya ketika berbelok memasuki halaman rumahnya itu, Ia berhenti di depan garasi kemudian mematikan mesin motor dan melepas helm full face nya yang langsung saja Ia letakkan diatas tanki motor. Adelia pun turun dan melangkah kecil menuju undakan yang memang menjadi akses jalan menuju pintu utama, Ia berjalan santai di undakan dengan satu belokan tersebut. Saat sampai di atas. Adelia mengernyitkan dahinya heran, karena biasanya Marissa selalu membiarkan pintu ut
MARISSA dan Renata menatap intens dua orang muda mudi yang kini duduk di sofa di depan mereka dengan saling membuang pandangan masing-masing berlawan arah. Marissa menyilangkan kakinya lalu menggelengkan kepala memperhatikan anak gadisnya yang seperti tidak ada rasa berdosa itu. "Adelia ... Kamu nggak mau minta maaf sama Dicky, teman kecil kamu yang baru aja balik dari Paris setelah 10 tahun dia tinggal disana? Dan sekarang dia yang berniat mau kasih surprise ke kamu biar kamunya seneng tapi malah kamu sambut dengan nuduh dia maling dan gebukin dia pake sapu? Kamu nggak mau minta maaf? Emang di wajahnya ada tampang kriminal apa? Orang jelas-jelas ganteng kayak Zian Malik gitu? Jahat banget sih Del?" tanya Marissa panjang lebar juga penuh penekanan di setiap katanya. Begitu mendengar kata ganteng, Dicky pun berbalik menatap kearah Marissa. Pemuda itu tersenyum menyadari dirinya dipuji, "Ah tante nih bisa aja? Eman
Deg-deg-an. Itulah yang Adelia saat ini rasakan. Berjalan beriringan dengan Dicky di sebelahnya menelusuri taman kompleks yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Dengan gadis itu yang masih memakai seragam khas GHS. Sedari tadi diantara mereka pun tidak ada perbincangan, hanya suara gesekan antara sepatu dengan aspal jalan yang terdengar. Entah kenapa suasana menjadi canggung seperti itu. Adelia menjerit dalam hatinya sembari menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyumnya yang entah kenapa sedari tadi ingin keluar. Ya Tuhann!! Kenapa gue deg-degan kayak gini coba? Padahal nggak ngapa-ngapain, cuma jalan barengg doangg!! Aduhhh kayaknya kelinci dalam hati gue lagi pada lompat-lompat deh!!
"Lo kayaknya suka banget ya makan es krim, sampe belepotan gitu?" tanya Dicky sembari memperhatikan cara Adelia memakan cornetto black and white nya yang begitu rakus. Saat ini mereka sedang duduk bersebelahan di salah satu bangku taman, di bawah pohon, dengan ice cream di tangan mereka, "Abisnya laper gue!" jawab Adelia. Tangan Dicky terulur untuk membersihkan sudut bibir Adelia, membuat gadis itu pun menghentikan aktivitasnya dan menoleh kearah Dicky. Pemuda itu. Cinta monyetnya. Membersihkan bibirnya yang belepotan.
Gadis itu pun lebih memilih untuk mengganti topik pembicaraan mereka. "Ehm ... Terus rencananya Lo mau sekolah dimana?" tanya Adelia. Dicky tampak berfikir sebentar, dengan menautkan kedua alisnya, sebelum akhirnya menjawab, "Sekolah? Mungkin .. Di tempat yang sama kayak Lo, GHS?" jawab Dicky sembari menaikkan alisnya. Adelia melotot. Dicky akan sekolah di GHS juga? Mengingat wajah tampan nya itu, pasti akan membuat banyak cewek mengejarnya. Terus, Adelia yang notabene-nya adalah sahabat Dicky pasti akan membuat cewek-cewek itu berlomba-lomba mendekati nya, hanya sekedar untuk mencari tahu all about Dicky. Sungguh, Adelia malas sekali membayangkannya. Ia pun menggelengkan kepalanya cepat. Gadis itu mengibaskan tangannya, "Ah, jangan deh! Lebih baik Lo cari sekolah lain aja lah, jangan samaan kayak gue! Okee? Yah?" kata Adelia. &
Adelia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan tanktop hitam dan celana pendek bermotif tentara, sembari mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk. Wajahnya kini terlihat fresh karena Ia langsung pergi mandi setelah jalan-jalan di taman bersama Dicky sore tadi. Adelia duduk di pinggir kasur empuk nya, sambil senyum-senyum sendiri. Namun, tak berapa lama kemudian dering handphone yang tergeletak di sampingnya pun terdengar, Adelia meraih benda canggih tersebut. 1 Message Received Adelia pun membukanya. Del, buku kimia gue ada di Lo nggak? Gue cari-cari nih daritadi nggak ketemu? Barangkali kebawa sama Lo?