Share

Bab 3

Farida sedang menangis, di sebuah kamar hotel. Ia tidak tahu harus pergi kemana untuk mengusir kegalauan hatinya, hingga ia menyewa kamar hotel. Jika ia pulang ke rumah, ia takut anak-anaknya akan melihat Farida dalam keadaan kacau, tentu saja ia tidak ingin hal itu terjadi. Ia tidak ingin anak-anaknya melihat kalau ia dan Deni sedang bermasalah. Meski hatinya hancur berkeping-keping, saat melihat suaminya berpelukan di depan matanya, namun ia tidak ingin buah hatinya mengetahui itu.

Selama ini rumah tangganya baik-baik saja, tidak pernah ada masalah yang terlalu berat. Ia begitu bahagia hidup dengan Deni dan juga anak-anaknya. 

Hingga hari itu, di saat seseorang mengirim sebuah foto melalui pesan w*, di foto itu terlihat Deni dan Luna sedang makan bersama di sebuah restoran, tapi bukan di restoran milik Deni. Melihat itu hati Farida panas, ia ingin sekali memaki dan menghajar lelaki yang menjadi imamnya itu, namun ia masih menahan diri.

Di saat Farida sedang melamun, terdengar bel berbunyi. Ia lalu bergegas membuka pintu untuk tamunya itu.

"Sorry, aku lama dateng. Lagi ada kerjaan tadi." Ucap Citra, sepupu Farida. Gadis itu pun masuk tanpa disuruh. Farida sengaja meminta sepupunya itu untuk menemaninya.

"Eh, itu mata kenapa bengkak? Mbak habis nangis?" Tanya Citra saat melihat wajah Farida yang sembab. Ditanya seperti itu malah membuat Farida kembali menangis, membuat Citra kebingungan.

"Lah, kok tambah nangis," Citra lalu memeluk Farida. "Mbak kenapa sih, nggak pernah-pernahnya gini. Bikin panik aja. Cerita dong sama aku, siapa tau bisa bantu." Citra berusaha menenangkan Farida.

"Mas Deni, Cit –" Farida tidak mampu meneruskan ucapannya, ia semakin terisak. Citra membawa Farida untuk duduk di pinggir ranjang.

"Mas Deni kenapa, Mbak?" tanya Citra lagi penasaran.

"Mas Deni selingkuh, Cit!" Mendengar ucapan Farida, Citra terdiam. Ia tidak percaya lelaki itu bisa berbuat seperti itu. Selama ini Citra mengenal Deni adalah lelaki yang baik, keluarga sepupunya itu pun yang ia tahu baik-baik saja.

"Mbak tenang dulu, mungkin Mbak cuma salah paham." Farida menggeleng.

"Dia memang selingkuh Cit, mbak melihatnya langsung." Lalu Farida pun menceritakan apa yang telah dilihatnya tadi. Meski sulit untuk percaya, Citra hanya bisa diam mendengar penuturan Farida. Citra hanya bisa menenangkan wanita yang sedang rapuh di hadapannya. Ia sadar apapun yang ia katakan tidak akan bisa diterima oleh Farida

Setelah selesai menceritakan semua pada Citra, rasa sesak di dada Farida sedikit berkurang.

"Bantu Mbak mengurusnya, Cit!" ucap Farida membuat kedua alis Citra saling bertautan.

"Bantu gimana maksudnya, Mbak?" tanya Citra sedikit penasaran dengan permintaan Farida. 'Gak mungkin Mbak Farida ingin bercerai dari Mas Deni, kan?' Citra mulai menduga-duga di dalam hatinya, mengingat ia adalah seorang pengacara, sehingga bisa jadi Farida memintanya untuk mengurus semua itu kan?

"Mbak ingin bercerai dari Mas Deni," ucap Farida lemah. Setelah apa yang dilakukannya untuk menjauhkan Deni dari wanita itu, seolah sia-sia, membuat Farida ingin mengakhiri biduk rumah tangganya dengan pria yang sangat ia cintai itu. Ia merasa suaminya itu begitu mencintai gadis yang bernama Luna itu, sehingga tekad Deni untuk menemukan kembali gadis itu begitu kuat.

"Lebih baik Mbak pikirkan ulang, deh! Nggak baik mengambil keputusan disaat pikiran sedang kacau. Lebih baik Mbak tenangkan dulu diri Mbak, setelah itu tanyakan baik-baik pada Mas Deni. Bisa jadi semua ini hanya salah paham." Citra mencoba menasehati sepupunya itu, meski usianya lebih muda dari Farida dan juga belum menikah, namun profesinya sebagai pengacara yang telah beberapa kali berjumpa dengan orang yang bermasalah dalam rumah tangganya, membuat Citra harus bisa berpikir dari berbagai sisi.

"Gak, Cit! Mbak sudah yakin dengan keputusan Mbak. Apa yang Mbak lihat, sudah cukup sebagai bukti. Gak ada lagi yang perlu Mbak tanyakan padanya." Farida sangat yakin dengan keputusannya.

"Baiklah, tapi untuk tiga hari ke depan aku sedikit sibuk, jadi aku akan mengurusnya setelah itu." ucap Luna. Sebenarnya gadis berusia tiga puluh satu tahun itu tidak terlalu sibuk, hanya saja ia berharap Farida mau memikirkan kembali niatnya selama tiga hari ini.

"Oke, syarat-syaratnya apa aja?"

"Nanti aku kirim lew*t w* aja mbak." jaw*b Citra, ia menatap Farida lekat. "Udah yuk, kita makan, aku lapar nih!" Lagi-lagi Citra berbohong, karena sebenarnya ia baru saja makan sebelum menemui Farida tadi. Namun gadis itu menduga bahw* Farida belum mengisi perutnya sejak tadi.

Mereka pun pergi makan ke restoran hotel, meski sebelumnya Farida menolak untuk makan, namun Citra memaksanya dengan mengancam tidak akan membantunya mengurus surat perceraiannya nanti. Setelah selesai makan, Farida langsung ke rumah ibunya, sementara Citra pulang ke rumahnya.

Menjelang sore, Deni kembali ke rumah mertuanya, namun Farida belum juga sampai di sana. Sampai lebih dari sejam Deni menunggu akhirnya Farida sampai di rumah Asih. Ia sedikit terkejut karena Deni sudah terlebih dulu ada di sana.

"Sayang, maafkan aku, aku akan jelaskan semua." Deni langsung menghampiri Farida saat wanita itu baru saja sampai.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status