Share

Bab 5

 Farida yang mendengar suaminya berkata blak-blakan tentang perasaannya bertemu dengan perempuan lain, itu membuat hatinya semakin panas dan meradang. Bara di hatinya seolah membakar tubuhnya, wajah Farida memerah karena marah. Ia berusaha menahan ledakan yang ada di dadanya.

Air mata yang tadi sempat berhenti mengalir, kini cairan bening itu tumpah ruah tanpa bisa ditahan. Goresan luka yang ada di hatinya kini semakin dalam bahkan telah hancur berkeping-keping. Hancur! 

"Ma, aku memang salah, aku sudah berbohong sama kamu, tapi aku nggak pernah mengkhianatimu." Deni semakin merasa bersalah melihat wajah istrinya yang basah karena cucuran air mata. Tidak pernah terbesit di dalam benaknya untuk menyakiti ibu dari anak-anaknya itu. Farida menatapnya tajam. 

'Apa maksudnya mengatakan gak pernah mengkhianati, tapi bahagia telah menemukan gadis itu?' batin ibu dari tiga orang anak itu. Ucapan suaminya sungguh tidak masuk dalam logikanya.

"Jahat kamu, Pa! Aku gak nyangka kamu sejahat ini." Isak Farida. Asih yang duduk di samping putrinya juga menitikkan air mata. 'malangnya nasibmu, Nak!' gumamnya dalam hati.

"Ma–"

"Pergi kamu! Pergi!" Teriak Farida, ia bangkit dari duduknya dan menarik tangan Deni, agar lelaki itu pergi dari sana. Namun lelaki itu bergeming.

"Tenang dulu, Ma, aku belum selesai," Deni memohon.

"Pergiii!" Teriakan Farida semakin kuat, ia menangis semakin menjadi. Ia mendorong tubuh suaminya, namun lelaki itu berusaha menahan tubuh Farida. Tentu saja tenaga Deni lebih kuat dari tenaga istrinya.

Tubuh Farida lunglai ke lantai, ia menepis tangan Deni saat lelaki itu berusaha meraih tubuhnya. Seketika ia merasa jijik melihat suaminya itu. Dalam pikirannya telah tergambar bahwa tangan suaminya itu telah menjamah tubuh wanita lain.

"Ma, maafkan Papa! Papa gak pernah menghianati cinta kita. Tapi Papa memang salah, karena telah menutupi sesuatu dari mama sekian lama." Deni mencoba mengutarakan isi hatinya, sementara Farida sudah tidak mampu lagi untuk berkata-kata, ia menutup kedua pendengarannya, ia sudah tidak peduli lagi dengan apapun yang keluar dari mulut Deni. Ia merasa semua yang keluar dari mulut lelaki itu hanya pembelaan belaka.

"Kesalahan ini mungkin akan sulit kamu terima, tapi inilah saatnya Papa untuk terbuka, setelah puluhan tahun Papa tutupi." Farida mengangkat wajahnya, ia menatap suaminya dengan tatapan tidak mengerti. Meski ia menutup telinganya, namun kata-kata Deni masih terdengar jelas. 'Apa maksudnya, kesalahan yang sudah puluhan tahun ditutupi? Apakah dia ingin mengatakan bahwa ia telah selingkuh sekian lama?' batin Farida bicara. Pikirannya kembali menduga-duga.

"Sebenarnya, Papa sudah menikah ...."

"Apa?! Kamu tega, ya! Pergi! Aku gak mau lagi melihat wajahmu, pergi!" teriakan Farida memotong ucapan Deni. Lelaki yang memiliki wajah karismatik itu sangat sulit untuk menyelesaikan kata-katanya.

"Dengar dulu, Ma! Aku belum selesai bicara!" mohon Deni. Tiba-tiba Farida beranjak dan pergi meninggalkan Deni dan Asih. Ia masuk ke kamar lalu ia mendudukkan diri di balik pintu.

Deni tidak lagi berusaha menjelaskan pada istrinya, ia merasa percuma saja bicara karena ibu dari anak-anaknya itu tidak mau mendengar. Suasana hening, Asih dan juga menantunya itu tidak ada yang bicara. Deni melihat wanita di hadapannya itu menyeka wajahnya, sudut matanya basah. hal itu membuat Deni merasa bersalah. Ia merasa tidak seharusnya ia ribut di depan orang tua itu, karena pasti akan sangat membebankannya.

"Maaf, Bu!" ucap Deni lemah memecah keheningan. Asih yang sejak tadi sibuk dengan pikirannya sendiri, menatap menantunya tajam membuat Deni semakin salah tingkah. Raut wajahnya tidak dapat menutupi rasa kecewa yang ditorehkan oleh menantunya itu. Hatinya luka melihat anaknya seperti dipermainkan.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa wanita yang di maksud Farida? Apa maksudmu telah menikah?" Rentetanpertanyaannikah?" Rentetan pertanyaan Asih. Ia menatap dingin lelaki yang telah membuat anaknya menangis itu.

"Namanya Luna, Bu! Dia anakku." jawab Deni terbata. Ia tertunduk.

"Apa!?" pekik wanita tua itu. Ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Farida pun begitu, meski ia masuk ke dalam kamar, tapi suara Deni masih mampu menembus pintu kamar karena jarak kamar dengan ruangan di mana Deni dan Asih berada hanya sekitar lima meter.

'Bagaimana mungkin gadis itu anaknya?' pikir Farida. Ia merasa apa yang ia dengar tidak masuk akal. Bahkan usia gadis itu saja lebih tua dari usia pernikahan mereka. 'Anak? Mungkinkah selama ini aku telah menjadi yang kedua?' Farida tersentak. Jika memang gadis berusia delapan belas tahun itu adalah putri Deni, maka Farida adalah wanita kedua dalam hidup Deni. Menyadari itu, ia keluar ingin memperjelas apa maksud dari lelaki yang sangat ia cintai.

"Apa maksudmu? Apakah itu maksudmu ingin mengatakan kalau aku adalah istri keduamu?" tanya Farida setelah ia keluar dari kamar. 

"Iya, Ma. Luna itu anakku. Maafkan aku, telah menyimpan rahasia ini begitu lama." Ucapnya merasa bersalah. Farida menatapnya tajam, ia tidak menduga akan mendengar semua itu. Lelaki yang selama ini ia puja ternyata hanya seorang pembohong ulung. Farida tersenyum miris, ia merasa bodoh.

"Jadi selama belasan tahun kau sudah menipuku, Pa?" Farida tertawa hambar, ia menertawakan dirinya sendiri yang sekian lama telah dibohongi Deni. "Jadi sebelum kau menikahiku, kau telah memiliki istri dan juga anak?" lanjutnya. Hatinya sungguh sakit. Andai ia tahu dari awal tentu ia tidak akan mau menikah dengan Deni.

"Bukan begitu, Ma. Saat itu aku hanya takut kehilanganmu. Aku takut kau akan meninggalkanku jika kau tau aku telah menikah." Deni pun menceritakan bagaimana awalnya ia meninggalkan istri dan anaknya di kampung.

Dulu Deni menikah dengan Rahma di kampung halamannya. Ekonomi yang sulit di kampung membuat Deni harus meninggalkan istri dan anaknya yang waktu itu baru berusia setahun. Awalnya kepergiannya dari kampung murni ingin memperbaiki ekonomi keluarganya.

Namun, kehadiran Farida membuatnya seakan lupa diri. Sifat Farida yang baik hati dan lemah lembut telah mampu membuat Deni menyingkirkan istri dan anaknya dari dalam hatinya. Ia akhirnya menutupi jati dirinya karena takut kehilangan wanita yang saat itu selalu mengisi hari-harinya. Status Deni di KTP yang belum diubahnya setelah menikah dengan Rahma, mendukungnya untuk menyimpan status pernikahannya.

Hingga akhirnya Deni mempersunting Farida. Sudah hampir lima belas tahun pernikahan mereka, dan telah memiliki dua orang anak dari hasil pernikahannya dengan Farida. Hal itu semakin membuat Deni lupa akan tanggung jawabnya pada Rahma dan Luna.

Pertemuannya dengan Luna yang kebetulan, setelah Luna diterima bekerja di restorannya membuat Deni kembali teringat dengan anak dan istri yang telah ditelantarkan. Awalnya Deni tidak menyangka kalau Luna adalah anaknya, namun tanpa sengaja Deni melihat layar ponsel gadis itu dan disana ia melihat foto Luna dan Rahma. Sejak itulah ia yakin kalau Luna adalah anaknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status