"Tapi, kamu tidak masalah kan berada di sekitar Rayyan?"
Pertanyaan Rayhan sontak membuat Sofia terkejut.
Di dalam benak Sofia dia takut kalau Rayhan sebenarnya tahu tentang hubungan mereka.
"M-maksud, Mas?"
Rayhan terdiam sejenak pandangannya berfokus pada langit-langit kamar.
"Maksud mas ..... kamu tidak apa kan berada satu atap dengan ipar? Ya, biasanya setiap orang memiliki privasi. Bisa jadi kamu kurang nyaman berada di sekitar Rayhan yang bukan muhrim kamu."
Sofia bernapas lega. Dia hampir saja gegabah untuk menjawab. Sofia semlat berpikir Rayhan sudah mencium bau-bau kedekatan mereka.
"A-aku tidak apa-apa, Mas. Sungguh."
Rayhan tersenyum lega. Selama ini dia berpikir sikap Sofia seperti itu karrena tidak nyaman dengan kehadiran Rayyan.
Tangannya mengelus elan kepala yang berbalut khimar berwarna peach itu.
"Mas janji akan selalu membahagiakan kamu. Kalau kamu tidak nyaman akan
Sofia terus merenungi curahan hati suaminya. Dia tak menyangka Rayhan merasakan sikapnya.Sofia sudah berusaha untuk menghadirkan cinta di dalam hatinya. Akan tetapi perasaannya pada Rayyan justru masih ada."Nak, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Bunda Halimah saat mereka datang menjenguk Sofia.Ayah, Bunda, Mas Alfi dan Mbak Sarah hari ini datang berkunjung. Saat ini hanya ada Sofia yang tengah berdua dengan Bunda.Halimah, yang lain sedang menikmati obrolan ringan di ruang tengah."Sofia baik-baik saja, Bunda.""Hubungan kalian baik-baik saja 'kan?"Sofia mengangguk seraya berusaha tersenyum."Kamu nyaman tinggal di sini?" tanya Bunda Halimah lagi."Nyaman, Bunda.""Meskipun seatap dengan ..... "Bunda Halimah sengaja menggantung ucapannya demi melihat respon dari Sang putri.Sofia memilih bungkam. Dia juga tidak tahu jawaban apa yang cocok.
"Alhamdulillah, bayinya sehat, Ustaz," ucap dokter Widya. Salah satu dokter langganan keluarga Sofia."Alhamdulillah," ucap mereka bersamaan."Dok, kalau boleh tahu, calon bayi kami jenis kelaminnya apa ya?" tanya Rayhan penasaran.Dokter Widya tersenyum menanggapi."Saya cek dulu, ya, Ustaz."Dokter Widya menggerakkan kembali alat di sekitar perut Sofia. Pandangannya berfokus pada layar monitor berukuran 14 inch."Menurut hasil USG, bayinya berjenis kelamin laki-laki, Ustaz.""Alhamdulillah. Bisa jadi penerus pondok," ujar Ustaz Luthfi."Apapun jenis kelaminnya patut kita syukur, Abi. Hal yang terpenting adalah ibu dan bayinya sehat," tegur Umi Aisyah.Rayhan tersenyum melihat kedua orang tuanya. Berbeda dengan Sofia, sejak tadi dia hanya bisa tersenyum simpul.Dokter Widya yang menyadari sikap yang ditunjukkan Sofia berusaha berpikir positif bahwa itu adalah bawaan
"Keadaannya baik meskipun sedikit melemah, Ustazah. Wajar karena ini persalinan pertama. Alhamdulillah sudah pembukaan empat. Lebih cepat dari yang diperkirakan. Mungkin karena menjelang persalinan ibunya aktif bergerak.""Alhamdulillah," ucap mereka."Kami bisa masuk kan, Bu?" tanya Bunda Halimah."Sangat boleh, Ustazah, mengingat pasien butuh dorongan."Mereka akhirnya masuk ke ruangan pasien. Beruntung saat ini hanya ada dua pasien yang tengah menunggu proses persalinan.Rayhan segera mengampiri istrinya. Di elusnya punggung tangan Sofia dengan sayang."Bunda ....." lirih Sofia. Air matanya meluruh."Iya, Sayang. Kamu harus kuat ya, demi bayi kalian," ucap Bunda Halimah menenangkan.Sofia mengangguk. Wajahnya meringis berusaha menahan sakit. Bunda Halimah duduk di sisi kirinya seraya membelai lembut kepala Sofia yang berbalut khimar.Umi Aisyah berada di samping Rayyan. Gantian beli
Semenjak kehadiran Si bayi mungil, kebahagiaan dua keluarga begitu terasa. Bayi menggemaskan yang berjenis kelamin laki-laki itu membawa suka cita yang begitu berarti.Muhammad Al Fatih nama yang disematkan dengan harapan kelak dia akan seperti Sultan Muhammad Al Fatih yang begitu gagah berani dalam sejarah Islam. Sang Penakluk Konstatinopel yang saat itu masih berusia sangatlah muda. Namun, berkat keberanian serta kegigihannya lah akhirnya Konstatinopel jatuh di tangannya.Seperti itu lah harapan yang tersemat di dalam diri Rayhan sebagai seorang ayah. Nasehat dari Kiyai Jalaluddin selaku kakeknya agar memberikan nama yang begitu bermakna dan menjadi do'a untuk cucunya kelak."Nama yang sangat bagus dan Abi setuju," ucap Ustaz Luthfi."Kakek harap kalian sebagai orang tua mendidik anak kalian dengan baik agar nama yang disematkan bukan hanya sebuah nama semata. Akan tetapi, berguna untuk agama kita." Begitu nasehat dari Kiyai Jala
"Rayyan."Seseorang menepuk pundak Rayyan saat dia berusaha berdamai dengan hati.Perlahan dia menoleh, di dapatinya wajah yang penuh berwibawa. Ustaz Azzam."Ustaz," ucapnya seraya meraih punggung tangan gurunya."Bagaimana kabarmu?""Alhamdulillah, Ustaz."Ustaz Khairul Azzam kemudian mengembuskan napas pelan. Tangannya terulur menepuk-nepuk pundak anak murid kesayangannya."Ikut saya sebentar!" titahnya.Ustaz Azzam kemudian berlalu melewatinya. Rayyan terdiam sejenak menatap punggung Sang guru. Hingga beberapa detik berlalu, barulah dia mengikut di belakang.Pikirannya sibuk menerka, ada hal penting apa yang akan disampaikan oleh gurunya. Setelah sekian lama, barulah mereka bisa bertemu dan berbincamg secara pribadi.Langkah Ustaz Azzam terhenti tepat di bawah pohon baca.Pihak Pesantren sengaja mendesain sebuah pohon beringin, di bawahnya terdapat r
"Dek, kamu tidur gih, biar mas yang jaga Fatih," ucap Rayhan.Jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari. Biasanya Rayhan akan bangun untuk sekedar muroja'ah atau melakukan hal lainnya.Namun, beberapa hari ini suasananya berbeda. Tangisan bayi yang mencari ASI menjadi alarm keduanya.Sofia sebagai pemula menjadi seorang ibu tentu sedikit kewalahan. Terlebih jika Fatih susah untuk didiamkan. Hal itu tentu saja menarik perhatian Rayhan sebagai sosok ayahnya. Sebagai suami yang menyayangi keluarga, tentu dia tidak ingin istrinya melakukannya sendiri. Mereka selalu bekerjasama demi anak yang disayangi."Maaf ya, Mas, aku sudah beberapa hari ini kurang tidur. Entah kenapa Fatih susah untuk didiamkan."Rayhan tersenyum seraya mengelus rambut istrinya."Tidurlah, sekarang giliran mas."Sofia menarik selimut hingga ke bagian perut lalu memejamkan mata yang sejak tadi memberat.Rayhan beranjak dari pembarin
"Mas ...."Rayhan bergeming. Otak dan hati belum bisa bekerja dengan baik. Kenyataan yang baru dia ketahui seolah mengempaskannya ke dalam jurang yang begitu dalam."Mas," panggil Sofia lagi."Iya, Dek?" jawabnya sembari tersenyum.Ya. Senyum yang hambar."Fatih hebat loh, saat diimunisasi, anteng aja di pangkuan," ucap Sofia berusaha mengalihkan pembicaraan.Dia yakin betul Rayhan mendengar pertengkaran mereka."Oh, ya? Wah hebat dong anak abah."Rayhan terus menciumi pipi Fatih yang begitu menggemaskan. Jauh di dalam hatinya, dia berusaha menyembunyikan luka yang menganga.Sofia kembali terdiam. Dia hanya berdiri mematung di pinggiran ranjang. Suasana mendadak berubah. Hening."Mas.""Ya," jawabnya tanpa menoleh."Keadaannya gimana?""Alhamdulillah sudah mendingan."Hening kembali tercipta. Sungguh Sofia merasa tak tahu harus berbuat apa
Suasana acara aqiqah Fatih begitu meriah, terlebih acara tersebut di selenggarakan di pesantren Ustaz Azzam.Keluarga keduanya tampak begitu bahagia. Mereka bersuka cita melantunkan shalawat.Berbeda dengan Rayhan. Semenjak mengetahui rahasia itu, raut wajahnya tak seceria dulu.Di depan khalayak, dia mampu memancarkan sinar kebahaguaan. Namun, saat sendiri, sinar itu perlahan meredup menjadi mendung."Ada apa, Nak? Sepertinya ada sesuatu?" tanya Bunda Halimah begitu menyadari perubahan sikap menantunya."Rayhan baik-baik saja, Bunda," ucapnya seraya berusaha untuk tetap tersenyum."Ya sudah, bunda tinggal dulu sebentar ya? Jangan lupa makan!"Rayhan mengangguk pelan.Matanya terus mengawasi sekitar. Tampak di atas panggung duduklah bidadari dunianya yang sedang menggendong putra kesayangannya. Di samping kiri kanan ada Mbak Sarah dan Syafira-sahabat Sofia.Pandangannya tak