Share

Bertemu Gus Afnan

Penulis: Makhchuena Asma
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-08 09:47:26

Orang bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan. Tapi, bagaimana caramu menjelaskan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya?

***

Sudah satu bulan Gus Afnan pulang ke Indonesia. Ia sudah berkali-kali menggantikan Buya Laqief mengisi kajian kitab kuning untuk para santri pada pagi dan sore hari, tentu saja saat Buya Laqief berhalangan hadir atau ada acara di luar pondok pesantren. Cara pengajarannya pun sangat mudah di cerna ole semua santri, apalagi di usianya yang masih sangat muda, menjadikan Gus Afnan bisa lebih menguasai para santri dan berbaur dengan mereka tanpa canggung, bahkan kabarnya Gus Afnan tidak malu dan canggung ikut bermain sepak bola di lapangan pondok putra bersama santri yang lain.

Gus Afnan juga terkenal sebagai pemuda sholeh yang santun dan baik hati, tidak membeda-bedakan status dan kepintaran. Para santri juga terbiasa berkumpul dengannya, meskipun masih ada canggung para santri terhadapnya karena mereka menghormati statusnya sebagai putra Kyai. Bakal penerus pondok pesantren ini.

Hari jumat ini kembali kamar Masyithoh mendapatkan piket membersihkan ndalem. Kebetulan kamar untuk santri dan siswa unggulan memang dekat dengan ndalem. Arni dan yang lain segera bersiap. memegang alat kebersihan masing-masing ditangan mereka.

"Seperti biasa, kamu dan Arni bersihin kamar Buya!" perintah Mbak Rista pada Ratna dan Arni.

"Nindi dan Mutia bersihin perpustakaan  pribadi Buya," ujar Mbak Rista. Membagikan tugas pada anak buahnya.

"Yang lain bersihkan halaman, kamar Ummi dan ruang tamu juga ruang keluarga," perintahnya pada yang lain. 

"Mbak, kamar Gus Afnan siapa yang bersihin?" tanya Dewi.

"O iya, lupa ... hehehe," ucapnya nyengir sambil tepuk jidad.

"Arni dan Ratna kalau sudah selesai dari kamar Buya lanjut ke kamar Gus ya, kamarnya 'kan sebelahan," perintahnya. 

"Iya, Mbak."

Selesai bersihin kamar Buya, Ratna dan Arni pindah ke kamar Gus Afnan.

"Kamu sapu dulu kamarnya Gus ya, Ni. Sebentar ya,  Aku selesaikan menata meja dulu, ini ada yang ketinggalan belum ditata bukunya," ujar Mbak Ratna.

Arni mengangguk, ia segera masuk ke dalam kamar itu.

Arni membuka pintu kamar itu. Harum bau maskulin tercium di indra penciuman Arni, aromanya menenangkan syaraf-syarafnya.

Arni segera menyapu kamar itu. Kamar itu masih terlihat rapi meskipun tempat tidurnya tidak tertata begitu rapi. Untuk sekelas lelaki kamar itu sudah cukup rapi menurut penilaian Arni. 

Kriek ....

Pintu kamar terbuka dan ditutup lagi.

Arni sedang menyapu kolong kamar tidur itu hingga ia tidak tau siapa yang masuk ke kamar itu. Arni kaget bukan kepalang, karena dirinya sangka yang masuk tadi Mbak Ratna, ternyata lelaki tampan yang juga menatapnya heran.

"Kamu siapa? Mbak Ndalem ya?" tanya Gus Afnan heran.

Arni langsung menggeleng. 

"Ma-maaf, saya hanya diberi tugas untuk membersihkan kamar Gus oleh mbak pengurus," jawabnya terbata masih dengan menunduk.

"Oo, kamu buat kesalahan ya, makanya di takzir," tebaknya.

Arni langsung menggeleng. "Ha-hari ini kebetulan kamar  sa-saya kebagian tugas membersihkan ndalem," ujarnya.

Gus Afnan mengangguk tanda mengerti.

"Cepat selesaikan saya mau istirahat," perintahnya.

Arni mengangguk. Meskipun dengan tubuh yang bergetar, Arni segera meneruskan menyapunya. Gus Afnan mengambil buku dan membacanya sambil duduk di sofa panjang dalam kamar ini.

Arni mengutuki dirinya sendiri. "Kenapa tadi aku harus masuk ke kamar ini sendiri, seharusnya aku nggak mau disuruh masuk dulu, sekarang mbak Ratna mana lagi," batinnya gelisah.  Pasalnya saat ini mereka berada dalam satu ruangan, apalagi pintu kamar itu ditutup. Arni takut terjadi fitnah, meskipun mereka tidak melakukan apa-apa, tidak mungkin Gus Afnan berselera padanya, ia hanya gadis miskin yang juga tidak pintar bahkan bukan putri kyai.

"Arni, sudah selesai belum nyapunya?"  teriak mbak Ratna yang langsung membuka pintu kamar  itu. Mbak Ratna heran melihat wajah Arni sedikit pucat.

"Kamu sakit, Ni? Wajahmu kok pucat," ujarnya. Arni menggeleng dan berusaha mengkode Ratna menggunakan dagunya ke arah sofa.  

Ratna menangkap kode yang ditunjukkan Arni, seketika Ratna melihat ke arah sofa. Mbak Ratna juga kaget seperti Arni tadi, di sofa itu duduk pemuda tampan sambil memegang buku dan melihat ke arah mereka berdua.

"Ehm ...." Suara barito Gus Afnan membuyarkan keheranan Ratna yang menatap pemuda itu dengan tatapan kagum, beda dengan Arni yang sejak tadi hanya menunduk takut dan malu.

"Selesaikan bersih-bersihnya cepat! aku mau  istirahat, " ujar Gus Afnan.

"I-iya," ucap Ratna sambil tersenyum malu-malu. 

Terus terang tingkah Ratna membuat Afnan risih. 

Arni segera merapikan kamar itu dengan cepat, dirinya ingin segera keluar dari kamar itu, sejak tadi Afnan bahkan sering curi pandang pada gadis itu, yang sejak tadi menunduk, membuatnya penasaran.  

"Aku jadi penasaran pada gadis itu, semua temannya menatap kagum padaku, sampai aku risih ditatap ribuan santri putri dengan tatapan seperti mereka mau  menelanjangiku, tapi dia sibuk dengan dunianya sendiri dan sejak tadi hanya menunduk," batin Afnan.

Setelah beres,  Arni dan Ratna segera keluar dari kamar itu, Gus Afnan juga langsung berdiri dari duduknya, namun karena lantai masih sedikit licin, Arni yang  juga terburu-buru hingga dirinya terpeleset namun sebelum terjatuh ke lantai ada tangan yang memegang tubuhnya. 

Jleb ....

Gus Afnan menahan tubuh Arni. Sekilas mata mereka beradu,  Arni segera membetulkan posisinya sehingga bisa berdiri dengan baik. Arni dengan kasar melepas cekalan  tangan yang menahan tubuhnya itu, Gus Afnan yang merasakan tangannya tersentak sadar dengan kekhilafannya, niatnya hanya menolong Arni namun Afnan terpesona pada iris mata hitam nan bulat milik  Arni yang beradu pandang dengan matanya meskipun hanya sekilas. Mereka berdua merasa canggung. 

Ratna yang menyaksikan itu tersenyum, ingin tertawa takut dapat hukuman. Ratna hanya bisa menahan tawanya. 

"Berita heboh ini! Gus Afnan menahan  tubuh Arni yang hampir jatuh," batinnya. 

"Mo-mohon maaf, pe-permisi," ucap Arni terbata, ia langsung lari keluar kamar itu.

Ratna pun mengekorinya.

"Cie-cie,  kamu menang banyak, Ni," ujar Mbak  Ratna menggoda. 

"Ststst ... Mbak. Jangan bilang  begitu, tadi tidak disengaja, nanti kalau didengar santri lain timbulnya fitnah, tolong jangan dibahas lagi ya, Mbak. Nanti bisa jadi masalah untuk Gus Afnan juga saya, tolong ya, Mbak ...," mohon Arni mengiba.

Melihat wajah Arni pucat, Ratna jadi tidak tega untuk menggoda lagi. 

"Tenang, Ni. Aman kok, aku nggak akan   bilang ke mana-mana, lagian aku juga kasihan sama kamu, 'kan kamu  santri baru juga, selain itu kamu anak yang baik," ujarnya. 

"Makasih ya, Mbak. Atas pengertiannya,"  ucapnya. 

"Iya, sama-sama."

Malamnya, saat ini Afnan berada di kamarnya dan sedang mencoba untuk tidur,  entah mengapa bayangan Arni tadi pagi selalu menbayanginya, membuat Afnan gelisah, tidak pernah seumur hidupnya ia seperti itu. 

"Ya Allah, perasaan apa ini? Tidak mungkin  aku jatuh cinta pada gadis itu, sedangkan aku sudah menolak semua anak kiyai yang pernah akan dijodohkan denganku, dengan alasan masih ingin menimba ilmu di Mekkah. Bahkan putri-putri kyai itu tak kalah  cantik dan pintar," lirihnya.

Afnan mencoba memejamkan matanya lagi, namun selalu sama bayangan Arni yang ada. Mata indah Arni dengan iris coklat  menatapnya. Berulang kali hal yang sama terjadi. Afnan benar-benar gelisah.

Baru kali ini ia merasakan hal semacam ini. 

"Ya Allah, ini tidak boleh dibiarkan, ini sama saja dengan zina 'ain. Bukankah begitu yang selama ini aku pelajari.

Telah diterapkan bagi anak-anak Adam yang pasti terkena, kedua mata zinanya adalah melihat, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berkata-kata, tangan zinanya adalah menyentuh, kaki zinanya adalah berjalan, hati zinanya adalah keinginan (hasrat) dan yang membenarkan dan mendustakannya adalah kemaluan." (HR. Muslim) Naudzubillah ... Astaghfirullahal Adziim ... Ampuni hamba Ya Allah, ampuni hamba ... Kalau benar ini cinta yang berasal dariMu maka aku rela, dekatkan aku dengannya dengan  caraMu, tapi kalau ini bukan cinta. Namun, nafsu maka hilangkanlah dari hatiku, musnahkan dari hati hamba, hamba tidak ingin mengotori hati hamba dengan cinta karena nafsu sesaat," lirihnya.

Afnan langsung bangun dari ranjangnya, ia segera mengambil wudhu dan melakukan sholat taubat, dirinya percaya  dengan mengerjakan sholat taubat hatinya menjadi semakin tenang, dan mungkin bisa  menghilangkan bayangan Arni dari pandangannya. Menggugurkan dosa-dosanya. Bukankah sholat taubat sangat dianjurkan meskipun dilaksanakan setiap hari. Saat melaksanakannya juga dianjurkan untuk memperbanyak istighfar, memohon ampunan, agar Allah selalu mengampuni segala dosa yang pernah dilakukannya.

Setelah sholat Afnan lebih tenang dari sebelumnya. Afnan kembali berbaring, mencoba memejamkan matanya. Kini saat memejamkan matanya ada  bayangan Arni tersenyum padanya. Tanpa dirinya sadari ia juga ikut tersenyum dan detik selanjutnya ia pun terlelap. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta dalam Balutan Doa    Tentang Spin off Cinta dalam Balutan Doa

    Bersabarlah dalam segala hal, tetapi yang terpenting adalah bersabar dengan emosi yang ada di dalam dirimu sendiri. Karena Meskipun seribu orang memilih untuk mencemooh dan meremehkanmu. Maka hal terbaik adalah menjadikan cemoohan mereka menjadi penyemangat dalam mengarungi hidupmu. (Fathiyah) *** “Mohon maaf, Mas tampan. Aku mau ambil motorku,” ucapnya yang berhasil membuat dua laki-laki tampan dan satu wanita cantik menoleh ke arahnya sambil memindai penampilan lusuh Fathiyah. Polisi wanita berparas cantik itu langsung menertawakan Fathiyah dengan senyuman yang terkesan mengejek. “Ternyata Briptu Arza ada penggemar baru ya?” ucap polisi wanita berparas cantik yang tertulis di tag namenya bernama Luna itu, terlihat jelas ia mengejek Fathiyah sambil masih melihat penampilan lusuh gadis itu. “Ternyata Briptu Arza yang tampan bukan saja menjadi idola anak pejabat, dan anak kaum borjuis ternyata anak pank seperti dia juga mengidolakannya,” ucapnya lagi semak

  • Cinta dalam Balutan Doa    Pekerjaan Baru

    Dengan tersenyum bukan berarti kita bahagia, terkadang semua itu hanya sampul untuk menyembunyikan kesedihan karena kesedihan tidak perlu dipamerkan atau pun diperlihatkan sedangkan kebaikan tidak perlu disombongkan. (Fathiyah) *** Setelah diterima bekerja, Fathiyah kembali pulang dan mengabarkan berita gembira itu pada sang bibi. “Assalamualaikum, Bik,” sapanya dengan riang. “Kenapa sudah pulang? Apa kamu tuli? Aku sudah bilang kamu enggak boleh pulang sebelum mendapatkan pekerjaan!” sengitnya tanpa menjawab salam dari Fathiyah. Fathiyah tersenyum menanggapi omelan sang Bibi. “Diajak ngomong malah senyam-senyum kagak jelas, cepat cari kerja yang benar!” ucapnya kesal. “Alhamdulillah, Bik. Aku sudah diterima kerja di kafe dan Resto yang instagramable, tempatnya bagus, Bik.” “Beneran kamu sudah diterima kerja? Kamu enggak lagi halu ‘kan? Awas saja kalau bohong!” ucapnya. “Enggak bohong! Aku beneran diterima, Bik.” “Ya sudah aku senang mendengarnya,” ketusnya sambil kembali k

  • Cinta dalam Balutan Doa    Tentang Fathiya

    Sebuah harapan akan tercapai dengan adanya semangat yang tak pernah pudar. Dengan keyakinan dan sebuah kesabaran pasti akan berbuah indah saat waktunya tiba. (Fathiyah) *** Fathiyah sudah meletakkan lamaran kerja di beberapa toko, kafe dan restoran. Namun, hingga kini ia belum dapat panggilan. Dirinya sadar kalau hanya lulusan SMA, bahkan ia belum punya pengalaman kerja. Hanya berbekal ijazah SMA dan keahlian memasak yang diajarkan oleh sang ibu dulu semasa hidup, ia pun melamar pekerjaan ke kafe dan restoran sebagai koki. Kebetulan sang ibu dulu adalah seorang koki di rumah makan mewah. Dua tahun sudah Kedua orang tuanya meninggal dunia. Saat itu juga sang bibi dan sang paman memutuskan tinggal di rumah Fathiyah, karena rumah yang disewa mereka sudah habis masa kontraknya. Rika, sang bibi selalu memperlakukan Fathiyah seperti pembantu di rumahnya sendiri, semua pekerjaan rumah di kerjakan gadis itu. Bahkan tak jarang Fathiyah harus rela kelaparan karena sang bibi tidak memberi

  • Cinta dalam Balutan Doa    Curhatan Dua Gus Tampan

    Tiga bulan sudah Arza pulang ke rumah kedua orang tuanya, di pesantren. Meskipun ia harus berangkat pagi sekali. Namun, di sini hatinya sedikit tenang karena di sini dirinya banyak teman dan bisa berkumpul dengan kedua adiknya yang selalu ada saja tingkah kocaknya, sehingga bisa membuatnya terhibur.“Bang, kenalin aku sama Kak Luna dong,” ucap Azril yang saat ini berada di kamar sang abang.“Apaan sih, Dek. Enggak enak ngomongin Luna, nanti Bunda dan Abi dengar tau,” ucapnya berbisik.“Terus kenapa kalau Bunda dan Abi tau? Abang ‘kan bisa langsung mengkhitbahnya? Secara Abang ‘kan sudah mengenalnya sejak lama. Jadi enggak usah pakai proses taaruf.”“Enggak semudah itu, Dek.”“Kenapa emangnya?”“Luna belum mau berhijab, menurut pandangannya, orang berhijab itu ribet. Apalagi kalau ada yang berhijab panjang dan lebar, pasti dia enggak suka.”“Astaghfirullahal Adziim ... terus Abang kok bisa suka perempuan yang berpikiran sempit seperti itu sih?” ucap Azril tidak suka. Padahal tadi diri

  • Cinta dalam Balutan Doa    Tentang Arza

    Putra sulung Arni dan almarhum Azzam bernama Arza sudah menjadi seorang perwira polisi. Abdi negara seperti apa yang diamanahkan oleh Azzam. Afnan sudah memberi peluang itu pada putra sambungnya. Ia mengarahkan semua tanpa harus memaksa, meskipun itu adalah sebuah amanah. Sebagai ayah sambung, Afnan tidak hanya menyayangi dan mengayomi Arza dan Azril. Ia sudah berperan lebih dari seorang ayah sambung. Afnan bahagia bila Arza berhasil memenuhi amanah almarhum Azzam menjadi seorang polisi yang jujur dan tetap mengedepankan norma agama *** Setelah pulang dari tempatnya bekerja siang ini, Arza pamit pada Hambali dan Yulia untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Bahkan Arza izin pada komandannya untuk tidak mengikuti apel besok pagi. Setelah berkendara cukup jauh Arza pun sampai di pesantren milik sang abi. Ia segera masuk ke ndalem mencari keberadaan kedua orang tuanya. Arza segera menemui sang bunda dan sang abi yang berada di kebun belakang. Arni dan Afnan sering menghabiskan wak

  • Cinta dalam Balutan Doa    Berusaha Menjadi Baik

    Dengan senang hati Azril melakukan tugasnya, setiap harinya ia lewati dengan senyuman. Bahkan dirinya bisa istiqomah menjalankan sholat berjamaah, yang paling dirinya banggakan ia bisa mengerjakan sholat malam bersama Kiyai Bisri dengan khusyuk. Kiyai Bisri selalu membangunkannya sebelum sahur tiba. Ia juga ikut berbuka dan sahur bersama Kiyai Bisri dan Ummi Roudhoh. Awalnya dirinya menolak dengan lembut. Namun, Ummi Roudhoh dan Kiyai Bisri sedikit memaksa. Ummi Roudhoh juga sudah sedikit akrab dengan pemuda tampan itu, beliau sering menceritakan cucu-cucunya pada AzrilKecerdasan yang dimiliki Azril membuat pemuda tampan itu dengan mudah menyerap ilmu yang dirinya peroleh. Bahkan di luar batas kemampuannya.Pernah Kiyai Bisri mencoba mengetes ilmu pemuda tampan itu dengan menanyakan beberapa hadits yang dirinya ajarkan pada Azril di perpustakaan pribadinya dan Azril dengan mudah menjawab, bahkan dengan cepat beserta penjabarannya dan penjelasannya. Kiyai Bisri sampai geleng kepala.P

  • Cinta dalam Balutan Doa    Memecahkan Masalah

    Kang Abduh mulai mencurigai Kang Fajar dan Kang Khaidir setelah ada gelagat berbeda yang ditunjukkan keduanya. Ia harus bisa memecahkan masalah ini dan mencari bukti supaya nama baik Neng Arsyi dan juga Gus Azril tidak jelek di mata santri lain, meskipun mereka berdua ada perasaan, tapi tidak begini caranya. Apalagi mereka calon pewaris pesantren.“Gus Azril bisa membuktikan kalau ini benar-benar fitnah?” tanya Kang Abduh.“Insya Allah aku bisa membuktikannya. Aku tau mereka tidak menyukaiku. Itu tidak masalah buatku, tapi ini tidak menyangkut diriku saja karena Neng Arsyi diikut campurkan dan aku tidak mau itu terjadi,” ujar Azril yakin. Meskipun Arsya kecewa pada keduanya, tapi melihat kesungguhan Azril yang membela sang adik membuat dirinya tersenyum tipis.“Halah, paling memang ini disengaja. Azril saja yang memang tidak bisa menahan diri dan tidak bisa menjaga kehormatan pesantren dengan mengajak ketemuan Neng Arsyi, dasar biang kerok. Sejak dia datang kan selalu ada saja tingkah

  • Cinta dalam Balutan Doa    Fitnah

    Azril mengantar kepulangan keluarganya di pintu aula. Setelah beberapa wejangan diberikan oleh Abi, Bunda dan Neneknya.Azril ingin di sisa waktunya di pesantren ini bisa lebih dekat dengan Kiyai Bisri. Menyerap ilmu beliau lebih sempurna, dan mungkin dengan melakukan beberapa kesalahan akan membuatnya di takzir dan di serahkan langsung pada Abah Yai, itu pemikirannya.Azril kembali ke kamarnya dan membawa beberapa bingkisan yang dibawakan sang bunda tadi. Ia langsung membagikan beberapa makanan untuk santri lain termasuk Arsya.“Sesuai janjiku padamu dulu, Sya. Aku habis disambang keluargaku. Ini, aku kasih bolu kelapa kesukaanku khusus buat kamu, semoga kita satu selera dan kamu juga menyukainya,” ujarnya.Arsya sangat senang dan langsung menerima bolu kelapa dan ayam geprek kesukaan Azril.“Makasih banyak ya, Ril. Aku juga pasti menyukainya. Makanan ini pasti juga enak banget,” ujarnya.Azril tersenyum menanggapinya. Memang bagi Azril masakan sang bunda paling enak, tiada tandingan

  • Cinta dalam Balutan Doa    Dijenguk Abi dan Bunda(Gus Afnan dan Ning Arni)

    Hubungan Arsya dan Azril sedikit merenggang, tidak lagi seperti dulu. Azril lebih menghindari Arsya. Meskipun Arsya ingin selalu dekat dengan Azril seperti yang dulu. Namun, Azril membatasinya. Sungguh suasana seperti ini Arsya tidak menyukainya.Sudah 17 hari Azril berada di pesantren itu. Banyak pelajaran yang ia dapatkan, mulai dari persahabatan yang ia dapatkan dari Arsya dan beberapa teman yang lainnya, desir aneh yang ia rasakan pada Arsyi, saudara kembar Arsya. Sikap tak bersahabat yang ditunjukkan oleh Kang Khaidir dan Kang Fajar yang semakin membencinya, serta kajian kitab kuning dan penjelasan dari Abah Yai yang selalu membekas di hatinya. Bahkan dirinya sangat mrn8kmsti takziran yang diberikan oleh pengurus yang mengajarkan padanya sebuah tanggung jawab. Ada alasan lain yang membuat Azril bertindak semaunya sendiri. Alasan yang cukup aneh yaitu mengabdi secara langsung pada Abah Yai dan dengan melakukan kesalahan terus menerus dirinya yakin setelah ini hukumannya akan diam

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status