Maylin memandang ke arah luar jendela mobil. Di sepanjang jalanan kota sudah terpasang banyak labu-labu dengan ekspresi seram serta lampion-lampion yang berkesan menakutkan. Ada beberapa tengkorak plastik yang sengaja digantung di tiang lampu, juga beberapa lembar kain putih yang digantung di pohon. Perayaan Halloween memang akan berlangsung beberapa hari lagi.Dekorasi di setiap rumah dan restoran dengan tema menyeramkan itu, sayangnya tidak mampu mengalihkan pikiran Maylin dari rasa takutnya menghadapi pria yang sejak tadi hanya duduk diam di sebelahnya, sama sekali tidak bersuara.Sejak Elian menarik paksa hingga masuk ke dalam mobil dan meninggalkan hotel, keheningan yang mencekam yang menjadi latar perjalanan mereka menuju penthouse. Maylin tidak berani membuka suara, juga tidak berani menoleh untuk sekadar melihat bagaimana wajah Elian saat ini. Tatapan marah pria blasteran Inggris itu tadi sungguh menakutkan.Jelas sekali saat ini Elian sedang menahan emosinya. Kedua matanya te
Elian mengangkat tubuh Maylin dan menggendongnya ala bridal style. Tindakannya yang tiba-tiba itu refleks kedua tangan Maylin bergerak mengalung di leher pria itu agar tidak jatuh. Pandangan mereka pun bertemu. Sesaat, hening mengambil alih.Jantung Maylin berdebar tidak karuan hingga rasanya akan melompat keluar. Susah payah ia menegak salivanya tatkala melihat wajah tampan di hadapannya saat ini. Wajah seorang pria dimana kala masa remajanya dulu berpenampilan culun dengan kaca mata tebal kini bermetamorfosis menjelma bak Dewa Yunani.Mata teduh Elian menatap dirinya begitu intens ke dalam manik mata, membuatnya terhipnotis untuk terus menatap pemilik mata berwarna abu-abu itu. Hingga ketika Elian menurunkan tubuhnya di atas ranjang pun dirinya masih belum sadar dari pesona yang dimiliki pria itu. Pesona yang selama ini selalu ia tampik.“Aku hampir gila begitu mendapat kabar kau berhasil kabur dan sebuah mobil hendak akan menabrak tubuhmu. Rasanya ingin membunuh mereka semua saat i
“Itu memang sebuah hukuman yang harus mereka terima,” Elian menjawab dengan nada dingin.[Mereka menjalani seleksi sangat ketat dengan beberapa kriteria yang ditetapkan organisasi kita dan mereka diberi tanggung jawab untuk melindungi kita, bukan wanita itu!]“Seseorang mengincar nyawa Maylin berujung membuat wanita itu hampir celaka, dad! Padahal, sudah kuperingatkan kepada mereka untuk mengawal wanitaku lebih ketat lagi selama aku tidak berada di kota ini!” Suara Elian naik satu oktaf lebih tinggi. Genggaman tangannya pada ponsel mengerat kala mengingat hal itu.“Aku hampir kehilangan dia, dad. Bagiku keselamatannya jauh lebih penting daripada posisiku.” Dada Elian terlihat naik turun, penuh dengan gejolak emosi yang berkecamuk dalam dirinya.Helaan napas terdengar di balik telepon, sebelum Emilio kembali bersuara.[Apapun itu alasannya, tidak seharusnya kau mencabut nyawa mereka, Elian. Apa kau lupa nama mereka berada dalam list organisasi kita? Daddy hanya bisa membantumu dengan b
Sebelum Elian memberi perintah membawa tawanan ke markas, Marco terlebih dahulu meretas ponsel John Micheal untuk melacak aktivitas serta dengan siapa saja pria itu melakukan sambungan telepon.Marco memutar rekaman isi percakapan antara John Micheal bersama seorang pria.[Mereka mendatangi saya dan bertanya-tanya tentang anda, Sir! Apa yang harus saya lakukan?][Jawab pertanyaan mereka sesuai dengan apa yang saya perintahkan.][Tapi sepertinya mereka tidak percaya begitu saja, Sir!][Berapa kali pun mereka menodong pertanyaan yang sama, tetap beri jawaban yang sama, kau tidak tahu apa-apa dan setelah meminjamkan identitasmu, kita tidak pernah berhubungan lagi.]Suara rekaman hening sejenak. Tidak lama kemudian, terdengar lagi percakapan berikutnya.[Mereka masih saja terus mendatangi saya. Bahkan, mereka menghampiri saya saat saya menjemput putri saya di sekolahnya. Anda harus bertanggung jawab atas keamanan saya dan keluarga saya, Sir!][Mereka akan berhenti menemuimu bila mereka ti
Suasana sarapan pagi yang biasanya dihiasi dengan celoteh atau umpatan dari bibir Maylin yang disebabkan Elian sering kali menguji tekanan darahnya, maka pagi ini terasa berbeda. Mereka menyantap sarapan dalam keheningan canggung di antara mereka.Perlahan Maylin mengangkat kepalanya dan menatap objek di depannya. Tampak Elian tengah sibuk menggeser layar sentuh tablet pintarnya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya bergerak memasukkan sepotong sandwich ke dalam mulut.Pandangan Maylin turun ke bibir pria itu dan sekelebat adegan percumbuan mereka kembali terputar di memori otaknya, ketika bibir itu mencecap permukaan kulitnya, ketika sentuhan lembut jemari Elian mampu mengalirkan gelenyar panas hingga membuat setiap inci tubuhnya hanyut ke dalam gelombang gairah.Maylin! Sadarlah! Tiba-tiba suara dari diri dalam kepala Maylin bergema sehingga ia tersadar lantas menggeleng kuat, berusaha mengusir bayangan itu dari kepalanya.Gosh! Inilah akibatnya jika kurang belaian. Huh! Bati
Pada akhirnya, Elian memberi izin dan memerintahkan pengawalnya untuk menyambut Leonel di lobby, lalu membawa pria itu naik ke penthouse-nya.“Kenapa duduk di sana?” Elian mengangkat alisnya ketika melihat Maylin menuju sofa yang terletak tepat berhadapan dengan sofa yang didudukinya. “Kemarilah! Duduk di sini!” titahnya seraya menepuk sofa di sebelahnya.“Apa bedanya duduk di sini atau di sana?” Maylin menatap Elian heran.“Sofa itu diperuntukkan untuk tamu.”“Oh ya? Sejak kapan sofa ruangan ini dibedakan, yang mana untuk tamu dan yang mana untuk pemilik rumah, huh?” Maylin mendelik seraya bersedekap. Sepasang matanya menatap Elian sinis.“Hanya berlaku saat pria itu datang bertamu. Tentu saja aku berharap ini adalah kunjungannya yang pertama dan terakhir. Aku tidak suka kediamanku didatangi orang seperti dirinya.”Hah! Seandainya saja identitas kak Leo boleh dibocorkan, aku mau lihat apakah kau masih berani bersikap seperti itu terhadap orang seperti kak Leo! Cibir Maylin dalam hati
“Tapi Kak Leo, aku tidak kenal Crusio. Kenapa mereka mengincarku?” tanya Maylin dengan panik. Bahaya sedang mengintai dirinya yang sedang menjadi target mafia kejam itu.“Sesungguhnya, aku menyimpan satu rahasia darimu, Sweety ….” Leonel menjeda untuk sesaat. Sepasang netranya menatap Elian penuh menyelisik. Ia tengah menunggu reaksi dari pria blasteran itu.“Sama seperti struktur organisasi resmi, dalam dunia gelap seperti kami ini juga memiliki struktur itu untuk melihat siapa sajakah yang berperan dalam organisasi ini. Mulai dari anggota yang paling tidak berpengaruh sampai anggota yang paling mematikan. Salah satunya dinamakan sebagai underboss. Bisa dikatakan dia adalah orang kepercayaan langsung dari bos mafia itu sendiri. Ketika bosnya memberi perintah, maka seorang underboss harus memastikan perintah tersebut dijalankan seluruh anggotanya ….” Kembali Leonel menjeda ucapannya.“Lalu?” Maylin terlihat tidak sabar.“Dia … underboss Crusio pernah mencoba membobol sistem dark web u
“Jika pertanyaan itu seputar hal umum, silahkan!” Setelah hening beberapa saat, akhirnya Elian membuka mulutnya.“Kenapa? Kau takut?” Leonel mengangkat satu alis.“Tidak! Hanya saja hubungan pertemanan kita tidak seakrab sampai mengharuskan kita bisa berbagi cerita apa saja.”“Apa kau memiliki rahasia, Elian?”“Tidak!” elak Elian terlalu cepat hingga Leonel menarik sudut bibirnya ke atas.“Kau tahu jelas maksudku, Elian Grayson Carter. Seapik mungkin sebuah rahasia, suatu saat pasti akan terbongkar juga.”Mendengar kalimat itu kian mengetatkan rahang Elian dan giginya terkatup rapat. Mencoba berusaha sekuat mungkin menahan emosinya yang sudah dikuras habis oleh pria di hadapannya saat ini.Sudah cukup basa-basinya. Batin Elian. Bibirnya hendak bergerak, mengusir pria pemilik iris mata cokelat terang hazel itu. Akan tetapi, pria itu mengalihkan topik pembicaraan dan dengan terpaksa Elian mengurungkan niatnya.“Oh ya, kudengar minggu depan akan ada parade kostum Halloween. Apakah kau tu