Home / Romansa / Cinta di Balik Perbedaan / Bab 3. Hati yang Patah

Share

Bab 3. Hati yang Patah

Author: Dian Chikara
last update Last Updated: 2025-07-27 09:56:27

"Dia hanya seorang yang Mama tugaskan untuk menjagamu di sini, Nathan," ujar Mytha sambil tersenyum puas.

Pertanyaan Nathan saja cukup mengejutkan bagi Sabrina, ditambah lagi dengan pernyataan Mytha membuat hati Sabrina sakit. Ia langsung keluar dari ruang ICU sambil menangis.

"Dokter, ada apa dengan Nathan?" tanya Mytha.

Sunardi yang datang tidak lama setelah Mytha masuk belum bisa memastikan sebelum memeriksa kondisi Nathan.

"Biar saya periksa dulu ya, Bu," ujar Sunardi.

"Iya, Dok, kalau begitu saya pamit keluar sebentar." Mytha buru-buru keluar mencari Sabrina.

Di luar Mytha melihat Sabrina yang sedang duduk di kursi tunggu. Ia segera menghampiri dan menyodorkan sebuah amplop pada Sabrina.

"Ambil ini dan ingat kamu jangan pernah muncul lagi di hadapan anak saya," ujar Mytha penuh penekanan.

Sabrina menoleh dan bertanya dengan heran. "Apa ini, Tante?"

"Itu bayaran karena sudah membuat Nathan kembali sadar

 Sekaligus bayaran untukmu yang mengincar harta keluarga kami agar segera kamu segera pergi dari anak saya." Mytha berjalan kembali ke ruangan Nathan meninggalkan Sabrina yang berdiri mematung.

Sabrina membuka amplop di tangannya dan terkejut melihat isinya. Buru-buru ia mengejar Mytha dan mengembalikan amplop berisi uang yang Mytha serahkan padanya. "Aku tidak bisa terima ini, Tante."

"Pergi dari sini, keluarga saya tidak butuh kamu lagi!" bentak Mytha.

Sabrina mengira ia diterima oleh keluarga Nathan, karena mereka mau menjemputnya jauh-jauh dari Jakarta. Tapi ternyata ia salah, orang tua Nathan menjemputnya hanya karena mereka butuh Sabrina untuk menyadarkan Nathan dari koma. Pantas saja sikap Mytha sangat tidak bersahabat padanya.

Setelah Nathan sadar, Mytha menyuruh Sabrina melupakan Nathan dan memberinya sejumlah uang agar ia mau menjauhi Nathan.

"Ma, cewek yang jagain aku tadi mana? Namanya siapa, Ma? Kok aku kayak kenal sama dia?" tanya Nathan begitu Mytha masuk.

Mytha heran melihat Nathan, ia pikir mungkin ingatan Natha sedang bermasalah. Dengan senang hati Mytha menjawab pertanyaan Nathan dengan berbohong.

"Dia suda pulang, Nathan, pekerjaannya sudah selesai."

Nathan tidak puas dengan jawaban ibunya. "Tapi, Ma, aku mau ngucapin makasih sama dia. Apa nanti aku bisa bertemu dengannya?

Mytha tersenyum, menutupi kebohongannya menjawab pertanyaan Nathan. "Tidak perlu sayang, dia bukan orang baik dan Mama baru tahu itu."

"Dokter, bagaimana kondisi Nathan, dia sudah sembuh kan?" tanya Mytha mengalihkan pembicaraan.

Sunardi menatap Nathan sebentar lalu bicara. "Untuk saat ini sudah tidak ada masalah, Bu. Tinggal tunggu beberapa hari lagi mungkin sudah bisa pulang."

"Syukurlah kalau begitu, dok. Terima kasih." Mytha tersenyum senang.

"Kalau begitu saya pamit, Bu, permisi," pamit Sunardi.

"Baik, Dok, silahkan," sahut Mytha.

Sebelum mencapai pintu Sunardi kembali dan berkata, "Oh iya, Bu Mytha, bisa bicara di ruangan saya sebentar?"

Mytha mengangguk dan segera berdiri mengikuti Sunardi yang sudah berjalan keluar.

"Ada apa ya, Dok, apa ada masalah serius tentang penyakit Nathan?" tanya Mytha ketika sudah di ruangan Sunardi.

"Jadi begini, Bu Mytha, ada kemungkinan ada sedikit masalah pada ingatan anak Ibu." Sunardi mulai menjelaskan.

"Maksudnya masalah seperti apa ya, Dok? Bukannya Nathan baik-baik saja?" tanya Mytha tidak mengerti.

"Benar, Bu Mytha. Tapi, apa benar Sabrina yang Bu Mytha bawa itu memang Sabrina yang selalu Nathan sebut saat dia koma?" tanya Sunardi meyakinkan.

"Benar, Dok. Sebentar, saya punya fotonya." Mytha membuka tasnya dan mengambil ponsel Nathan yang slalu ia bawa.

"Ini foto Sabrina, Dok." Mytha memperlihatkan foto Sabrina di ponsel Nathan.

"Sebenarnya apa hubungan antara Nathan dengan Sabrina?" tanya Sunardi.

"Itu ... sebenarnya mereka menjalin hubungan, Dok. Saya tidak tahu kenapa Nathan bisa mencintai orang itu, bahkan sampai kabur dari rumah dan kecelakaan seperti ini. Padahal ada banyak gadis di kota ini, tapi dia malah memilih janda kampungan itu." Mytha menjelaskan panjang lebar dengan perasaan kecewa.

"Baik, Bu, sekarang saya sudah bisa menyimpulkan bahwa Nathan sebenarnya mengalami Amnesia Anterogard. Amnesia ini biasanya hanya melupakan orang yang paling penting dalam hidupnya," ujar Sunardi.

"Amnesia, Dok? Hanya melupakan orang penting dalam hidupnya?" tanya Mytha tidak percaya.

Perasaan Mytha tidak karuan. Antara sedih dan bersyukur karena Nathan bisa melupakan Sabrina. Ia sedih karena ternyata dalam hidup Nathan ada orang lain yang lebih penting dari dirinya. Ia juga bersyukur karena itu berarti ia bisa menjatuhkan Nathan dari Sabrina dengan mudah.

***

"Sabrina, kapan kamu bayar uang yang kamu pinjam untuk ke Jakarta kemarin? Cepat bayar!" Nuraeni—bibi Sabrina menagih dengan ketus.

"Maaf, Bi, aku tidak bisa kembaliin sekarang," jawab Sabrina.

"Kalau tidak bisa sekarang terus kapan? Nathan juga kenapa tidak datang lagi? Bukannya dia berjanji untuk melamarmu?" tanya Nuraeni tanpa memikirkan perasaan Sabrina.

"Kalau uangnya sudah ada, Bi," lirih Sabrina.

"Bayar secepatnya ya." Nuraeni berbalik pergi meninggalkan Sabrina.

Setelah mengembalikan uang dari Mytha, Sabrina langsung pulang kembali ke Kalimantan. Ia benar-benar sedih dan kecewa, apalagi setelah mendengar Nathan yang bertanya siapa dirinya. Ia pikir Nathan hanya pura-pura lupa padanya karena disuruh oleh orang tuanya.

"Ma, papa?" Sofia, gadis kecil yang belum genap dua tahun itu mencari Nathan.

"Sudahlah, Nak. Mulai sekarang tidak ada lagi papa untuk Sofia," ujar Sabrina dengan sedih.

"Papa?" ulang Sofia.

Sabrina hanya menggeleng, tidak sanggup untuk berbicara. Apalagi Sofia masih kecil, tentu belum mengerti apa-apa. Sabrina pikir Sofia pasti akan dengan mudah melupakan Nathan.

Hari-hari Sabrina lalui dengan menyibukkan diri bekerja di sawah dan kebun milik Nuraeni. Ia juga giat menambah unggahan inspiratif pada media sosialnya yang lumayan menghasilkan uang tambahan untuknya.

"Sabrina, nanti pulang jangan terlalu sore, ada yang ingin paman bicarakan." Ferdi, suami Nuraeni tersebut mengingatkan Sabrina agar pulang cepat.

"Baik, Paman," jawab Sabrina.

Sabrina meneruskan memetik cabai yang sudah mulai memenuhi bakul yang ia gunakan sebagai wadah. Sayuran lain sudah di angkut oleh pekerja pria yang juga bekerja di kebun tersebut.

Setelah bakulnya penuh, Sabrina bersiap untuk pulang. Ia tidak tahu apa yang akan dibicarakan pamannya, tapi ia takut kalau terlambat. Karena biasanya apa yang suami istri itu perintahkan tidak bisa diabaikan walau hanya terlambat sedikit saja.

Belum sampai di rumah Ferdi, Sabrina di cegat oleh seorang laki-laki yang tidak ia kenali.

"Kamu yang namanya Sabrina kan?" tanya orang yang mencegat Sabrina.

"Iya, ada apa ya Pak?" tanya Sabrina.

"Pak, pak, saya belum bapak-bapak," ujar orang tersebut. "Perkenalkan, saya Antoni, calon suamimu."

Sabrina terkejut bukan main tanpa sadar ia bergidik ngeri melihat penampilan Antoni. Tubuhnya yang berisi, kumis tebal dan tato besar di dadanya yang terbuka membuat kesan menyeramkan. Apalagi ketika ia menghembuskan asap rokoknya ke sembarang arah membuat Sabrina takut.

"Maaf, saya tidak mengenal anda, dan saya tidak pernah memiliki hubungan dengan anda," tolak Sabrina.

"Alah sok jual mahal kamu. Sini kita senang-senang dulu." Antoni menarik tangan Sabrina.

"Tidak! Saya tidak mau! Lepaskan saya!" pekik Sabrina.

Antoni terus berusaha menarik Sabrina yang terus memberontak, tapi ia terkejut ketika Sabrina melakukan sesuatu padanya.

"Kamu...!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 9. Kabur

    "Ka ...." Jaka menghentikan ucapannya setelah melihat Martin mendekat ke arahnya."Apa yang kalian lakukan di belakang rumah saya?" Martin melangkah semakin mendekat, menatap satu persatu wajah Jaka dan teman-temannya bergantian."A-anu, Pak. Kami ...." Jaka kebingungan."Mereka habis memperbaiki gudang, Pak," jawab Rahma.Martin menatap Rahma, asisten rumah tangganya itu mengangguk dengan wajah tenang. "Benarkah? Tapi saya rasa gudang dalam keadaan baik-baik saja, tidak ada yang perlu diperbaiki."Martin melangkah menuju gudang untuk memeriksa, tetapi dengan cepat Rahma menahannya. "Maafkan saya, Pak, sebaiknya anda jangan masuk, di dalam berbahaya. Saya tidak sengaja membuat kaca jendelanya pecah."Martin berbalik dan menatap Rahma dengan tatapan curiga lalu bertanya, "Pecah? Kok bisa?""I—iya, Pak, saat menaruh barang di gudang saya tidak sengaja menyenggol tangga dan membuat tangga itu roboh tepat mengenai kaca jendela," jawab Rahma yang tentu saja berbohong.Jaka dan teman-temann

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 8. Wajah Oval Bertubuh Mungil

    "Anu .... Mungkin dia merindukan papanya? Iya, rindu," ajar Amelia gelagapan.Nathan mengangguk tanpa bertanya lagi, ia memperhatikan Sofia yang diam dalam pelukannya. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu, sebuah kerinduan yang dalam pada gadis kecil yang sedang memeluknya erat."Apa alasan ibunya membuang gadis kecil yang malang ini?" tanya Nathan.Amelia terdiam sejenak, ia menatap Rahma dan memberi kode untuk meninggalkan mereka bertiga saja. Setelah Rahma pergi, Amelia menjawab pertanyaan Nathan yang tentu saja dengan jawaban yang ia karang."Kalau ku lihat-lihat ibunya seperti mengalami gangguan jiwa, ia terlihat depresi. Makanya aku berinisiatif membawa anaknya. Aku takut kalau Sofi terus ikut dengan ibunya akan mengalami hal yang merugikan buat masa depannya."Jawaban Amelia begitu meyakinkan, ia menjawab dengan wajah serius seakan-akan jawabannya memang benar sehingga Nathan percaya saja padanya."Siapa namanya tadi, Sofi?" tanya Nathan."Iya, namanya Sofi," jawab Amelia. Ia sengaja

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 7. Papa

    "Aku .... Than, kamu benar-benar tidak ingat Sabrina?" tanya Leon."Sabrina siapa sih, kok kamu dari kemarin nanyain dia?" Nathan penasaran."Astaga, Nathan, aku harus jelasin bagaimana lagi sih? Dia itu orang yang selama ini kamu kejar sampai ke luar pulau," ujar Leon."Hah, segitunya?" Nathan tidak yakin.Leon menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hilangnya Sabrina belum ada titik terang dan sekarang Nathan malah datang di waktu yang tidak tepat."Sini masuk, biar ku jelaskan semuanya."Leon mengajak Nathan masuk ke rumahnya untuk menceritakan tentang Sabrina, berharap Nathan bisa mengingatnya. Ia pikir mumpung Amelia tidak ada merupakan kesempatan bagus, sebab biasanya Nathan selalu bersama Amelia yang selalu menghalangi Leon untuk menceritakan tentang Sabrina."Duduk dulu, aku haus mau ambil minum. Kamu mau minum apa?" tanya Leon.Nathan duduk sambil menjawab pertanyaan Leon. "Apa aja boleh kok, Le."Leon bergegas ke dapur lalu menyiapkan minuman dan cemilan untuk menemani mereka

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 6. Mencari Sabrina

    Di sebuah ruangan yang lembab dengan sedikit pencahayaan yang masuk terbaring seorang wanita yang tidak sadarkan diri. Ruangan itu sedikit kotor dan berdebu karena jarang dikunjungi, gudang.Sudah hampir satu jam wanita itu tak kunjung sadar. Hingga ia terkejut dan langsung terbatuk-batuk akibat sedikit parfum yang disemprotkan ke wajahnya.Amelia, pelaku penyemprotan parfum tersebut berkata dengan sinis, "Akhirnya, sadar juga.""Di mana aku?" Sabrina masih belum bisa mencerna karena baru saja siuman."Oh, masih linglung rupanya. Mau ku bantu ingatkan?" tanya Amelia."Anda siapa?" Sabrina menatap wajah Amelia."Hei, jangan melihatku seperti itu!" bentak Amelia."Ma-maaf." Sabrina tergagap.Sabrina yang masih bingung berusaha keras mengingat-ingat sebelum ia berada di gudang tersebut. Perlahan ia ingat ketika akan berangkat ke Jakarta untuk menemui Leon."Sofia, di mana anak saya?" Sabrina langsung menanyakan keberadaan Sofia pada Amelia, matanya langsung memindai isi gudang ters

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 5. Bukan Dia

    "Kamu ... kenapa ada di sini?" tanya Sabrina dengan kesal."Mengikuti mu.""Untuk apa? Aku tetap tidak akan mau," tegas Sabrina."Aku akan berusaha."Sabrina menatap tidak suka pada orang di depannya yang tidak lain adalah Antoni. Kali ini Antoni mengenakan pakaian yang lebih rapi untuk menemui Sabrina. Tetapi Sabrina tidak peduli, sekalipun Antoni berubah menjadi baik tapi hati Sabrina masih menyimpan Nathan. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Nathan di hatinya."Jangan harap," sinis Sabrina.Ekspresi wajah Antoni sedikit berubah ada kemarahan yang tidak bisa langsung ia hilangkan. Tetapi kali ini Sabrina tidak takut lagi terhadap Antoni, sebab para pekerja sudah mulai berdatangan. Tidak mungkin Antoni berani melakukan hal yang buruk padanya di saat seperti itu.Karena ada Antoni, Sabrina tidak meninggalkan Sofia sendirian di gubuk. Ia membawa Sofia untuk membersihkan rumput saja di kebun cabai yang sudah mulai tinggi. Sementara Antoni duduk di teras gubuk sambil terus mengamati

  • Cinta di Balik Perbedaan   Bab 4. Dijodohkan

    "Kamu, aaaargh ...!" jerit Antoni.Sabrina segera berlari setelah tangannya dilepas Antoni yang kepedasan karena cabai. Untung saja dia cepat mengambil dan meremas cabai tersebut dan tanpa ragu ia lemparkan ke mata Antoni.Sabrina sudah di depan rumah Nuraeni dengan nafas ngos-ngosan. "Assalamualaikum, Bibi, Sofia."Mendengar suara ibunya Sofia langsung keluar dan menghampiri Sabrina. "Mama.""Kok baru pulang?" Nuraeni keluar dengan wajah masam."Maaf, Bi, cabainya sudah tidak banyak yang tua jadi nyarinya lama, harus di semua pohon," ujar Sabrina."Ya sudah sana timbang dulu," titah Nuraeni."Baik, Bi." Sabrina segera masuk dan menimbang cabai tersebut agar cepat pulang.Nuraeni mengikuti Sabrina masuk dan mengawasinya menimbang cabai. Seperti biasa cabai yang dipetik Sabrina tidak pernah kurang, lebihnya pun hanya sedikit. Itu semua karena Sabrina sudah terbiasa dan hafal dengan beratnya."Cabainya lima kilogram, Bi, semua sudah aku bungkus dan ini lebihnya," kata Sabrina."Ya sudah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status