Share

Cinta yang Kamu Katakan, Datang Terlambat
Cinta yang Kamu Katakan, Datang Terlambat
Author: Handstand Mouse

Bab 1

Author: Handstand Mouse
Aku pulang ke rumah dan menutup tirai rapat-rapat.

Ruang tamu yang gelap gulita tanpa celah cahaya sedikit pun justru memberiku rasa lega.

Aku meringkuk di sofa, lalu menekan nomor manajerku. "Kak Arya, tentang tawaranmu agar aku belajar melukis di luar negeri, aku setuju."

Manajer tertawa riang. Dia memuji masa depanku yang cerah, sambil mengajukan pertanyaan, "Kamu yakin bisa meninggalkan adikmu itu dengan tenang?"

"Bukannya selama ini kamu selalu menganggapnya masih kecil dan perlu dijaga?"

Aku menarik selimut lebih erat, lalu berkata dengan pelan, "Dia sudah dewasa. Dia nggak butuh aku lagi."

Pikiranku menerawang.

Dulu, ketika Raka Pratama meninggal, satu-satunya kekhawatirannya adalah aku dan adik lelakinya.

Aku tidak punya keluarga, Dilan juga sebatang kara. Karena itu, aku merawatnya dan menjadikannya pusat hidupku. Hanya dengan begitu aku bisa terus bertahan.

Setelah malam yang kacau itu, aku bangun lebih dulu dan sempat memandangi Dilan sebentar sebelum akhirnya kabur dengan panik.

Untuk pertama kalinya, aku benar-benar menyadari bahwa dia sudah dewasa.

Perubahan perasaan yang tiba-tiba itu membuatku panik. Aku memutuskan untuk pergi berlibur, menenangkan diri dan merapikan hubungan yang rumit ini.

Namun, Dilan tetap memanggilku dengan sebutan kakak seperti biasa, menanyakan ke mana aku pergi.

Aku tidak menyangka, bukannya menerima kenyataan, Dilan justru sudah melupakannya.

Dia sudah menyukai seseorang. Sementara aku, sang kakak dengan status ambigu ini, tentu tidak lagi berhak mengganggu kehidupannya.

Setelah menutup telepon dengan manajer, aku menghubungi Dilan.

Dia mengangkat dengan cepat. "Kak Riana, ada apa?"

Aku ingin menjelaskan padanya tentang kejadian malam itu, lalu mengakhiri semua yang ada di antara kami.

Namun, sebelum sempat bicara, terdengar suara wanita di ujung telepon. "Dilan, sudah larut begini Kak Riana masih meneleponmu? Dia sepertinya nggak bisa menjaga batasan antara pria dan wanita. Jangan-jangan dia menyukaimu?"

Lani Triyono tidak menyembunyikan nada permusuhannya.

Suara Dilan berubah dingin. "Kak Riana, lain kali jangan telpon aku kalau sudah terlalu malam. Nanti bisa menimbulkan prasangka. Aku tutup dulu."

Dilan tidak pernah berbicara seperti itu padaku sebelumnya. Saat aku tersadar, telepon sudah lama terputus.

Aku melihat jam, bahkan belum pukul delapan malam.

Mana bisa disebut larut malam?

Dulu, sekalipun aku menelponnya pukul tiga atau empat dini hari, Dilan akan langsung mengangkatnya dan bertanya ada apa.

Sekarang, dia menganggap panggilanku mengganggu.

Aku tersenyum getir sambil menarik selimut lebih kencang.

Mungkin karena terlalu lelah, suara gemuruh petir dan hujan badai pun tidak bisa membangunkanku dari mimpi.

Sampai akhirnya, kaca jendela pecah. Dalam keadaan setengah sadar, aku jatuh ke dalam pelukan hangat yang masih basah oleh hujan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Kamu Katakan, Datang Terlambat   Bab 10

    "Aku sama sekali nggak peduli!"Dilan masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi aku tidak mau melihatnya, juga tidak ingin mendengarnya. Aku pun menarik selimut untuk menutupi kepala dan menutup telingaku, berpura-pura seakan tidak mendengar apa pun.Dilan sempat membuka mulut, tetapi akhirnya berbalik meninggalkan ruang rawat.Akhirnya, suasana menjadi tenang. Arya yang sempat keluar juga kembali masuk.Dia tersenyum tipis. "Saat keluar tadi, dia tampak sangat hancur. Dia terlihat begitu menyedihkan.""Begitukah?"Aku balik bertanya dengan dingin, sementara tanganku diam-diam menekan dadaku di balik selimut.Dulu, jika mendengar kata-kata semacam itu, mungkin hatiku akan sangat pedih. Sekarang, aku hanya merasa lega. Akhirnya, aku tidak perlu lagi membuang waktu membicarakan hal-hal yang tidak berguna dengan Dilan.Arya yang melihat aku enggan melanjutkan pembicaraan itu, secara alami mengalihkan topik ke lukisan.Dia mengatakan ingin mengadakan pameran lukisan untukku, dimulai dari Fren

  • Cinta yang Kamu Katakan, Datang Terlambat   Bab 9

    Dilan dengan lantang membalas, "Siapa suruh dia nggak mau bertanggung jawab padamu! Dia pantas dipukul! Sekarang dia mau meminta maaf? Sudah terlambat!"Aku merasa tekanan darahku naik. Arya berjalan mendekat dan menepuk punggungku, pandangannya penuh sindiran. "Bagaimana ini, Riana, adikmu masih belum tahu yang sebenarnya?"Aku hanya mengatupkan bibir, mengiyakan tanpa suara.Senyum sinis Arya makin terlihat. Dia menepuk pundak Dilan. "Bocah nakal, sepertinya Riana dulu terlalu memanjakanmu, sampai-sampai kamu nggak bisa membedakan mana yang benar dan salah.""Lebih baik kamu cari tahu sendiri, siapa sebenarnya yang bersalah pada Riana."Dilan tertegun sejenak. Detik berikutnya wajahnya tampak bingung, lalu seolah mengingat sesuatu. Dia segera meraih ponselnya dan bergegas keluar.Aku tidak menghentikannya. Aku hanya menoleh pada Arya dengan wajah pasrah. "Kak Arya, aku nggak mau dia tahu."Arya tetap mengusap kepalaku, menenangkan seperti seorang kakak. "Selama dia belum sadar akan k

  • Cinta yang Kamu Katakan, Datang Terlambat   Bab 8

    Aku tidak mau peduli dengan segala pikirannya, aku hanya ingin tidur nyenyak.Setibanya di ruang rawat, aku menyelimuti seluruh tubuhku dengan selimut dan menutup mata.Namun, Dilan seolah tidak bisa lagi menahan diri. Dia berkata pelan, "Riana, maukah kamu pulang denganku?""Aku menyukaimu."Mulutku langsung terasa pahit.Andai saja aku mendengarnya lebih awal, alangkah baiknya.Sayangnya, dia baru mengatakannya setelah hatiku hancur berkeping-keping.Lima tahun terakhir, aku memperhatikan segala hal tentang dirinya sampai detail terkecil, bahkan aku sendiri tidak tahu kapan tepatnya aku mulai mencintainya.Namun, sekarang, aku menyadari dengan jelas, aku sudah tidak mencintainya lagi.Aku menghapus air mata yang mengalir dari sudut mataku, lalu menatap Dilan. "Dilan, aku akan selalu menjadi kakakmu."Mulai sekarang, aku akan menjaga jarak darinya.Menjaga jarak sewajarnya antara kakak dan adik.Adapun cinta yang Dilan butuhkan, aku tidak mampu dan tidak bisa memberikannya.Di bawah p

  • Cinta yang Kamu Katakan, Datang Terlambat   Bab 7

    Aku duduk tegak dan bertanya dengan suara lembut, "Kalian bertengkar?"Dilan menggenggam tanganku dan mengusapnya berulang kali. Suaranya dipenuhi kebencian. "Polisi bilang, orang yang berniat menabrakmu itu menerima uang dalam jumlah besar, dan uang itu berasal dari Lani.""Dia ingin membunuhmu."Aku teringat malam ketika hujan turun, saat aku hampir bersentuhan dengan maut, tubuhku seketika dipenuhi keringat dingin.Aku tahu Lani membenciku karena menyukai Dilan, tetapi aku tidak pernah menyangka dia sampai ingin aku mati.Tubuhku bergetar. Aku perlahan menoleh. "Sekarang dia di mana?"Dilan mengatupkan bibirnya. Setelah terdiam cukup lama, barulah dia menjawab, "Di kantor polisi."Aku berdiri di depan kantor polisi dengan Dilan yang mengikutiku dari belakang.Kami berdua juga harus memberikan keterangan.Setelah selesai memberikan keterangan, aku meminta untuk bertemu Lani.Lani belum dipulangkan ke negaranya. Saat melihatku, ekspresinya tetap datar. Dia hanya tersenyum tipis. "Saya

  • Cinta yang Kamu Katakan, Datang Terlambat   Bab 6

    "Aku mau pergi mencari Riana, kamu juga mau ikut denganku?"Mata Lani mulai berkaca-kaca, lalu dia mengangguk mantap. "Aku mau ikut, Dilan. Aku ini seorang perempuan, soal kehamilan Kak Riana nggak pantas kalau kamu yang tanyakan, tapi aku bisa. Aku akan mencari tahu siapa ayah dari anak itu. Setelah kita menemukannya, kita harus membela Kak Riana dan membuat orang itu membayarnya!"Dilan berpikir sejenak, lalu memesan dua tiket pesawat melalui aplikasi....Hanya beberapa hari mengikuti Louis, aku sudah banyak belajar.Aku mengirimkan lukisan terbaruku pada Arya, dan Arya tidak henti-hentinya memuji."Riana, dulu lukisanmu memang punya aura, tapi belum bisa dibilang rapi. Beberapa hari ini kemajuanmu sangat pesat.""Louis mengajarkanmu dengan sangat baik."Mendengar pujian Arya, aku tersenyum senang hingga mataku menyipit.Setelah mengobrol sebentar, aku pun berdiri dan membereskan alat melukis, lalu bersiap pulang.Namun, baru saja aku melangkah keluar, suara petir yang menggelegar t

  • Cinta yang Kamu Katakan, Datang Terlambat   Bab 5

    Manajerku terkekeh pelan. "Riana, kamu sudah lama berkecimpung di dunia seni, pasti tahu kalau emosi itu selalu terlihat dari mata. Begitu juga dengan Dilan."Mendengar itu, aku buru-buru menyangkal. "Bukan begitu, Kak Arya. Dia sudah menemukan cinta sejatinya."Manajerku tidak membahas lebih lanjut. Setelah bertukar beberapa patah kata dengan Louis, dia menutup telepon dengan alasan harus mengusir Dilan.Aku menarik koperku, lalu naik ke mobil Louis.Berada di negara yang berbeda dengan Dilan, aku tentu tidak tahu bahwa saat ini dia sedang mengamuk di tanah air.Di depan studio, Dilan duduk di dalam mobil. Sorot matanya yang dingin dan suram menatap tajam ke arah Arya yang sedang berjalan mendekat.Begitu Arya tiba, Dilan mendadak membuka pintu mobil, lalu melayangkan tinju keras ke wajah Arya."Arya, aku sudah menyelidikinya! Satu-satunya pria yang dekat dengan Riana hanya kamu!""Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu membuatnya hamil dan keguguran!"Arya meludahkan air liur y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status