Compartir

Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku
Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku
Autor: Avini

Bab 1

Autor: Avini
"Apa? Bu Kairen, kamu mau menggugurkan kandungan? Bukankah pagi ini setelah tahu hamil, kamu sangat bersemangat dan ingin berbagi kabar baik ini pada pacarmu?"

Dokter menatapku dengan tak percaya. Suara teriakannya terdengar begitu keras di ruang periksa yang kosong itu.

Aku menunduk. Ujung jariku mencengkeram ujung rok erat-erat. Suaraku tercekat saat menjawab, "Jangan tanya lagi .... Pokoknya aku nggak mau anak ini."

Dokter itu menatapku lama sekali, lalu akhirnya menghela napas panjang. "Bu Kairen, aku nggak tahu apa yang terjadi padamu. Tapi sekarang emosimu jelas lagi nggak stabil. Tunggu sampai kamu tenang dulu, baru pertimbangkan lagi."

Dia mendorong kembali formulir persetujuan aborsi ke hadapanku. Tatapannya tertuju pada foto hasil pemeriksaan di atasnya. Dia menambahkan, "Bagaimanapun juga ... ini menyangkut nyawa."

Aku mengangkat kepala, menatap bayangan hitam kecil di laporan itu. Mataku langsung memerah lagi.

Setelah waktu yang lama, aku memasukkan kembali berkas itu ke tas, lalu meninggalkan rumah sakit.

Aku berjalan pulang seperti orang kehilangan jiwa, satu langkah demi satu langkah. Tiba-tiba, sebuah Ferrari merah mengerem mendadak di depanku.

Sepasang sepatu kulit rapi melangkah ke genangan air. Wajah tampan yang sangat kukenal muncul di depanku. Revano memegang payung, bergegas menghampiriku.

Dia langsung menarikku ke pelukannya, lalu melepaskan jasnya dan menyelimuti tubuhku. "Sudah sebesar ini, keluar rumah pun nggak bawa payung? Tubuhmu dari dulu lemah. Kalau sampai sakit gimana?"

Aku mengangkat kepala, menatap wajah sampingnya yang penuh kecemasan. Rasanya seperti kembali ke tahun pertama kami jatuh cinta. Saat itu, dia selalu memperlakukanku seperti harta paling berharga.

Namun, aku tahu betul bahwa semua itu tidak mungkin kembali lagi.

Aku melihat setelan jas biru tua di tubuhnya, tersenyum pahit. Itu setelan khusus yang dia pesan sebulan lalu untuk pesta ulang tahunku.

Namun hari ini, di hari ulang tahunku, dia malah memakai setelan itu untuk acara lain.

Sore tadi saat sedang menyiapkan pesta, aku tiba-tiba mual hebat. Kukira penyakit lambungku kambuh, tetapi dokter malah bilang aku hamil.

Di hari ulang tahunku, mengetahui ada kehidupan kecil di dalam tubuhku, aku merasa itu hadiah dari Tuhan.

Aku buru-buru pulang, ingin berbagi kabar itu dengan Revano. Namun, entah sejak kapan dia menghilang.

Pembantu melihat kebingunganku. "Tuan bilang mau ke bandara menjemput seseorang yang penting. Beliau juga bilang kalau Nyonya lapar, boleh makan dulu, nggak usah menunggu."

Tidak usah menunggu? Namun, hari ini ulang tahunku. Dia janji akan memberiku pesta ulang tahun yang megah. Sekarang malah bilang aku tidak perlu menunggu?

Aku menekan emosiku dan bertanya, "Orang penting siapa?"

Pembantu itu sempat ragu, lalu akhirnya menjawab pelan, "Aku kurang tahu. Yang aku tahu waktu Tuan keluar rumah, beliau terlihat sangat senang, bahkan berdiri lama sekali di depan cermin."

Mendengar itu, entah kenapa hatiku terasa tidak nyaman. Setelah ragu sejenak, aku meminta sopir mengantarku ke bandara.

Bandara penuh orang, tetapi Revano selalu mudah ditemukan. Tubuh tinggi dan wajah tampannya selalu menarik perhatian. Benar saja, dia berdiri di tengah kerumunan.

Namun, aku tidak mendekat. Karena bukan hanya dia yang ada di sana, tetapi kakakku, Lioran, juga ada.

Sementara Revano sedang memegang seikat bunga dan menatap ke arah pintu kedatangan lekat-lekat. Bibirnya menegang, terlihat gugup.

Aku belum pernah melihatnya seperti itu. Dulu, sekalipun hubungan kami hampir ketahuan di depan kakakku, dia tetap tenang dan santai. Jadi, siapa yang bisa membuatnya menjadi seperti ini?

Aku menatap pintu keluar itu lekat-lekat. Hingga akhirnya, seorang perempuan yang cantik dan penuh pesona berjalan keluar.

Revano langsung melambaikan tangan. "Selina!"

Perempuan itu melepas kacamata hitamnya, berjalan perlahan ke arah mereka. Namun, dia tidak menerima bunga yang disodorkan Revano. Dia malah langsung melewati Revano dan merangkul lengan kakakku.

Saat itu juga, aku melihat dengan jelas, mata Revano dipenuhi keengganan.

Dulu Revano memang suka bermain dengan banyak perempuan, tetapi semua itu hanya permainan. Dia bahkan malas peduli kalau mereka marah. Apalagi sampai muncul rasa enggan seperti itu.

Aku menatap perempuan itu beberapa saat .... Selina. Aku teringat, sejak kecil aku tinggal di luar negeri dan kakakku sering bercerita tentang dua sahabat masa kecilnya, yaitu Revano dan Selina. Mereka bertiga terkenal sebagai trio yang sangat akrab.

Namun, melihat adegan barusan, jelas Revano dan Selina bukan hanya sebatas teman.

Dengan penuh rasa heran, saat kakakku pergi mengambil bagasi, aku meneleponnya. "Kak, aku dengar dari Pak Revano kalau Selina pulang. Apa hubungan mereka? Tadi Pak Revano kelihatan sangat senang sampai-sampai nggak jadi rapat."

Kakakku terdiam sebentar, lalu tertawa pelan. "Dia sampai cerita ke kamu? Sepertinya dia memang sangat senang. Dia dan Selina dulu pacaran beberapa tahun, dan itu benar-benar hubungan yang panas. Sampai suatu hari, Selina tiba-tiba pergi ke luar negeri saat Revano lagi sayang-sayangnya. Dia langsung hancur."

"Jangan heran, Revano yang sekarang kamu lihat orangnya begitu dingin, dulunya setiap hari nangis dan teriak-teriak di depanku. Sampai pernah bilang mau mati segala. Saking depresinya dia sampai mencari banyak pengganti ...."

"Pengganti?" Tanganku bergetar.

Kakakku menggumam, "Ya. Mungkin kamu belum pernah lihat Selina. Nanti kalau kamu lihat, kamu akan tahu perempuan-perempuan yang dekat dengan Revano dulu semuanya mirip dia."

"Kamu juga sebenarnya mirip sedikit. Tapi tentu saja adik kesayanganku jauh lebih cantik ...."

Aku tidak lagi mendengar kata-kata berikutnya. Telingaku berdenging. Setiap kata Kakak membuat tubuhku semakin dingin. Perlahan aku mengangkat kepala, menatap perempuan menawan itu. Sebenarnya ... aku sudah melihatnya.

"Kairen? Kok diam? Oh ya, kamu nanya itu buat apa?" Suara kakakku terus terdengar dari ponsel, tetapi aku tidak lagi punya tenaga untuk menjawab.

Aku hanya menyahut pelan, "Peduli pada Bos 'kan hal yang wajar, Kak. Oh ya, jangan bilang ke Pak Revano soal yang aku tanyakan hari ini ya."

Setelah mendapat jawaban, aku langsung menutup telepon. Saat layar ponsel berubah gelap, bayangan wajahku terpantul di permukaannya.

Aku mengangkat kepala lagi, menatap perempuan itu. Mirip? Aku tersenyum pahit. Lesung pipi di ujung bibir ... sama persis dengan miliknya. Ya ... kami memang mirip sekali.

Hari itu, aku tidak tahu bagaimana kakiku keluar dari bandara. Yang aku tahu, hujan turun sangat deras.

Saat pulang, Revano mengeluarkan handuk untuk mengeringkan rambutku, lalu membuatkan sup hangat untukku.

Dia mengusap rambutku sambil mengobrol santai, "Sayang, tahu nggak? Hari ini aku hampir ketahuan. Kakakmu bilang ada temannya yang mau kenalan sama kamu. Mau atur pertemuan. Aku langsung lompat bilang nggak boleh. Kakakmu sampai bingung."

Aku tersenyum tipis. "Terus? Dia sadar?"

"Tentu saja nggak. Kakakmu 'kan lemot. Mana mungkin dia tahu kalau sahabat baiknya sendiri diam-diam pacaran sama adiknya? Kalau sampai ketahuan, apa aku bisa pulang dalam keadaan selamat begini?"

Mendengar nada bercandanya, aku menahan tangannya. "Revano, kamu benaran menganggapku pacar?"

Dia terdiam sejenak, lalu tertawa. Kemudian, dia berlutut di depanku, mencubit pipiku pelan. Suaranya lembut saat menyahut, "Kalau bukan pacar, waktu kakakmu mau kenalin kamu sama pria lain, kenapa aku marah?"

Menyebut pria yang bahkan belum pernah kulihat itu membuat wajahnya masam. Dia menarik tubuhku ke pelukannya, bibirnya menyapu leherku. "Cuma membayangkan kamu duduk satu meja dengan pria lain saja, aku sudah nggak tahan."

Napas hangatnya menggelitik leherku. Tubuhku melemas. Tepat saat aku hampir tenggelam dalam sentuhannya, aku tiba-tiba mendorongnya. "Revano, aku capek."

Dia terpaku sejenak, mengira aku sakit karena kehujanan. Kemudian, dia segera menggendongku ke tempat tidur.

Setelah aku tertidur, dia menyentuh dahiku, memastikan aku tidak demam, dan baru keluar kamar.

Saat pintu tertutup, aku membuka mata perlahan. Aku menyembunyikan kepala dalam selimut, menangis sampai sulit bernapas.

Pacar? Aku hanya ... pengganti Selina. Terbayang kata-katanya selama ini. Katanya dia suka senyumanku, suka melihatku tertawa. Sekarang aku hanya merasa muak!

Air mata mengaburkan pandanganku. Tubuhku semakin panas. Dalam kondisi pusing, aku teringat sesuatu yang sudah sangat lama.

Saat itu, aku berusia 18 tahun. Kakak membawa Revano menjemputku pulang. Dalam sekali pandang, aku langsung jatuh cinta padanya.

Aku lalu meninggalkan kehidupan sebagai gadis kaya yang manja dan meminta kakakku memasukkanku sebagai pekerja magang di perusahaan Revano.

Awalnya kami jarang bertemu. Revano sibuk berbisnis atau balapan. Perempuan di kursi sebelahnya pun berganti-ganti.

Sampai suatu hari di sebuah pesta bisnis, dia tanpa sengaja dijebak hingga diberi obat. Dia sadar ada yang aneh dan berusaha kabur ke toilet.

Aku panik dan mengejarnya, tetapi tiba-tiba aku ditarik ke ruang penyimpanan. Aku hampir menjerit, tetapi begitu mencium aroma khas tubuhnya, aku langsung diam.

Revano terengah-engah. Kancing kemejanya terbuka tiga. Dada bidangnya memerah karena efek obat, terlihat sangat memikat.

Aku menelan ludah. Revano melihatnya dengan jelas. Dia tertawa kecil dan mengangkat daguku. Suaranya rendah dan serak saat bertanya, "Suka ya?"

Karena ketahuan, aku panik dan mendorongnya. "Nggak ... nggak ...."

Namun, dia menarikku lagi, menempelkan tanganku ke dadanya. Dia mengerang kecil, terlihat tidak nyaman. "Kalau suka ... bantu aku."

Belum sempat aku menjawab, dia sudah menunduk dan menciumku. Mataku membesar. Akhirnya, aku perlahan tenggelam dalam ciuman penuh dominasi tetapi tetap terkontrol itu.

Saat sadar, kami berdua sudah telanjang di tempat tidur. Dia menopang kepalanya dan menatapku. Efek obatnya sudah hilang, tetapi gairah di matanya masih tersisa.

Saat itu, dia berkata, "Aku akan bertanggung jawab."

Memang dia berhenti bermain perempuan dan memilih bersamaku. Aku juga menolak banyak tawaran perjodohan, ikut bekerja di perusahaannya, dan tinggal di sisinya.

Beberapa kali kakakku heran melihatku bekerja lembur, padahal gadis-gadis kaya lain sedang liburan ke luar negeri. Dia sampai ingin bertanya, apa serunya bekerja di perusahaan itu?

Aku selalu ingin bilang padanya soal hubungan kami, tetapi Revano yang biasanya selalu menurutiku, justru tidak mau. Kupikir dia takut kakakku marah.

Sampai hari ini ... aku baru mengerti. Kakak menyaksikan sendiri cinta gila Revano pada Selina. Melihat bagaimana dia hancur demi perempuan itu. Jadi, mana mungkin dia mau menyerahkan adik kesayangannya pada pria seperti itu?

Revano jelas takut. Namun setelah ini, dia tidak perlu takut lagi. Karena aku dan dia tidak punya hubungan lagi. Selina sudah kembali. Aku akan mengembalikan Revano sepenuhnya pada pemiliknya.

Soal cinta dan waktu selama beberapa tahun ini, aku bisa menggenggamnya, juga bisa melepaskannya.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 16

    Aku berbaring di atas ranjang. Darian berjalan ke sisi tempat tidur dan mengangkat bajuku dengan alami.Aku langsung merasa tegang, tetapi dia malah tersenyum. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Tangannya menyusuri bekas luka itu, lalu dia mulai menggambar sesuatu di atas kertas desain."Kamu adalah karya baruku. Dan juga akan menjadi karya favoritku."Ujung jarinya menyapu lembut perutku, menimbulkan rasa geli dan hangat yang membuat tubuhku gemetar. Hatiku ikut terusik, aku tidak tahan lagi. Aku menahan jarinya, lalu menarik kerah bajunya dan menariknya mendekat."Darian, apa sebenarnya hubungan kita sekarang?"Dia menatap langsung ke mataku dan menjawab dengan sangat serius, "Kalau kamu mau, satu detik dari sekarang kita bisa jadi pasangan. Setahun setelah itu, kita bisa menjadi suami-istri."Aku tertawa kecil, memeluk lehernya dan mencium bibirnya.Melihat aku mengambil inisiatif, Darian jelas menjadi bersemangat. Dia menahan kepalaku dan mencium semakin dalam. Caranya mencium sama s

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 15

    Sejak aku dan Darian melewati keraguan terakhir itu, hidupku tidak lagi setenang dulu. Dia semakin sering datang dan juga semakin terus terang terhadapku.Pendekatan Darian berbeda dengan Revano. Revano menghabiskan uang untukku, mengatakan kata-kata manis padaku. Darian malah bergadang beberapa malam berturut-turut demi membantuku memperbaiki konsep desain, bahkan menuliskan pengalaman profesionalnya menjadi sebuah buku yang hanya diberikan kepadaku seorang.Dia juga memasang kamera pengawas di pintu vila milikku, menempatkan banyak penjaga di sana, berjaga-jaga agar orang gila itu tidak mencelakakanku.Namun, sehebat apa pun penjagaan itu, tetap tidak bisa menahan tekad Revano.Hari itu aku keluar rumah untuk menghadiri sebuah pesta, tiba-tiba sebuah mobil berhenti mendadak di depanku. Beberapa pria berjas hitam melompat turun, menutup mulut dan hidungku, lalu melemparkanku dengan kasar ke dalam mobil.Saat aku kembali sadar, aku berada di sebuah rumah yang tampak familier bagiku."S

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 14

    Setelah pesanku terkirim, Revano tidak pernah membalas lagi. Aku kembali membuka akun sosialku dan mengirim satu postingan yang bisa dilihat semua orang.[ Semua hal yang berhubungan dengan Revano tidak perlu diberitahukan padaku lagi. Kami sudah putus. ]Lucu juga jika dipikir-pikir. Aku dan Revano bahkan tidak pernah mengumumkan hubungan kami, tetapi pertama kali diumumkan justru saat berpisah.Tak lama setelah postingan itu terkirim, banyak orang langsung memberi like, termasuk satu akun asing.Itu Darian. Dia baru mendaftar tiga menit yang lalu.Sekejap, perhatian semua orang langsung tertuju padanya. Bagaimanapun, dia terkenal misterius dan tidak pernah punya akun sosial apa pun.[ Ternyata ini akun sang dewa seni! Jangan bilang dia dan Kairen .... ][ Apa cuma aku yang merasa mereka cocok banget? ]....Saat aku sedang membaca komentar, tiba-tiba ponselku berbunyi. Itu telepon dari kakakku. Dia bilang Revano semalam minum sampai masuk ruang gawat darurat dan sekarang sedang dalam

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 13

    Waktu berlalu begitu cepat. Besok, Revano dan Selina akan menikah.Awalnya aku sama sekali tidak tahu, tetapi Selina datang ke rumahku dan langsung melemparkan undangan itu ke wajahku.Begitu berbalik, dia menabrak Darian. Empat mata itu saling bertemu, lalu dia mendengus dingin."Kairen, apa kamu punya kecenderungan aneh? Suka menggoda sahabat kakak laki-lakimu?" Sambil berkata begitu, dia melirik Darian dengan provokatif."Pak Darian, aku sarankan kamu sadar sedikit, jangan sampai tertipu oleh perempuan ini. Mantan pacarnya adalah tunanganku. Waktu putus itu heboh sekali. Bahkan dia bohong bilang dirinya hamil pun tetap nggak bisa mempertahankan hubungan mereka."Selina sengaja menekankan kata "hamil", tetapi aku sama sekali tidak peduli. Karena itu memang kenyataan. Lagi pula, hamil bukan hal memalukan.Wajah Darian menjadi murung. Dia tersenyum sinis. "Terus? Kamu sendiri bangga banget karena ambil sampah yang ditinggalkan orang lain ya?""Kamu ...!" Wajah Selina memerah, tetapi di

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 12

    Aku menyetujui undangannya.Melihat gaun pesta indah yang dia kirimkan, aku merasa seperti sedang bermimpi. Situasi seperti ini benar-benar di luar dugaanku.Hanya saja, aku tidak menyangka kejutan yang lebih besar masih menunggu di belakang.Di pesta itu, aku bertemu Selina dan Revano. Saat melihatku lagi, Revano jelas terpaku sesaat.Hanya beberapa hari tidak bertemu, dia tampak jauh lebih kurus. Mata yang belum pulih itu kini ditutupi penutup mata hitam. Anehnya, hal itu justru membuatnya terlihat berbeda.Harus kuakui, tidak peduli berdiri di mana pun, Revano selalu menjadi pusat perhatian. Namun, saat Darian melangkah masuk, dia bukan lagi pusat perhatian itu.Hari ini Darian memakai setelan ungu dengan manset emas, tampak sangat berkelas. Ungu juga merupakan warna favoritku.Aku tak kuasa memandangnya lama. Saat menoleh kembali, aku justru berpapasan dengan tatapan Revano.Dia tertegun sesaat, lalu langsung memalingkan wajah seperti tersengat listrik dan tidak melihatku lagi.Aku

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 11

    Sudut Pandang Kairen:Ajang kompetisi ini membuat seluruh dunia desain geger. Bukan hanya karena nilainya sangat tinggi, tetapi juga karena Diske akhirnya menampakkan wajahnya.Itu adalah wajah yang luar biasa tampan ....Sebelumnya, karena karya-karya Diske menyapu bersih semua penghargaan, semua orang mengira dia pasti adalah seorang pria tua yang sangat berpengalaman.Tak disangka, orangnya justru masih sangat muda. Kesan pertamaku tentang dia adalah dia tidak terlihat seperti seorang seniman, melainkan seperti seorang pemilik perusahaan.Setelannya rapi, tubuhnya tegap, bibirnya terkatup rapat, tatapannya dingin. Dia terlihat agak galak.Tanpa sadar, aku menjadi sedikit gugup. Peserta di depanku satu per satu selesai memperkenalkan karya dan turun. Saat giliranku naik, telapak tanganku sedikit berkeringat.Sorotan lampu menyinari tubuhku. Aku mendorong sebuah cincin ke hadapan para juri. Semua orang langsung tertegun. Karena itu adalah cincin yang sangat amat sederhana.Di bagian t

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status