Share

Cintaku T'lah Mati
Cintaku T'lah Mati
Penulis: Naila

Bab 1

Penulis: Naila
Saat aku berinisiatif mengajukan perceraian, Mark berdiri di depanku menatapku lama sekali, seolah-olah ingin menembus tubuhku dengan tatapannya.

Sampai aku mengeluarkan surat perjanjian cerai dan menandatanganinya, barulah dia tersadar. Dia memegang surat itu dan membacanya berulang kali.

Aku tahu dia pasti sulit memercayainya. Aku yang sudah bersamanya selama lima tahun tiba-tiba mengajukan perceraian.

Butuh waktu lama sebelum dia melemparkan surat itu dan tersenyum sinis. "Aku nggak ngerti isi surat itu. Aku bakal serahkan ke tim pengacara profesionalku dulu."

Cengkeramanku pada pena semakin kuat. Aku menjelaskan, "Nggak usah, aku pergi tanpa bawa sepeser pun."

Nada suara Mark terdengar tidak senang. "Gimana aku tahu kamu bukan lagi menjebakku?"

Aku mendongak menatapnya, tiba-tiba teringat malam lima tahun lalu. Mark selalu menyimpan dendam sampai sekarang. Namun, lima tahun sudah berlalu. Dia tahu betul aku orang seperti apa.

Akhirnya, aku melemparkan pena dan duduk kembali. "Oke. Aku tunggu kamu susun suratnya, baru aku datang lagi."

Aku berdiri, bersiap untuk pergi. Namun, dia malah menghalangi jalanku. "Tunggu di sini saja, sebentar lagi selesai."

Mark seperti tidak sabar ingin memutus semua hubungan denganku. Dia melangkah cepat dan segera menghilang setelah membuka pintu.

Aku duduk lemas di sofa. Di kantor yang sunyi sampai terasa menakutkan ini, aku teringat ucapan dokter. Leukemia stadium akhir, mungkin tidak ada kesempatan untuk transplantasi sumsum tulang belakang.

Aku menghela napas, menatap pintu tempat Mark menghilang tadi. Mungkin dia memang tidak pernah peduli.

Hidungku mengeluarkan darah. Aku segera menyeka dengan tangan, tetapi tidak bisa bersih. Aku pun buru-buru mengambil tisu dan menekannya. Tisu di meja Mark langsung habis setengah gara-gara aku. Untung tidak ada yang melihat.

Tak lama kemudian, Mark kembali dengan membawa surat perjanjian cerai yang baru. Melihat aku sedang menengadah dan menekan hidung dengan tisu, dia agak terkejut. "Kamu lagi ngapain?"

Aku buru-buru membuang tisu ke tempat sampah dan duduk dengan tenang. Saat mengambil surat itu, aku melihat dia menambahkan satu syarat di bagian akhir. Semua barang yang bukan milikku harus ditinggalkan, termasuk perhiasan, bahkan pakaian dan sepatu.

Aku tahu barang-barang itu untuk siapa. Aku pun tidak pernah menginginkannya. Aku segera menandatangani surat itu dan menyerahkannya kepada Mark.

Setelah memastikan beberapa kali, Mark berkata, "Karen, semoga kamu bisa menepati ucapanmu. Aku nggak mau lihat kamu lagi."

Aku tahu betul betapa dia membenciku. Selama lima tahun ini, dia bahkan tak sudi menatapku. Aku menatap sosok yang menunggu di pintu, lalu mengangguk pelan. Mungkin memang kami tak akan bertemu lagi.

Selama lima tahun pernikahan kami, aku jarang membeli barang. Perhiasan, pakaian, dan tas yang dibeli Mark pun tak pernah kusentuh. Setelah menandatangani surat perjanjian cerai, aku hanya membawa beberapa pakaian ganti dan pergi.

Sekarang aku seperti orang yang tidak punya rumah. Setelah berpikir lama, aku akhirnya menelpon kakakku.

Sebenarnya, aku punya rumah. Lima tahun lalu, aku punya orang tua yang menyayangiku dan kakak yang lembut. Sudah lama aku tidak menghubungi kakakku. Telepon baru dijawab setelah berdering lama.

Suara yang terdengar agak tidak sabar seketika masuk ke telingaku. "Ada apa?"

Aku terdiam sebentar, entah kenapa merasa sedih. "Kak, aku mau pulang."

Kakakku sepertinya berpikir lama sebelum menjawab, "Pulang saja dulu, nanti kita bicara."

Untuk pulang, aku harus melewati jalan setapak yang gelap. Dalam kegelapan itu, aku samar-samar melihat sosok kakakku melintasi jalan setapak. Dia tahu aku takut gelap, jadi datang menjemput.

Aku mengulurkan tangan, tetapi sosok itu menghilang. Aku masih berdiri di jalan gelap itu. Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali kakakku menjemputku di jalan ini. Dengan menahan rasa takut, akhirnya aku sampai di rumah.

Aku melihat kakakku duduk di ruang tamu dengan wajah suram. Sebelum aku duduk, dia melempar setumpuk kertas kepadaku dengan keras. Aku memungut dan membacanya, semua adalah kontrak pembatalan kerja sama.

"Ini ulahmu, 'kan?"

Aku tak membantah. Sepertinya, begitu aku bercerai dengan Mark, pria itu langsung memberi tahu kakakku, lalu membalas dendam ke keluargaku dengan cara ini.

"Karen, dulu waktu kamu ngotot naik ke ranjang Mark, pasti nggak kepikiran kalau akan ada hari ini, 'kan? Sekarang kamu dibuang sama Mark, kamu mau balik lagi ke keluarga ini? Apa kami berutang padamu? Keluarga kita bisa hancur gara-gara kamu!"

Mata kakakku memerah, emosinya tak bisa dikendalikan. Ini pertama kalinya dalam lima tahun dia bicara sebanyak ini kepadaku dan meluapkan emosinya di depanku.

Aku tahu, dia selalu menyalahkanku. Namun, selama lima tahun ini, tidak ada yang benar-benar bahagia.

Dengan menahan tangis, aku dilempar dengan dokumen lagi. Rasa pusing yang familier langsung menyadarkanku. Aku segera menekan hidungku, untung kali ini tidak mimisan.

Setelah kakakku tenang, aku baru berujar, "Aku akan bayar utangku ke keluarga ini sebisa mungkin."

Entah masih berapa lama aku bisa bertahan hidup. Namun, sebelum aku mati, aku akan berusaha melunasi semua utangku.

Kakakku mengamatiku seolah-olah mendengar sebuah lelucon. "Kamu mau bayar pakai apa?"

Setelah itu, dia seperti teringat sesuatu. "Malam ini Mark ada jamuan makan bareng para mitra kerja. Kamu ikut aku temui dia, suruh dia bantu kita."

"Aku sudah cerai sama dia."

"Kalau begitu, kamu mau bantu pakai apa? Sekarang cuma keluarga Mark yang bisa bantu kita!"

Sebelum aku sempat merespons, kakakku sudah membawa kontrak-kontrak itu dan menyeretku keluar rumah. Aku pun tak menyangka akan secepat ini bertemu lagi dengan Mark.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cintaku T'lah Mati   Bab 11

    Aku mencari ke segala arah, tapi tetap tidak melihatnya. Sampai akhirnya, kulihat kerumunan orang mengelilingi taman kecil di pinggir taman kota. Melalui celah di antara kerumunan itu, sepertinya aku melihat sosok yang sangat familier.Sosok itu ... seperti Karen.Langkahku langsung kacau saat berjalan ke sana. Minuman hangat yang kubawa sudah tumpah lebih dari separuh dan membakar kulit tanganku hingga memerah.Wajahnya pucat pasi. Dia tergeletak di tanah, seakan-akan tak lagi bernyawa.Tanpa memedulikan apa pun lagi, aku langsung menerobos maju dan memeluknya. Baru saat itulah aku sadar, bajunya telah basah oleh darah.Bagaimana bisa ... kenapa bisa begini?Tiba-tiba, sebuah ingatan melintas di benakku saat kami bercerai. Setelah dia pergi, ada setengah tempat sampah di kantorku yang dipenuhi tisu. Petugas kebersihan sempat bertanya padaku, apakah ada orang yang terluka.Namun, waktu itu pikiranku sedang dipenuhi tentang bagaimana caranya membalas dendam pada Karen. Aku sama sekali t

  • Cintaku T'lah Mati   Bab 10

    Saat hendak pergi, aku bertabrakan dengan seseorang. Saat mendongak dan melihatnya, orang itu adalah Mark. Sepertinya dia sengaja menungguku di sini.Namun, kami sudah bercerai. Aku benar-benar tidak tahu alasan apa yang membuatnya ingin menemuiku. Jadi, aku berjalan melewatinya tanpa meliriknya lagi sama sekali.Langkahku pelan. Dia masih berdiri di tempat, mungkin tidak menyangka aku sama sekali tidak bicara padanya. Akhirnya dia mengejarku dan berdiri menghalangi jalanku dengan wajah agak bingung."Kamu mau ke mana?"Air mataku belum kering sepenuhnya. Aku menatapnya dengan jengkel, "Bukan urusanmu."Matanya tampak terkejut. Mungkin karena aku terlalu penurut saat bertahun-tahun bersamanya dan jarang sekali berbicara dengan nada seperti itu. Dia terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba menarik lenganku dengan kening berkerut, "Ikut aku pulang ke rumah."Aku merasa akhir-akhir ini aku semakin sering berhalusinasi. Ini pertama kalinya aku mendengar Mark menyebut kata "rumah" padaku.Yan

  • Cintaku T'lah Mati   Bab 9

    Ini pertama kalinya Mark menunjukkan kepedulian yang begitu serius kepadaku. Aku justru merasa lucu. Kami sudah bercerai, baru sekarang dia sadar kalau aku makin kurus.Sepertinya selama ini aku memang terlalu pandai berpura-pura di depannya. Namun kenyataannya, aku tak pernah berpura-pura. Aku benar-benar sekarat.Sebelum aku sempat menjawab, Mark menerima panggilan telepon dan bersiap pergi. Aku tidak terlalu jauh darinya, jadi aku bisa mendengar suara lembut dari seberang. Loreita yang menelepon.Dia menanyakan kapan Mark akan pulang dan bilang sudah menunggunya untuk makan bersama.Aku tersenyum pahit dan menggeleng. Barusan aku bahkan masih sempat berandai-andai kalau pria ini benar-benar peduli padaku.Aku pulang ke rumah sakit dengan naik taksi, lalu tidur dengan nyenyak. Saat bangun, aku meminta Phil menemaniku ke mal terdekat untuk membeli baju baru.Aku berpikir, besok saat pergi ke makam bersama kakakku, aku harus terlihat lebih segar.Setelah memakai baju baru itu, aku mena

  • Cintaku T'lah Mati   Bab 8

    Aku tiba-tiba merasa agak sedih. Selama bertahun-tahun ini, hubunganku dengan kakakku sudah terlalu renggang. Sejak orang tua kami meninggal, kami bahkan tidak pernah benar-benar duduk dan mengobrol dengan baik.Setelah lama diam, dia merapikan selimutku dan berkata, "Mimpi buruk lagi ya? Tidur saja, aku akan berjaga di sini."Mataku memerah, aku kembali berbaring mendengar ucapannya."Kak." Aku menjulurkan kepalaku, bertanya kepadanya dengan hati-hati, "Kakak masih marah sama aku?"Lampu sudah dimatikan. Dalam gelap, kakakku menjawab, "Aku nggak marah, ini semua salahku. Malah kamu yang menanggung semua beban selama ini."Aku menarik selimut lagi dan menutupi kepala, lalu diam-diam menangis di baliknya. Seolah-olah semua kesedihan selama ini perlahan-lahan menghilang pada momen itu.Setelah waktu yang lama, aku membuka selimut dan melihat kakakku masih duduk diam di samping ranjang, menjagaku.Aku teringat perban putih yang membungkus tangan kirinya. Dengan suara serak, aku bertanya,

  • Cintaku T'lah Mati   Bab 7

    Setelah naik ke mobil, aku baru sadar bahwa Loreita juga ada di dalam mobil. Dia menoleh dengan wajah polosnya sambil menyapaku, "Karen, sepertinya kamu makin kurus ya."Mark mendengar itu dan melihatku lewat kaca spion, lalu menanggapi dengan dingin, "Mampus."Aku merasa sedikit jengkel, tetapi tidak ingin menanggapi.Mobil berhenti di depan pengadilan negeri. Begitu turun, kepalaku kembali terasa pusing. Sepertinya penyakitku kambuh lagi.Ketika melihat Loreita menggandeng Mark masuk ke gedung, pandanganku menjadi buram. Tak lama kemudian, aku sudah dipapah keluar dari toilet dengan wajah pucat pasi.Hari ini tubuhku benar-benar lemah. Kalau aku dipaksa berjalan sedikit lagi, mungkin aku akan jatuh di tempat.Antrean sangat panjang, jadi aku mengirim pesan ke Mark menanyakan apakah bisa dijadwalkan ulang.Setelah cukup lama, aku melihat Mark dan Loreita berjalan dari arah meja pendaftaran pernikahan. Mungkin mereka sekalian tanya-tanya soal pernikahan setelah Mark menceraikanku.Mark

  • Cintaku T'lah Mati   Bab 6

    Aku didorong masuk ke ruang operasi dan menjalani proses penyelamatan yang berlangsung lama.Sebenarnya lukaku tidak terlalu parah, tetapi tubuhku yang sudah rusak parah terus mengeluarkan darah yang tidak bisa dihentikan.Untungnya, pada akhirnya tidak ada bahaya besar. Setelah satu hari di ICU, aku dipindahkan ke kamar rawat biasa.Saat ranjangku didorong keluar, aku melihat Mark berdiri di sisi ruangan dengan mata merah, entah apa maksudnya. Mungkin dia datang hanya untuk memastikan aku benar-benar mati atau belum. Sayangnya, aku masih hidup.Phil langsung datang setelah keluar dari ruang operasi. Begitu melihat aku baik-baik saja, dia pun menghela napas lega.Di dalam kamar, matanya juga merah. Aku benar-benar tidak tahu Phil ternyata orang yang mudah menangis.Sejak aku mengenalnya, apalagi setiap kali melihatku dalam kondisi buruk, dia pasti akan mengusap air mata.Aku menggoda sambil tersenyum, "Dokter Phil, aku kelihatan jelek ya?"Dia menatapku dengan bingung. Aku tertawa keci

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status