Share

Cliche
Cliche
Author: Doctor Rusty

Cinta Jumpa Pertama

Klise. Mungkin itulah yang dipikirkan ketika mendengar "cinta pada jumpa pertama". Begitulah kenyataan yang terjadi padaku. Ironis. Aku yang seorang playboy dan tak pernah jatuh cinta, justru mengalaminya. Selama ini aku menganggap cinta hanyalah kesenangan tanpa melibatkan perasaan. Namun, di malam itu semua pandanganku tentang "cinta" berubah. Di malam aku bertemu dengannya ....

***

Malam hari di tengah Kota Seoul. Di suatu tempat yang kerap membawa pengunjungnya ke dalam ilusi. Sebuah tempat berdesain klasik yang selaras dengan namanya "Classic Seoul".

Musik bertempo cepat mengentak tubuh-tubuh berpeluh, memperagakan kepiawaian menari; memikat lawan jenis untuk larut dalam kesenangan. Berbagai minuman tersaji untuk membuai hasrat, luruh ke dalam utopia. Ingar-bingar terhelat sempurna di nightclub tersebut.

Seperti biasa, hampir setiap akhir pekan aku selalu ke sana untuk sekadar melepas penat dan bersenang-senang. Tentu saja dengan menenggak minuman keras dan perempuan. Aku yang baru saja tiba segera duduk di depan meja bar. Melihat kedatanganku Bartender pun tersenyum.

"Minuman seperti biasa?"

"Yap," jawabku sambil memunggunginya dan mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Tidak seperti biasanya, malam itu perempuan-perempuan di sana sudah memiliki pasangan. Kalaupun ada yang sendiri, tidak cukup membuatku tertarik.

Tak terasa waktu berlalu demikian cepat; gelas demi gelas pun sudah habis kutenggak. Pandanganku mulai kabur, meski masih cukup sadar untuk menikmati hiburan malam. Sayang, masih tidak ada perempuan yang berhasil memantik gairah.

Aku menghela napas seraya mengambil dompet. "Berapa semua—"

"Pesan Jack Daniels."

Suara itu menginterupsiku. Aku pun menoleh dan melihat seorang perempuan berpakaian hitam baru saja duduk di sebelahku. Meskipun pandanganku terpengaruh alkohol, aku yakin kalau ia perempuan yang sangat cantik.

"Mohon ditunggu," tukas Bartender.

"Suka jenis whiskey?" tanyaku, membuka pembicaraan.

Perempuan itu tersenyum canggung sebelum mengalihkan pandangan pada Bartender yang mengantar pesanannya.

"Apa kamu tahu kalau whiskey bisa meningkatkan keberuntungan?" tanyaku, mencoba kembali.

Perempuan tersebut menggeleng. "Benarkah?"

Aku mengambil botol minum pesanannya. "Boleh?"

Ia tersenyum dan mengangguk.

Setelah aku menenggak minuman, ia bertanya, "Jadi?"

Aku tersenyum sambil memandangnya. "Sekarang aku benar-benar beruntung bertemu perempuan cantik sepertimu."

Ia tertawa kecil. "Pick-up line" tersebut berhasil mencairkan suasana. Malam itu kami melewati waktu bersama; menenggak gelas demi gelas, botol demi botol. Sampai akhirnya ia jatuh di pelukanku. Di sebuah kamar hotel ....

Perempuan itu telentang di ranjang. Bibir kami saling bertautan dan melumat dalam-dalam. Kubelai pipinya dengan lembut lalu merayap ke bawah sampai tiba di dadanya yang membusung. Perlahan-lahan kuremas dadanya hingga ia mendesah lirih. Desahan itu memancing gairahku. Aku pun segera melepaskan pakaiannya sampai tubuh elok perempuan tersebut membuatku terkesiap. Sudah banyak perempuan cantik yang melewatkan malam bersamaku, tetapi tak satu pun yang menyamainya.

Pandanganku menyapu setiap bagian tubuhnya yang indah. Ia memiliki sepasang gunung gelatin yang bergelayut manja di dadanya; pinggangnya melekuk sempurna bak gelas bertangkai; daerah intimnya pun sangat memesona. Walaupun memiliki kulit putih dan jernih, terdapat tanda lahir di paha kanan bagian dalam, di dekat daerah intimnya.

Melihat keindahan tersebut, membangkitkan milikku. Hal itu tidak lolos dari perhatiannya. Dengan lincah tangannya menarik turun celanaku, sampai akhirnya milikku tampil utuh di hadapannya. Matanya melebar, memandang milikku yang telah berdiri kukuh, bersiap menerima cumbuannya. Perlahan-lahan lidahnya mulai menari, membasahi tiap inci milikku sebelum akhirnya memasukannya ke dalam mulut. Kemudian ia mengisap dan mengulum milikku, memompa gairah menuju puncak. Cumbuannya tak ayal membuat milikku berdenyut pelan, memberi sinyal kalau ia meminta lebih dari sekadar itu.

Kurebahkan ia ke ranjang. Tanpa menunggu lama lidahku mengusap lembut dadanya yang proporsional dan padat. Sesekali aku mengulum dan mengigit kecil buah cherry di dadanya. Kenikmatan demi kenikmatan yang dirasakan, membuat tubuhnya bergelinjang; desahannya pun terdengar makin jelas.

Ia memandangku lamat-lamat, seakan-akan meminta sesi puncak agar segera dimulai. Aku pun segera mengarahkan milikku ke bagian intimnya. Dengan sedikit dorongan, milikku menyeruak masuk ke dalam.

Ia terpejam seraya mendesah, "Aaahm ...."

Bersambung

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayzahran
HM ... Tanda-tanda nih ^^
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status